Kubuang puntung rokokku lewat jendela kamar, ya hanya rokoklah teman setiaku sekarang yang menemaniku menjalani kesendirianku setelah lulus SMA.
Teman-temanku sudah mulai melanjutkan garis takdir mereka, ada yang melanjutkan studi mereka ke perguruan tinggi, ada pula yang langsung bekerja.
Sedangkan aku, aku hanya bisa berdiam diri di rumah membantu ibukku yang mempunyai usaha catering dan snack, sedangkan ayahku masih mendekam di balik jeruji besi, kenapa? Karena ayahku berada di tempat yang salah serta waktu yang salah.
Ayahku adalah seorang satpam di pabrik pengolahan kayu di ibu kota propinsi di Jawa Tengah, beliau diseret ke meja hijau karena dianggap ikut dalam pencurian kayu di perusahaan beliau bekerja, padahal ayahku saat itu sedang menghadiri undangan salah satu kerabat yang mempunyai hajat.
Oh iya, aku lupa memperkenalkan diriku, namaku Tegas Pradoto. Aku anak sulung dari 2 bersaudara, adikku cewek yg sekarang berada di kelas 1 SMA, mengikuti jejakku yg bersekolah di SMA favorit di kotaku.
Aku biasa di panggil Agas oleh sahabat-sahabatku, dari sejak SD sampai SMA, tampangku biasa-biasa saja menjurus ke jelek sih sebetulnya, untuk ukuran tinggi pun sedikit lebih pendek dari ukuran remaja seusiaku.
Kembali ke kamarku, sebetulnya bukan seperti kamar sih, tapi lebih mirip bungalow yg terbuat dari bambu sebagai tiangnya dan dindingnya terbuat dari anyaman bambu dan partisi kayu (sebenarnya gubuk sih, biar keren aja aku bilang bungalow).
Kamar ini, terletak di depan sebelah kanan rumahku, memiliki 2 buah jendela di depan dan samping kiri dinding kamar, isi di dalam kamarku pun bisa di bilang hampir kosong, hanya ada kasur busa ukuran single bed, seperangkat audio player, dan tidak lupa sekotak tisu basah yg selalu ada di samping kasur.
Kamar ini sekarang terasa sepi, setelah acara kelulusanku dari SMA, biasanya para sahabatku selalu nongkrong dan bahkan tidur di sini! Karena kamar ini berdiri juga karena bantuan para sahabatku dalam proses pembuatannya, dan di kamar ini jugalah saksi kisah cintaku dengan Deni Puspitasari, kekasihku sejak kelas 1 SMA yang kini meninggalkanku untuk melanjutkan studi ke kota pelajar.
14 juni 1998
Hari pertama aku masuk sekolah di SMA setelah seminggu masa orientasi siswa, aku berangkat sekolah dengan berjalan kaki, bukannya aku ga mau naik motor, pingin banget sebetulnya pergi ke sekolah naik motor biar bisa meningkatkan level kegantengankuyang di bawah rata rata, tapi apa daya motor aja ga punya, dapat uang saku aja allhamdulilah.
Sampai di sekolah waktu sudah menunjukan pukul 07:05 wib, "waah telat nih," gumamku membatin. Untung aja upacara bendera diundur di hari kamis bertepatan dengan tanggal 17.
Aku langsung menuju ke kelas 1b setelah melihat penggumuman di mading sekolah tentang info penempatan kelas murid baru. Untung saja guru pengajar belum datang ke kelasku pada saat aku sampai di pintu.
"Pletaaaaak"
"Asyuuu sopo wi sek ngetak aku (anjing siapa yang tadi jitak aku)," ujarku sambil menoleh ke belakang.
Aku melihat si Heru teman SMPku dulu senyum-senyum sendiri.
"Kadinggaren telat we ndess (tumben telat kamu ndess)," tanya heru.
"Tanggiku kawanen cuk (bangunku kesiangan cuk)," jawabku.
Heru lalu menarikku ke bangku nomer 3 dari kiri depan kelasku untuk duduk.
"Duduk sini aja ya Gas! Temenin aku," ucap Heru kepadaku.
"sipp," sahutku sambil mengacungkan jempol.
KAMU SEDANG MEMBACA
a single moment of sincerity
RomanceCerita tentang pencarian tulang rusuk seorang pria