"Pada awalnya, aku hanya kagum padamu.Namun, seiring bejalannya waktu aku malah jatuh hati padamu."
🌸🌸🌸
"Kok gue malah mikirin Elang ya?"
"Masa gitu doang gue baper."
"Ga,ga mungkinnn!!!ini perasaan gue aja." Batin Adina, yang langsung menepuk pipinya beberapa kali. Adina masi mengingat jelas kejadian kemarin ketika matanya bertubrukan dengan mata hazel milik Elang.
"DORRR!!!"
Adina yang kaget malah ingin terjungkal, karena kursinya juga ikut terdorong kebelakang."Hati hati dong Na." Sahut Revan yang dengan sigap langsung menangkap tubuh Adina yang masi duduk di kursi meja belajarnya.
"Revann lo tu dateng ga bilang-bilang. Mana pake acara ngagetin lagi." Cibir Adina sambil mencubit perut Revan.
"Sakit ogeb, lagian ngelamunin apa si?" Tanya Revan yang langsung dibalas gelengan oleh Adina.
"Yang bener?" Tanya Revan lagi memastikan bahwa Adina baik-baik saja.
"Iyaaa." Sahut Adina yang langsung membuka buku biologi miliknya dengan malas.
"Ngapain si kesini?" Tanya Adina sembari memutar kursinya untuk melihat Revan yang duduk di atas tempat tidurnya agar lebih jelas.
"Main yuk,ga baik tau jomblo dirumah keliatan ngenes nya." Sindir Revan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Adina.
"Enak aja lo." Sahut Adina langsung menendang kaki Revan.
"Ckk,ayolah Na gue pengen ke pantai." Jelas Revan, dengan mengeluarkan puppy eyes andalannya yang dari dulu dapat membuat Adina menurutinya.
"Ga usah majang muka melas gitu keliatan jelek." Jawab Adina yang langsung mengalihkan pandangnya.
"Adinaaa ayolahh." Lagi-lagi Revan memohon agar Adina mau menurutinya."Loh Revan kok duduk dibawah?" Sahut Elvi yang berada di ambang pintu kamar Adina. Dan melihat Revan sedang berlutut kepada Adina.
"Tante,Adina keluar bentar sama Revan boleh?" Tanya Revan,kepada Elvi yang sekarang tengah berjalan dan duduk di sofa warna pink milik Adina.
"Iya boleh,tapi dengan satu syarat. Bawain tante martabak ya." Jawab Elvi,dengan senyum malu malu. Dan Adina hanya tercengang karena Adina mengira Elvi akan memberikan syarat yang susah kepada Revan.
"Siap tante." Sahut Revan dengan antusias.
"Ck dasar,gue ganti baju dulu keluar ga." Gertak Adina yang langsung menonyor kepala Revan sembari berjalan menghampiri lemari pakaian putih miliknya.
"Iyaa ga pake lama ya Na." Sahut Revan mengacak rambut Adina dan langsung mengajak Elvi untuk meninggalkan kamar Adina."Ayoo jadi gaaa." Rengek Revan yang bosan menunggu Adina dan memutuskan untuk menghampiri Adina di kamarnya.
"Bentar lagii." Jawab Adina yang langsung membuka pintunya dan masih sibuk dengan tali sepatu sneaker warna pink miliknya.
"Na." Panggil Revan yang masih melihat Adina memakai sepatu di depan pintu kamarnya.
"Hm?" Tanya Adina langsung mendongakkan wajahnya untuk melirik wajah Revan sebentar.
"Lo cantik." Gumam Revan yang memandang Adina tanpa berkedip. Dan sepertinya Adina tidak mendengar apa yang baru saja Revan ucapkan.
"Yuk." Ajak Adina sembari membenarkan jaket warna pink muda yang terlihat serasi dengan perpaduan kaus dan jeans warna putih.
"Eh iyaa." Jawab Revan yang tersadar dari lamunannya."Ma Adina keluar ya..." teriak Adina, yang sedang menuruni tangga dan disambut uluran tangan dari Elvi.
"Iya sayang,Revan hati-hati bawa mobilnya. Pokoknya Adina pulang tanpa ada lecet sekalipun. Kalo bisa dipegangin aja terus." Sahut Elvi terkikih kecil, sambil melirik Adina yang kini tengah memutar bola matanya,karena merasa kesal dengan Elvi.
"Iya tante." Jawab Revan yang langsung mencium tangan Elvi diikuti oleh Adina.
"Na mau minum?" Tiba-tiba suara serak dari Revan memecah lamunan Adina yang tengah memandangi derai air laut dalam alunan angin dingin yang membuatnya betah berlama-lama disana.
"Hmm?" Sontak Adina menoleh ke arah Revan yang berdiri di belakangnya dengan membawakan dua botol minuman.
"Buat lo." Jelas Revan terlihat mengulurkan sebotol minuman kearah Adina dan langsung duduk disampingnya yang beralaskan pasir pantai.
"Thanks." Jawab Adina diiringi sekilas senyuman namun terlihat sangat manis menurut Revan.
"Gue kangen deh Na masa-masa dulu." Jelas Revan sembari memutar tutup botol minuman yang baru saja dibuka olehnya.
"Gue kagak tuh." Sahut Adina cengegesan.
"Yee ni bocah ya_-" cibir Revan sembari menonyor kepala Adina.
"Emang kenapa?" Tanya Adina yang kini pandangannya beralih pada Revan yang berada di sampingnya.
"Ya gapapa." Jawab Revan yang terlihat canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT
Teen Fiction"semua orang bilang dia sempurna,tapi di dalam hatinya terbesit luka yang membuatnya diam akan hal cinta." 🌸🌸🌸 Dia bukannya dingin, tapi egois. Dia adalah pelangi yang berada di gumpalan awan hitam pekat. Banyak orang yang membencinya, tapi jauh...