Sang surya kehidupan mulai menyembulkan cahayanya. Semburat sinar menerpa kehidupan. Dengan malu dan perlahan mulai menampakkan wujud aslinya. Menyalurkan energi bagi si penikmat. Tetap setia menebar kehangatan walau ia seorang diri.
Braggg!!
Suara gagang pintu yang berciuman dengan tembok menggema dikamar laki-laki yang bernuansa serba hitam itu seakan memekakkan telinga bagi yang mendengarnya. Tidak bagi ia yang masih bergulung dibalik selimut tebal diatas ranjang yang berukuran king size.Gibran Putra Pramudya tidak berkutik sedikitpun, dirinya masih terlelap dalam tidur dan menganggap suara tadi hanya pelengkap didalam mimpi indahnya.
"Kak.. Bangun dong!! Katanya mau nganterin aku ke sekolah" Sambil menggoyang-goyang kan tubuh Gibran. Dan lagi, tidak ada respon dari si empunya kamar.
Monnica Putri Pramudya sebenarnya malas jika harus membangunkan si Abu naum.
Namun dia teringat akan perkataan kakaknya semalam yang berkeinginan ingin mengantarkan dirinya pergi di first day ke sekolah barunya.
Namun nyatanya, setelah 3 kali ia membangunkan, tetap tidak ada tanda-tanda ia akan segera bangun."Hhhhh," dirinya menghela nafas putus asa.
"Gak usah janji kalo gak bisa ngasih bukti" Gerutunya kesal kepada Gibran yang masih teronggok diatas ranjang.
"Yaudah, aku berangkat sama ayah aja yaaa?" setengah berteriak dan berharap didengar. Namun hening, tidak ada jawaban dari Gibran.Monnica dengan cepat menutup kembali pintu kamar dan setengah berlari menuruni anak tangga menuju meja makan dimana sudah hadir kedua orang tuanya yang sedang melaksanakan kebiasaan pagi yaitu sarapan.
"Bun, aku kesel deh sama kak Gibran. Dia tuh ya susah banget kalo dibangunin udah kaya orang mati tau gak!" adunya sambil memajukan bibirnya beberapa centi kedepan seakan menjelaskan jika dirinya sedang kesal.
"Kamu kan bisa berangkat bareng ayah Mo?" sambil memberikan jatah sarapan Monnic yaitu segelas milkshake dengan dua potong sandwich selai kacang favoritnya.
"Iya sih, tapi semalem tuh kak Gibran sendiri yang ngotot pengen nganterin aku bun" curhat Monnic dengan wajah gemas karena berbicara sambil mulut dipenuhi dengan makanan.
"Yaudah buruan abisin makanannya. Udah ini kita langsung berangkat biar kamu gak telat masuk sekolahnya." Jelas sang ayah sambil mengusap lembut puncak kepala Monnica.
Mendengar intruksi tadi dengan gerakan cepat Monnica menghabiskan makanannya tandas tanpa sisa.Bima Reizal Pramudya ialah seorang CEO disalah satu perusahaan terkenal. Ia merupakan ayah yang dikenal baik dalam hal mengurus keluarga kecilnya. Ditemani dengan sang istri tercinta yaitu Silvy Anatta Pramudya yang berprofesi sebagai dokter kandungan sudah lebih 20 tahun menemani sang suami dalam halang rintang yang dilalui saat berumah tangga.
Sehingga terbentuklah sebuah keluarga kecil yang manis nan harmonis yang dikenal dengan marganya yaitu Pramudya.
"Bun, ayah berangkat. Mo, ayah nunggu dimobil ya" ucap sang ayah setelah mengecup kening istrinya."Bun, Momo juga berangkat dulu yaa" meraih tas nya dan mencium punggung tangan sang ibu.
"Tunggu mo, Bunda lagi nyiapin bekal buat kamu disekolah."
"Oke!"Tak lama setelah ia menerima bekal dari bundanya Monnica langsung melangkahkan kakinya menuju mobil yang keberadaannya sudah siap didepan rumah.
Ketika dirinya sudah memposisikan badannya ditempat dusuk samping supir tiba-tiba
"Morning Emooonnnn"
Ada sebuah tangan yang mencubit hidung mancung Monnica yang otomatis berubah warna menjadi sedikit kemerahan.
"Loh, kok???"***
Holla! Update marathon ini, jagan lupa vote and comment gaess!!
Kasih tau kalo ada kata-kata yang kurang cocok yaaa
Keep writing :)
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny
General Fiction"Kalo saya sukanya sama kamu, kamu bisa apa?" Jlebb! Monnica terdiam ditempat tidak bisa berkutik barang sedikitpun. Dengan prontal Reynand nafis sang most wanted sekolah mengucapkan kata-kata yg dapat membuat hati Monnica mencelos. . Akankah ia dap...