Perkenalan 2 : Kuntilanak Merah

30 0 0
                                    

Saat kakakku sampai didepan pintu kamar kami, langsung saja dia menyambar tanganku dan membawa aku kabur dari kamar.
Kami berlari didalam kamar-kamar gelap dan  kosong menuju dapur, setiap kamar memiliki pintu portal atau pintu penghubung, saat itu kami benar-benar merasa takut. Aku pun sangat shock.
Kami berkumpul di dapur, aku berdiri sedangkan yang lain duduk sambil terus merapikan dapur.
" Siapa dek yang panggil kamu? " papa orang pertama yang bertanya padaku, seketika itu juga apa yang mereka kerjakan itu mereka tunda untuk mendengar jawabanku.
" Nggak tahu. Tadi suaranya dari ruangan di depan kamar" ruangan itu adalah salah satu ruang tamu dirumah kami, namun tempatnya kecil dari ruang tamu utama. Dan letaknya disebelah kamarku, kalau dari depan rumah letaknya didepan kamarku.
" Kirain papah lagi manggil kamu dek. " kini giliran kaka yang bersuara. Mamah juga sempat berkata tapi hanya " Iya ".
" Bukan. "
" Tadi suaranya kedengeran sampe ke pojok taman. Papah kira Danang. " Aku tidak mengira suaranya terdengar sampai dimana papa berada saat itu.
" Bukan Pah, suara cewek. "
" Iyah, jelas banget suara cewek. "
" Iyah gak mungkin juga Danang subuh-subuh gini ke rumah. "
Kami terus membicarakan hal itu, sampai aku selesai mandi pun mereka maupun aku masih bingung dengan siapa yang memanggil ku subuh-subuh.
" Teh anterin yuk beres-beres kamar. " kakak ku pun akhirnya mau menemani aku untuk packing beberapa bajuku.

Dan semenjak saat itu aku tidak berani sendirian dikamar... Karena...

___

Masa pelatihan dasar kepemimpinan yang sering dilakukan oleh anggota Osis telah tiba. Dan saat itu tentunya aku masuk organisasi itu lagi, setelah selama di SMP akupun ikut dan menjadi sekretaris Osis. Aku memilih masuk berorganisasi karena ingin menyibukkan diri dari apa yang aku hindari dirumah, yang tentunya tidak membuatku nyaman.

Selama hari pelatihan aku selalu pulang lebih sore, sama seperti hari itu. Selesai pelatihan aku pulang bersama kakak kelasku, Teh Jo panggilannya. Dia merupakan kakak kelas ku saat SMP, sekaligus ketua PMR. Sejak SMP kami sudah akrab, sehingga saat bertemu lagi di SMA yang sama kami sering heboh tiap kali bertemu. Padahal sering bertemu.  Hanya dengan dia sisi heboh ku muncul.

" Len, kamu udah kabarin mamah kan kalo kamu pulang telat? " Teh Jo bertanya lagi padaku saat kami sedang karaoke.

" Udah kok, tenang aja. "

" Oke deh. "

Kami mengobrol tentang semua hal, sesekali curhat sambil memilih lagu yang akan kami nyanyikan. Hal yang tidak pernah kami tinggalkan saat main adalah karaoke. Tidak perduli suara jelek yang mungkin saja terdengar oleh orang-orang di luar sana, yang penting kita happy.

4 lagu tidak membuat kami puas, kami sering kali menambah koin dan bernyanyi lagi. Kalau dipikir-pikir saat itu kami memang boros. Tak terasa malam telah tiba, akhirnya kami pulang pukul 7 malam.
Teh Jo mengantarkan aku pulang kerumah kakek.

Sampai dirumah aku langsung masuk ke dalam kamar, bertemu dengan kakakku Dewi.

" Dari mana? Kok pulang malem? "

Aku menaruh tas kedalam lemari,
" Abis makan sama karaoke dulu sama Teh jo. "

" Oh. " Kakakku pergi, ia memilih menonton tv bersama dengan kedua orangtua kami. Sedangkan aku tidur-tiduran dikamar dengan seragam pelatihan yang masih ku pakai.

Aku melepas kerudung ku, sambil bernyanyi mengusir sepi.

Gerah. Lengket.
Itu yang aku rasa, maklum saja selama selesai KBM aku berlatih baris-berbaris di lapangan upacara, terpapar sinar matahari dan debu-debu yang menempel.

Kubuka lemari pakaian ku, isinya ada pakaian ku dan pakaian kakakku karena kami satu kamar.

" Pake baju yang mana ya? "

Sambil memilih baju aku bersenandung kecil. Aku sangat bingung memilih baju saat itu, padahal hanya dipakai untuk tidur.

" huffff... " rasa lelah dan bingung bercampur jadi satu, aku masih berdiri didepan lemari dengan satu tangan memegang pintu lemari.

Lama memilih akhirnya aku duduk diatas kasur lipat yang aku gulung di dekat lemari, bingung membuat aku jadi malas untuk mandi dan memilih baju. Aku kembali bermain ponsel ku, menyanyikan sebuah lagu tak bermusik.

Wulan...!

Aku merasa pupil mataku membesar, jantungku berdegup kencang namun hanya sekali.

Lagi? Kataku dalam hati.

Aku berlari membuka pintu dan berteriak "Teh!!!"

Aku mendengar suara kaki berlari, aku kembali berteriak " Cepetan!"

Kakakku sampai dikamar dengan wajah tegang, " Hah... Apaan?"

Aku diam karena takut dan shock, kakak ku kemudian mengetahui nya dari raut wajah ku yang tegang dan takut.

" Heh! Jangan ganggu! " kakakku membentak memarahi "dia". Aku dan kakak ku melihat ke sekeliling kamar kami, takut-takut dia muncul dengan tiba-tiba. Wujudnya memang tak ada tetapi, suaranya terdengar lagi.

"hee~~ehh... Hmm~ "

Bulu kuduk ku meremang ketika mendengar suara itu. Suaranya terdengar tak begitu jauh, pelan, lembut, terkesan ganjen tapi itu sangat mengerikan.

Aku menggenggam erat tangan kakakku tanpa melihatnya, aku tetap waspada begitu pun kakakku.

" Jangan ganggu kita lagi! Saya bacain Al Quran ya! " kakak ku akhirnya mengancam akan membacakan surat-surat ayat suci Al Quran. Bukannya membuat dia pergi malah kami yang dibuat ketakutan. Sebab dia...

" hihi...... Heee~~eh hihi " lagi-lagi dia menakuti kami, suaranya pun berpindah dari yang ku dengar dari belakang lemari baju saat itu dia seperti ada diluar kamar kami.

" Pergi! " kakakku membentak nya sekali lagi, aku tidak banyak bicara hanya diam dengan gelisah.

" Ayo pergi "

Aku sibuk memakai sandal sebelum keluar kamar sambil mengancam kakakku untuk tidak lari dan meninggalkanku, ia sepakat kami pun masih saling bergandengan tangan. Gara-gara takut dan buru-buru memakai sandal pun sangat sulit dan lama. Saat belum selesai memakai sandal dengan benar, kakakku sudah menarik-narik tanganku mengajakku untuk bergegas...

" Lari!! "
Kami berdua lari melewati lorong kamar, dengan cepat dan tergesa-gesa seperti berlomba siapa cepat sampai ke dapur.
_______

Dan semenjak saat itu "Dia" selalu mengikutiku. Aku tidak pernah melihatnya, entah kenapa padahal sering kali aku mempersilahkan nya untuk menunjukkan diri. Hari ke hari, bulan ke bulan dan tahun ke tahun dia tetap seperti itu. Sampai dia melakukan hal diluar dugaanku.

1 november 2019, jumat kliwon.
Dengan memaksakan diri aku melanjutkan menulis kisah ini, aku sengaja menundanya karena beberapa faktor. Semoga saja "dia", Miss K Merah tidak marah jika aku berbagi kisah ini. Karena biasanya dia akan datang dalam mimpi menjadi mimpi buruk dan berlanjut menjahiliku lagi.

____

To be continue.

Dua Purnama with Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang