Tiga

2K 150 5
                                    

Gemercik hujan di pagi hari tak meruntuhkan semangat Ayana untuk pergi bekerja, hari ini adalah hari kedua untuk Ayana bekerja di rumah sakit itu. Ia harus tepat waktu sebab hari ini Ayana akan merawat Pak Wawan bersama Dokter Raihan, atasannya yang dingin dan cuek tentunya.

"Ayana pergi dulu ya Umi, Assalamu'alaikum" kata Ayana. Ia mencium tangan dan kedua pipi Umi nya yang sedang sibuk menyiram tanaman.

"Waalaikum'salam, hati-hati Ay" jawab Halima, yang mencium pucuk kepala putrinya yang terbalut jilbab berwana putih.

"Iya Umi" kata Ayana, ia melaju dengan sangat hati-hati menggunakan sepeda motor miliknya berharap akan tiba tepat waktu dan tak terjebak macet nantinya.

*****

Kakinya melangkah terburu-buru, matanya melirik jarum jam yang sedang digunakannya. Lima belas menit dia terlambat akibat macet karna adanya kecelakaan di jalan.

"Assalamu'alaikum" Ucap Ayana, ia menundukkan pandangannya rasa takut menyelinap di hatinya saat Dokter Raihan dan Dokter Gibran sudah ada di ruangan itu.

"Waalaikum'salam" terdengar Raihan, Gibran dan Pak Wawan menjawab salam dari Ayana.

"Maaf Pak saya terlambat lima belas menit, tadi itu---" kata-kata Ayana terhenti saat Raihan mendengus sedikit kesal akibat ia harus menunggu.

"Saya tidak butuh penjelasan kamu yang saya tau di hari kedua, kamu tidak on time." Kata Raihan. Ia memotong perkataan Ayana, entah ia sedikit merasa frustasi di karna kan Ayana yang sedari tadi membuatnya menunggu. Laki-laki itu benar-benar tak menyukai hal-hal yang tidak tepat waktu.

"Udahlah Rai, jangan marah-marah mungkin Ayana beneran punya alasan untuk hal itu" kata Gibran. Ada detak yang tak beraturan saat Gibran membelanya, laki-laki itu sepertinya sudah mampu meluluhkan hati Ayana. Raihan yang masih terlihat kesal kini tak menggubris perkataan temannya yang membela Ayana. Tatapannya lurus pada gadis itu, ia harap setelah ini Ayana tak akan lagi membuatnya kesal.

💦💦💦

Setelah seharian bekerja merawat Pak Wawan hari Ayana terlihat sangat melelahkan namun menyenangkan. Setidaknya hari ini tidak terlalu buruk meski hari ini ia harus di pantau langsung oleh Dokter Raihan dan itu sangat membuatnya risih, tapi bagaimanapun keadaannya hari ini Ayana terlihat senang saat Pak Wawan tertawa bersamanya, hingga dalam sekejap Ayana tahu rasanya punya Abi. Pantas saja Dokter Raihan bisa sesayang ini kepada Pak Wawan sebab Pak Wawan mempunyai kharisma dan kehangatan tersendiri menjadi seorang Abi.

"Ayana pulang dulu ya Pak?" Kata Ayana. Ia memberikan senyum terbaik miliknya kepada laki-laki paruh baya yang baru saja di kenalnya ini, sesekali Ayana melirik kearah Dokter Raihan yang menatapnya.

"Kamu pulang sendiri?" Tanya Pak Wawan. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 09:00 malam.

"Iya Pak" jawab Ayana. Ia tersenyum lalu segera bersiap untuk pulang, ia langkahkan kaki mendekati Raihan untuk meminta izin pulang duluan.

"Rai, kamu antar Ayana" kata Pak Wawan. "Dia perempuan, ini sudah malam" lanjut Pak Wawan, ia menatap Raihan. "Ini perintah dari Abi, Rai" sela Pak Wawan cepat sebelum Raihan menolak keinginannya.

"Tidak usah Pak, terimakasih" jawab Ayana. Ia menatap Raihan yang masih tetap duduk memandangnya. "Saya bawa motor" lanjut Ayana. Sungguh ia tidak menginginkan di antar oleh laki-laki dingin di hadapannya ini. Raihan yang sedari tadi diam kini berdiri menatap Ayana lalu berganti menatap Pak Wawan.
"Raihan antar Ayana dulu, Abi Istirahatlah besok Raihan datang lagi kesini" kata Raihan. Ia berjalan melewati Ayana begitu saja setelah berpamitan kepada Pak Wawan.

"BERAKHIR DI UJUNG SENJA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang