Masa Lalu

1 0 0
                                    

Adegan 30

Lokasi : Alam bawah sadar.

Tubuh Judah memang telah tenggelam di dasar laut.Secara logis Judah memang telah mati.Tapi pikirannya masih hidup.Dan ia merasa berada dalam satu lingkup cahaya putih.Hangat dan merasa tenang.Tubuhnya seperti dibawa terbang oleh sesuatu.Dengan melihat kilasan-kilasan yang pernah di jalaninya.Dan ingatannya di bawa ke masa di mana ia lahir dari rahim perempuan.Membuka mata untuk pertama kalinya dan bertemu dengan wajah-wajah yang di kenalnya.Salah satunya adalah wajah kakeknya.Seseorang yang pernah mengajarinya segala hal baik.Namun itupun tak berapa lama,karena ahkirnya ia pergi dan Judah kecil hidup sebagai bocah liar yang bertahan hidup dengan mencuri.

Adegan 31

Lokasi : Jalanan sebuah kampung kecil.

Tubuh Judah kecil terjerembab ke tanah.Sepotong roti yang ia bawa terlempar dan di injak oleh kaki pemilik toko.Mata orang-orang itu menatapnya dengan liar,seperti mau menelannya.Dan makian itu terlontar bergantian,membuat dia berada antara rasa takut dan amarah.

Massa : "Dasar pencuri!!Anak haram!Mau jadi apa kau ini kalau besar??

Massa 2 : "Ya.Bocah seperti dia pantasnya di potong tangannya saja...sudah bolak-balik mencuri gak kapok-kapok!"

Massa 3 :"Ya.Potong saja tangannya biar dia tak mencuri lagi.."(Sengitnya di ikuti yang lain)

Judah : (Makin ketakutan dan gemetar)

Saat itu lewat seorang pendeta dan anaknya.Karena rata-rata penduduk kampung tersebut pemeluk nasrani,mengetahui kedatangan pendeta itu datang mereka langsung berhenti menghujat anak itu karena segan.Saat itu tubuh Judah masih gemetar ketakutan.Bahkan saat pendeta itu datang mendapati nya.

Pendeta : "Bapak-bapak,ibu-ibu,ada apa ini?Kenapa anda sekalian ribut di jalan?Anak ini siapa?"

Warga : "Oh..pak pendeta.Begini pak,kami semua sangat jengkel dengan bocah ini.Sudah berkali-kali mencuri tak jera juga.Kami sudah menghukumnya dengan berbagai cara,tapi dia tak kapok juga."

Warga 2 : "Benar pak pendeta.Dari pada anak ini mencuri terus,maunya kami potong saja tangannya..."

Pendeta : (Bergedek)."Potong tangan??Apa ini akan menyelesaikan masalah?"

Warga : (Blingsatan)."Ya sebenarnya tidak pak pendeta.Cuma kami kesal.Sudah kehabisan akal menghukumnya."

Pendeta : "Menghukum?Haruskah?Bila ya,apa harus di potong tangannya?Walau berkali-kali mencuri tetapkah di potong tangannya?"

Warga : (Menggeleng,tertunduk).

Pendeta : "Baiklah.Aku tahu kalian kesal sekali dengan anak ini.Karena ia mencuri dan tak mau berhenti dari kebiasaannya.Dan ia pantas untuk di hukum."

Warga : "Benar pak pendeta.Jika tidak,kelak besar bocah ini mau jadi apa?Mungkin sekarang mencuri,besok merampok,mungkin 20 tahun lagi menjadi seorang pembunuh."

Pendeta : "Tapi setidaknya dia punya alasan kenapa mencuri."(Menatap Judah dan berlutut menggapai wajah anak itu)."Nak,mengapa kau mencuri?Jangan takut,bicara saja."

Judah : (Memberanikan diri menatap pendeta itu dan anaknya.Ada sesuatu lain yang ia rasakan.Pandangan mereka hangat,tidak seperti orang-orang itu yang menyimpan kebencian)."Aku..aku..aku lapar."

Pendeta : "Kamu lapar?"(Berdiri dan menatap orang-orang itu).Anda sekalian dengar.Anak ini lapar.Ia mencuri karena lapar.Jadi jika tangannya di potong,bagaimana cara dia makan?Apakah dengan kakinya?Di cucup pakai mulutnya seperti anjing?Atau ada di antara kalian yang mau menyuapinya?Jika kalian berada di posisinya bagaimana??Apa kalian juga tak melakukan hal seperti dia??Bapak-bapak,ibu-ibu...Tuhan mengajar kita membalas kejahatan dengan kebaikan.Kasihilah musuhmu dan berdoa bagi dia.Jika seterumu lapar,beri dia tumpangan.Dengan demikian,kita telah membuat ia malu atas kejahatannya.Itu hukuman yang pantas untuknya.Memang,anak ini salah dan ia selalu mengulangi perbuatannya.Itu karena tak ada yang mengingatkan dia atau mengajarnya.Jadi...jika ada yang punya roti,siapa yang bersedia memberi?"

killer : where i goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang