Happy-log

9.6K 495 110
                                    

Beberapa hari setelahnya...

Semilir angin masuk melalui jendela rumah sakit yang terbuka lebar. Angin di penghujung tahun yang berembus dengan tak ramah, membuat siapa pun yang dipeluk olehnya menggigil kedinginan.

Di atas ranjang, seorang anak laki-laki terbaring pasrah, baru saja terbangun dari obat bius karena dipeluk oleh angin musim dingin, membuka satu matanya dan mengerjapkannya, berusaha beradaptasi dengan tempat itu. Satu matanya yang lain masih dibungkus oleh perban. Anak itu baru saja melewati satu hari paling menegangkan seumur hidupnya ; menjalani operasi pemasangan kembali bola mata hijaunya.

Tepat setelah dia sadar, seseorang membuka pintu dan melangkahkan kakinya dengan hati-hati menuju ranjang Raiden. Rambut peraknya menyembul dari tirai yang menutupi ruangan di sebelah ranjang.

"Kau sudah sadar... Syukurlah..." Wajahnya yang ditutupi masker tampak sumringah melihat anak sulungnya telah bangun dari tidurnya.

Kakashi menyeret kursi dan mendekatkannya ke ranjang Raiden. Duduk di sana sambil terus mengamati wajah Raiden cemas.

"Apakah mata kirimu terasa sakit ?"

Raiden menggeleng.

Armosfer canggung menguar bagai gas beracun yang seolah akan segera membunuh ayah dan anak itu.

"Tousan..."

"Raiden..."

Mereka berkata serempak. Saling memanggil satu sama lain.

"Kau saja duluan." Kakashi menatap anak lelakinya.

Terjadi jeda yang cukup lama. Bola mata hijau Raiden berlarian ke kanan dan kiri berusaha mencari kalimat yang pas untuk dilontarkan pada ayahnya.

"Aku mungkin tak tahu apa-apa tentangmu, tentang masa kecilmu, tapi dengan kejadian ini, setidaknya aku... Bisa merasakan sedikit, hidup macam apa yang telah kau lalui. Dan juga, rasa sakitnya... Semacam itulah..." Raiden bicara tanpa berani menatap mata Kakashi. Satu matanya yang tak diperban menatap sayu di antara kakinya yang tertutup selimut.

"Kau tahu, rasa sakit dan kematian selalu berada disekitar Shinobi. Sejak kecil, hidup selalu mencideraiku. Tak peduli seberapa jauh aku berlari, mereka tetap bisa mengejarku dan menorehkan luka baru padaku."

Kakashi menyandarkan punggungnya di bahu kursi. Iris obsidiannya menerawang menatap langit-langit kamar rumah sakit.

"Tapi, aku mampu melewati semuanya. Entah bagaimana, aku juga tak mengerti. Kamisama selalu menjaga anak nakal ini. Ternyata, hidupku yang tak ada artinya, menjadi hal pertama yang sangat ku syukuri karena aku bertemu ibumu."

Raiden menatap wajah Kakashi. Dia belum pernah mendengar ayahnya bercerita tentang masa lalunya, tentang pertemuannya dengan ibunya, hal-hal semacam itu yang seharusnya merupakan hal wajar untuk diceritakan pada anak mereka. Tapi tidak bagi ayahnya. Masa lalunya merupakan hal tabu yang sudah dia kunci rapat di dalam kotak pandora. Seolah tak ingin mengingatnya lagi, kotak pandora itu sudah siap dia kubur di dasar laut.

"Dan bertemu denganmu juga Renjiro merupakan obat dari segala cidera yang ditorehkan hidup padaku."

Iris obsidian dan emerald itu bertemu. Saling mengunci satu sama lain. Tatapan teduh yang selama ini mereka rindukan, akhirnya dipertemukan oleh sebuah ikatan yang lebih kuat dari apa pun.

"Kau pernah berkata padaku, kau berpikir bahwa aku tak takut pada apa pun. Tapi, kau salah... Malam itu, saat kau pergi meninggalkan desa, dan aku mengejarmu di dalam gelapnya malam..."

"Seorang Hatake Kakashi takut pada kegelapan ?" Mulut Raiden menganga tak percaya.

"Bukan itu maksudku, dengar sampai aku menyelesaikan kalimatku." Kakashi tersenyum getir dari balik maskernya. "Bukan kegelapan yang membuatku takut, aku takut pada apa yang menantiku setelah kegelapan itu pergi. Aku takut saat aku membuka mata, aku tak bisa bertemu denganmu lagi."

Hatake's Clan RevivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang