4 Maret 2016 adalah hari yang sulit untuk dilupakan. Saya bingung apakah tanggal tersebut adalah hari yang membahagiakan atau menyedihkan. Saat itu adalah hari ulang tahun saya yang ke 22 tahun. Saya "terpaksa" bangun tidur karena ingin buang air kecil. Namun saat sadar ternyata saya sedang terbaring di dalam kamar mandi dengan keadaan bibir berdarah dan salah satu gigi depan saya patah setengah. Akhirnya di pagi hari saya diantar teman ke klinik. Singkat cerita saya harus menjalani pengobatan selama kurang lebih satu minggu. Saat memperhatikan gigi saya yang patah setengah terlintas di dalam pikiran "ah, gak apa-apa, saya PD ajalah". Ternyata itu adalah salah satu kesombongan yang lama untuk saya sadari, saya tidak mencari tahu apa saja akibat yang bisa ditimbulkan apabila gigi terbentur dan hasilnya 2 tahun kemudian tepatnya di 2018 ini saya harus mengganti gigi saya karena akan ada efek buruk jika gigi ini tetap dibiarkan.
Beberapa hari sebelum insiden tersebut memang saya memiliki kesibukan yang padat, 2 hari sebelumnya saya mengikuti rapat organisasi mahasiswa di fakultas saya hingga malam hari, saat tiba di kost, saya bukannya beristirahat tetapi malah mengerjakan tugas kuliah saya dan pada keesokan hari saya malah tidak beristirahat dengan cukup. Ternyata efeknya saya malah pingsan di kamar mandi tepat di hari ulang tahun saya dan harus mengalami kejadian yang tidak mengenakan tersebut. Memang pada saat itu saya tidak sadar bahwa saya sebagai manusia memiliki keterbatasan, tapi saya tidak pernah menganggap bahwa itu "hukuman" dari Tuhan, justru dengan kejadian itu saya tahu siapa saja orang-orang yang mengasihi saya dalam keadaan yang menyedihkan itu dan di malam hari saya hanya berkata "Terima kasih Tuhan, aku bersyukur tetap diberi kehidupan di ulang tahunku yang ke 22 tahun"
Dari kejadian tersebut dapat diketahui bahwa sebagai seorang manusia tentunya kita memiliki keterbatasan. fisik kita terbatas, kekuatan kita terbatas, kesehatan kita terbatas, bahkan harta kitapun terbatas. Karena itulah kita harus senantiasa bersandar kepada Tuhan kita yang tidak terbatas. Saat ada masalah sering kita terlalu fokus pada masalah dan Tuhan menjadi bahan caci maki dari mulut kita. Bisa lebih parah dari itu, kadang kita tidak sadar bahwa kita sedang butuh Dia. Itu juga yang saya alami sebelum insiden itu terjadi, saya merasa kuat, saking merasa kuat saya malah tidak berdoa kepada Tuhan agar diberi kekuatan. Padahal Tuhan selalu membuka diri kepada kita, tetapi kita memiliki kesombongan yang lama untuk disadari sehingga secara tidak sadar Tuhan menjadi sosok yang terlupakan.
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." (Matius 11:28-30)
Dari penggalan ayat tersebut kita dapat mengetahui bahwa Tuhan selalu membuka dirinya kepada kita, tetapi akibat kesombongan yang lama untuk kita sadari malah ayat ini menjadi pegangan yang terlupakan. Hal ini juga dapat terjadi juga saat kita mengikuti kebaktian gereja. Saat pendeta atau pembawa firman mengajak setiap dari kita yang merasa memiliki pergumulan untuk mengangkat tangan dan berdoa malah kita masih sempat berpikir "Saya tidak merasa memilik pergumulan apapun". Bisa jadi pikiran tersebut menjadi sebuah Bumerang untuk kita, memang benar bisa saja saat di dalam kebaktian tersebut kita merasa bebas dari pergumulan ataupun masalah. Tetapi ingat belum tentu setelah selesai mengikuti kebaktian tersebut kita bisa lepas dari pergumulan. Setiap waktu yang kita jalani adalah pergumulan, karena pergumulan itu datang di waktu yang tidak dapat kita duga, Tuhan tidak pernah berjanji bahwa hidup kita tidak akan pernah ada masalah, tetapi Dia tetap berjanji bahwa dia akan selalu menyertai kita dalam keadaan apapun. Hal ini dapat kita lihat dari kisah Musa (termuat di Kitab Keluaran) yang membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, banyak hambatan yang selalu menghalangi mereka, tetapi dengan tuntunan Tuhan, Musa tetap dapat membawa bangsa Israel pergi dari Mesir.
Saat ada hal apapun yang terjadi pada kita baik itu menyenangkan atau menyedihkan, tetap saja penting bagi kita untuk berpegang teguh dalam iman kita kepada Tuhan. Saat senang kita harus berdoa, saat sedih kita juga tetap harus berdoa, karena Tuhan senantiasa menyertai kita maka kitapun tetap harus bersandar kepada Dia.
YOU ARE READING
Tuhan (selalu) ada
Espiritualtulisan-tulisan ini berisi refleksi bagi umat kristiani ataupun bagi yang ingin mengenal Tuhan.