"setidaknya,tetaplah sibuk sampai kau merasa bahwa tak ada waktu untuk bersedih."
🌸🌸🌸
"Sial, gue telat" hari ini, mau tidak mau Adina harus naik angkutan umum.Karena Elvi,mamanya sudah berangkat ke butik pagi-pagi sekali.
"Pak-pak!!!jangan di tutup dulu,ini muridnya kurang satuuuu!" teriak Adina,sehingga membuat Pak Deden kaget,dan menggelengkan kepalanya, melihat Adina berlarian menuju gerbang sekolah dan berteriak seperti itu.Dengan buru-buru,Adina langsung masuk ke dalam sekolahnya begitu saja,dan tak lupa berterima kasih kepada Pak Deden, karena masih mau membukakan gerbang untuknya.
Adina berjalan sedikit cepat melewati koridor sekolahnya,dengan nafas yang masih sedikit tersenggal-senggal, akibat berlarian untuk menuju sekolahnya.
Bughhh!!!
Adina yang sedang merapikan baju,langsung membelalakan matanya. Bagaimana tidak, cowok yang berada beberapa meter di depannya itu sedang membereskan surat,coklat,dan dua buah boneka di lantai yang berceceran, akibat membuka lokernya sendiri ,dan langsung di bawanya pergi.Adina yang melihat kejadian itu hanya bengong,dan kemudian berjalan menuju kelasnya,karena bel masuk telah di bunyikan 5 menit yang lalu.
🌸
"Hari ini, siapa yang tidak berang--" sontak Bu Indah yang berdiri di depan kelas,kaget dengan kehadiran Elang.
"Saya berangkat bu." Potong Elang,yang masuk ke kelasnya begitu saja, dan langsung duduk dibangkunya. Melihat Elang seperti itu, tentu saja membuat Bu Indah marah,dengan perilaku Elang yang tidak sopan.
"Elang sekarang kamu keluar,keliling lapangan 20kali!!!" Gertak Bu Indah, sambil memberikan tatapan tajam kepada Elang, dengan santainya Elang langsung keluar kelas tanpa jawaban apapun. Bu Indah hanya menggelengkan kepalanya, melihat kebiasaan telat yang di lakukan Elang."Enaknya gue ngapain nih?" Batin Elang, setelah sampai di lapangan indoor sekolahannya, yang cukup luas.
"Masa iya gue lari beneran,ogah banget." Setelah berpikir panjang, Elang langsung berjalan masuk ke dalam lapangan, bukan untuk melaksanakan hukuman dari Bu Indah pastinya, melainkan Elang dengan santainya mengambil bola basket yang berada di keranjang bola dekat lapangan, dan langsung memainkannya dengan antusias. Setelah puas bermain bola, dia memutuskan untuk pergi ke tengah lapangan, dan merebahkan tubuhnya disana.🌸
Elang membuka matanya perlahan,dan mendapati seorang perempuan, yang sedang terlihat cemas, sambil membawa sebotol air putih.
"Hah....syukurlah, ga mati." Ucap Adina,sembari memejamkan matanya lega. Sebenarnya Adina tidak sengaja menemukan badan Elang yang sudah tergeletak di lapangan. Dan itu tentu saja membuatnya panik.
"Apaan si lo,pake nyiram gue pake air segala. Jadi basahkan baju gue." Gertak Elang,menatap Adina sinis.
Suasana hening lapangan indoor,membuat suara Elang memenuhi seisi ruangan.
"Ya salah siapa, lo gue teriakin ga bangun-bangun." Jelas Adina,yang langsung mengedarkan pandangannya, ke segala penjuru lapangan tersebut.
"Emm... lagian, lo ngapain tiduran di sini?" Tanya Adina, dengan tatapan mengintrogasi."Kek pernah liat." Batin Adina dalam hati, dan tiba-tiba, terbesit ingatan Adina tentang pria jakung yang ada di hadapannya itu, adalah pria yang dia lihat tadi pagi di dekat loker siswa. Tatapan Adina berhenti di nametag milik pria tersebut.
"Elang Alexa."
"Bukan urusan lo!!!" Gertak Elang, yang membuyarkan lamunan Adina, tentang Elang.
"Elang...oh,jadi ini yang namanya Elang?" Tanya Adina dalam hati. Adina bahkan,tidak mengenal Elang seorang most wanted di sekolahnya. Dia hanya tau nama Elang,karena teman-temannya selalu bercerita tentang ketampanan sampai kenakalan Elang, tapi dari dulu Adina tidak pernah punya niatan untuk ingin tau soal Elang.
"Satu kali lagi, gue ga suka ditatap lama-lama kek gitu." Gertak Elang, ketika ingin beranjak pergi meninggalkan Adina yang masih duduk tidak bergeming di tempatnya, dan langsung berlalu. Adina hanya bisa melihat badan Elang, yang mulai menjauh dan hilang dari hadapannya.
🌸
"Dari tadi, kok Elang ga kelihatan ya?" Biasanya jam istirahat seperti ini, Elang dkk selalu duduk di sudut meja kantin. Tapi anehnya, mereka tak menemukan tanda-tanda keberadaan Elang dimana.
"Jangan jangan,Elang di gondol kuntilanak kali." Jawab Vito, sambil bergidik ngeri.
"Hush,ni bocah ya kalo ngomong." Sahut Natha langsung menonyor kepala Vito, sampai ingin nyungsep ke mangkuk sotonya."Begonya temanku ini,ntar kalo muka gue yang ganteng ini masuk ke mangkuk soto gimana!!!" Suara Vito naik satu oktaf. Tak terima dengan perbuatan Natha, gantian Vito yang menonyor kepala Natha. Revan yang melihat tingkah saling tonyor kedua sahabat di hadapannya itu, hanya menggelengkan wajahnya.
"Eh Elang,Elang." Bisik Revan, yang langsung menyuruh mereka berdua diam.
"Hai kak."
"Hai Lang." Sapaan itu, membuat Elang muak."Hmm." Elang hanya menanggapi fansnya dengan "hmm" yang mungkin tidak seperti sebuah kata, maupun kalimat. Elang enggan membuka suaranya jika masalah itu tidak penting baginya.
"Hai kak Elang,dari mana si udah di tungguin sama dedek Ito juga." Ucap Vito,begitu Elang sudah duduk di hadapannya. Natha, yang melihat tingkah Vito malah ngeri sendiri melihatnya.
"Untung temen" batin Natha dalam hatinya.
"Gue kira lo di gondol sama kuntilanak,makannya, ga nongol nongol." Sahut Vito yang langsung mendapatkan tatapan sinis dari Natha.
Plakkk!!!
Elang melempar botol softdrink milik Revan, yang sudah habis, tepat mengenai kepala Vito.
"Sakit bego,kalo wajah gue yang ganteng ini kenapa-kenapa gimana? Mau tanggung jawab kalian,hah?
Pletak!!!
Elang kembali melempar Vito, kali ini dengan tutup softdring miliknya. Melihat wajah Vito yang masam,Natha hanya tertawa geli.
"Baju lo basah Lang,habis ngapain lo?" Revan yang berada di sebelah Elang, sadar akan baju Elang yang basah.
"Tuh kan bener,pasti tadi kuntilanaknya nyiram Elang pake air comberan." Sahut Vito lagi, yang langsung mendapat tatapan tajam dari Revan.
"Ga usah banyak bacot." Sahut Natha, yang langsung, melempar satu butir kacang kulit ke kepala Vito.
"Astagfirullah salah mulu gue." Jawab Vito, yang masih memegang kepalanya."Jadi, baju lo basah kenapa?" Tanya Natha,yang masih melihat seragam atasan Elang yang basah. Yang ditanya bukannya menjawab,malah mengangkat kedua bahunya pura-pura tidak tahu.
🌸
"Hai Din, lo ga pulang?" Sapa Tere,teman sebangku Adina. Yang di ajak bicara, bukannya menjawab, malah melamun.
"Woe Adina Cantika,lo belom pulang kenapa?" Teriak Tere,yang akhirnya membuat lamunannya buyar.
"Belom." jawab Adina, sembari menggelengkan kepalanya singkat. Adina adalah cewek yang sulit bergaul di kelasnya,bahkan dengan Tere pun, dia tidak terlalu dekat dan masih terlihat canggung. Itu sebabnya,Adina lebih sering sendirian. Bukan karena ada masalah pada diri Adina,tetapi dia hanya takut bergaul pada teman yang salah, untuk kedua kalinya.
"Mau nebeng ga Din?" Tanya Tere, dengan menepuk pelan pundak Adina.
"Emm...engga deh, nungguin mama aja." Adina tidak ingin merepotkan temannya sendiri,makanya dia menolak ajakan Tere."Yaudah,gue duluan ya Din?" Sahut Tere dan mendapatkan senyum tipis dari Adina.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT
Novela Juvenil"semua orang bilang dia sempurna,tapi di dalam hatinya terbesit luka yang membuatnya diam akan hal cinta." 🌸🌸🌸 Dia bukannya dingin, tapi egois. Dia adalah pelangi yang berada di gumpalan awan hitam pekat. Banyak orang yang membencinya, tapi jauh...