Pertemuan

1 0 0
                                    

Adegan 6

Lokasi : Sebuah jalan.

Hari telah merayap tengah malam.Ferari Enzo yang di tumpangi Judah menembus jalan sepi pinggir kota.Waktu itu hujan turun dengan lebat.

Laju mobilnya terhenti oleh sebuah kemacetan di jalan.Entah ada kejadian apa,ia kurang suka dengan keadaan ini.Tapi matanya sempat melihat sebuah bus menepi di jalan.Terjebak dalam kubangan lumpur.Di tengah guyuran hujan,seorang gadis berusaha minta bantuan.Tapi tak ada seorangpun yang peduli.Semakin Judah mendekat,semakin jelas wajah gadis itu di keremangan.Ada paras cantik di balik wajahnya yang penuh lumpur.Dan ia tak tahu kenapa hatinya tergetar.Di sisi lain dua pria yang merupakan rekannya juga sibuk memperbaiki bis.Dari jendela bis,suara bocah-bocahpun tak kalah gaduh dan membuat suasana bertambah menjengkelkan.

Ahkirnya sampai juga mobil itu pada gadis itu.Dan sama seperti yang lain,gadis itu mengetuk kaca mobilnya.

Maria : "Tuan...kiranya anda sudi membantu kami?Anda lihat kami sedang kesusahan.Dan orang-orang itu tak ada yang bersedia membantu kami.Jadi kami mengetuk hati tuan,Tuhan akan membalas kebaikan tuan..."

Judah : (Diam berekspresi dingin.Menyengir sinis)."Tuhan...????"(menjalankan laju mobilnya).

Dari spion mobil di lihatnya bagaimana ekspresi gadis itu atas penolakannya.

Tapi kelihatannva ia tak putus asa dan meminta bantuan di antrean

belakangnya meski hujan mengguyurnya.

Makin lama bayangan gadis itu makin menjauh dan bahkan mulai tak nampak.

Tapi mengingat bagaimana usaha dan semangatnya,mulai bergolak juga hati pemuda itu.Sehingga,

karena perasaan bercampur aduk,ia membanting setir mobilnya.

Melintang di tengah jalan menambah kemacetan

Judah : "Dasar gadis sial!!"

Karuan hal ini membuat marah sopir di belakangnya dan memakinya.

Sopir truk : (geram)."Hey!!!Matamu kau taruh di mana!!

Apa kau tak lihat jalanan macet!Seenaknya saja membanting setir!!"

Judah : (Dengan tenang keluar dari mobil dan berekspresi dingin.Mengeluarkan pistol laras pendeknya dari balik jasnya,menodongkan ke arah muka sopir)."Diam jika mau selamat.Apa kau tak lihat jalan macet karena apa.Keluar dari trukmu,ajak yang lain di belakangmu,jika kau tak ingin darahmu tergenang di sini."

Sopir truk : (ketakutan).

Dari jauh gadis itu terlihat masih belum menyerah mencari bantuan.

Wajahnya putus asa dan ia nyaris berhenti.

Tapi ekspresinya berubah ketika dari jauh datang banyak orang menuju ke arahnya.

Di bawah komando seorang yang belum ia lupa wajahnya.

Seorang pria berpakaian rapi,penumpang sedan merah yang tadi sempat di ketuknya.

Maria : "Tuan,anda..."

Judah : "Sudahlah.Sebaiknya kau diam dan beristirahat.biarkan mereka bertindak.(Menoleh pada kerumunan orang).Kalian lihat bukan,bukan mobilku penyebab macet jalan ini.Tapi bus ini.Jika kalian punya otak,mestinya kalian tahu caranya mengatasi keadaan ini.Jangan keras kepala,lihatlah semangat gadis ini.Tak peduli hujan,ia berdiri tak menyerah mengetuk hati kalian,tapi apa kalian peduli?Kalian hanya peduli diri kalian dan barang kalian,tanpa peduli keadaan.Sekarang,jika kalian menganggap diri binatang,silahkan pergi.Jika kalian manusia,ikut aku..."(Beranjak menuju bus dan mulai mendorong)

Massa : (Berpandangan,bicara sendiri,mengambil langkah yang sama)

Adegan 7

Lokasi : Kedai teh pinggir jalan.

Hujan yang makin deras membuat rombongan tersebut terhenti di sebuah kedai teh.

Hujan pula yang membuat perjalanan Judah terhenti,

berkenalan dengan anak-anak panti asuhan "Imanuel" dengan ibu asuhnya,Maria.

Sementara anak-anak panti sedang sibuk menghangatkan badannya,

pemuda itu duduk di dekat meja kasir dengan pakaian yang masih basah.Maria yang telah selesai berganti datang memberinya pakaian kering.

Maria : "Tuan,terima kasih atas bantuan anda..."

Judah : (Tak merespon,tanpa ekspresi).

Maria : "Ok.Tak apa-apa.Maaf kalau kata-kata atau sifatku salah.

Kelihatannya,anda orang yang tak suka bicara..."

Judah : (Menatap sekilas gadis itu melanjutkan minum).

Maria : "Tapi kelihatannya,anda orang yang baik..."

Judah : (Hanya menyengir.Ia justru mengeluarkan pistolnya dari balik jas-nya.

Meletakkannya di meja).

Maria (Terkejut,bersurut mundur)

Judah : (Sedikit melirik,sinis bercampur geli)."Kelihatannya kau senang menilai seseorang,sekilas.Kau tahu ini apa?Lantas,masihkah kau anggap aku baik?"

Maria : (Diam sejenak)."Aku tahu.Mungkin mengerikan melihatnya."

Judah : "Baguslah kalau kau tahu.Itu artinya aku di antara dua hal.

Aku seorang polisi,atau aku seorang pembunuh.Dan aku adalah yang kedua."

Maria : (Terpaku)."Ya.Mungkin anda adalah orang kedua,

tapi aku masih melihat kebaikan dalam hati anda.Itu artinya,sejahat-jahatnya anda,Tuhan masih berbicara dalam hati anda."

Judah : (Geram,mengepalkan tangan.Namun menahan ledakan amarah).

"Tuhan...aku tak percaya Tuhan.

Aku hanya percaya pada ini (Menunjuk pistol) dan ini (Menunjuk kepala)

Maria : "Ough...Maaf,mungkin anda kurang suka saya berbicara demikian.

Kita cari topik lain.Boleh kami tahu nama anda?"

Judah : "Untuk apa?"

Maria : "Anda telah menolong kami.Siapa tahu kami kelak dapat menolong anda.."

Judah : "Katakan saja namamu.Biar aku yang mengingatmu.

Tak perlu kau tahu namaku.Yang penting,aku ingat wajahmu..."

Maria : "Maria..."

Judah : "O.,sudah cukup nona maria.Kau boleh pergi sekarang."

Maria : (Terdiam sesaat lalu meninggalkan sebuah tas di dekat laki laki itu)

Judah : "Apa ini?"(Melirik gadis itu).

Maria : "Pakaian kering untuk anda.Kelihatannya anda membutuhkannya."(Melangkah pergi menuju anak-anak)

Judah : (Menatap sinis dan tersenyum pahit).

killer : where i goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang