"Belajarlah tersenyum pada orang yang menyakitimu, buatlah dia terkagum, agar dia tau artinya kesabaran."
🌸🌸🌸
"Na,beli kue dulu ya buat nyokap." Setelah beberapa kali dibujuk Tere,akhirnya Adina mau untuk pulang bersama Tere.
"Gue juga mau turun ah." Jawab Adina, sambil cengar cengir polos kepada Tere, yang di balas gelengan olehnya. Tere memarkirkan mobilnya ke tepi jalan,dan segera turun untuk menuju ke kedai kue tersebut."Ini udah di pesen mama kok, jadi tinggal ambil aja,lo kalo mau beli pilih aja enak loh." Jelas Tere, sambil mengedipkan mata sebelah kirinya,Adina hanya tersenyum lalu mengangguk paham. Tere langsung menuju meja kasir dan meninggalkan Adina untuk memberikan kesempatan untuknya memilih kue yang dia suka. Terlihat sang empunya toko kue tersebut sesekali melihat ke arah Adina dengan tersenyum.
"Cheescake kesukaan mama." Begitu mengetahui ada cheescake Adina langsung mengambil nampan yang berada tidak jauh darinya dan menggambil 2 buah cheescake strawberry berbentuk persegi panjang berukuran sedang,lalu membawanya ke kasir.
"Udah,ini aja cantik?" Goda seorang perempuan paruh baya, yang sedikit gemuk itu di balik mesin kasir.Adina hanya tersenyum dan mengangguk singkat yang artinya mengiyakan wanita tersebut.
"Bi Sari, Tere pulang dulu yaa..." Tere berpamitan kepada Bi Sari,dan melambaikan tangannya ketika sudah sampai di depan pintu toko."Lo kok kayaknya udah kenal akrab gitu Ter?" Tanya Adina, setelah sampai di dalam mobil.
"Oh itu." Jawab Tere, singkat lalu mengambil nafas panjang untuk bercerita ke Adina.
"Bi Sari itu dulu pembantu gue Na. Dari kecil sampe gue umur 14, gue dirawat sama dia. Keluarga gue suka banget sama kue buatan Bi Sari. Makannya itu, dia keluar jadi pembantu gue trus dia buka toko kue itu,dengan modal dari keluarga gue. Makannya kadang nyokap nyuruh gue buat ambil kue di tokonya Bi Sari untuk acara-acara penting." Jelas Tere, sambil sesekali melihat ke arah Adina yang hanya manggut-manggut."Rumah lo yang mana si Na?" Tanya Tere yang bingung karena tidak kunjung sampai di rumah Adina.
"Nih cat warna krem sama putih Ter." Adina menunjuk Rumahnya yang berada di sebelah kiri jalan.
"Widii,rumah lo bagus Na." Jawab Tere, terpesona dengan Rumah Adina yang besar. Tidak usah di tanya lagi, Adina dapat tinggal di perumahan elit berkat, kerja keras Elvi sebagai desaigner baju ternama di Jakarta.
"Bukan rumah gue,rumah nyokap gue hehe." sahut Adina,sambil tertawa kecil.
"Mau masuk ga?" Tanya Adina kepada Tere, yang masih duduk di kemudinya.
"Engga,langsungan aja. Takutnya kalo di cariin nyokap,titip salam aja buat mama lo,duluan ya Na." jawab Tere, yang langsung menancapkan gas,dan dibalas Adina, dengan melambaikan tangannya ke arah mobil Tere yang sudah melesat jauh dari hadapan dia sekarang."Motor?" Batin Adina yang baru saja menyadari ada sebuah motor di hadapannya.
"Eh non Nana,udah pulang ya non?" Sapa Pak Anang, selaku sopir di rumah Adina.
"Pak Anang ini motor siapa ya?" Tanya Adina, kepada pria paruh baya tersebut.
"Motornya Mas Revan non." Jawab Pak Anang seadanya. Pak Anang sudah lama mengenal Revan, tepatnya saat Revan berumur 6 tahun. Karena Revan sendiri adalah sahabat dari kecil Adina,mana mungkin Pak Anang tidak tau Revan.
"Haah Revan??" Mata Adina langsung membulat penuh dan buru-buru masuk ke rumahnya."REVAN LO KENAPA GA BILANG GUE SI KALO MAU KESINI!!!"
🌸
1 jam yang lalu...
"Harus beli cemilan yang banyak ini." Batin Ravan, sambil mengambil beberapa snack. Pulang sekolah ini, Revan memutuskan untuk pergi ke supermarket dan membeli snack yang banyak, karena malam ini orang tuanya akan pergi ke luar kota untuk urusan bisnis. Dan dengan sangat, amat terpaksa Revan menerima kedatangan para sahabatnya yang ganteng tapi rada somplak ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT
Teen Fiction"semua orang bilang dia sempurna,tapi di dalam hatinya terbesit luka yang membuatnya diam akan hal cinta." 🌸🌸🌸 Dia bukannya dingin, tapi egois. Dia adalah pelangi yang berada di gumpalan awan hitam pekat. Banyak orang yang membencinya, tapi jauh...