••VirKha••
"Bundaa"
Anak kecil berusia 8 tahun itu bergumam dengan suaranya yang serak. Dia terisak, terduduk lemah di sudut ruangan dengan kedua kaki dan tangan yang terikat.
Minimnya pencahayaan di ruangan itu membuat tubuh kecilnya semakin bergetar. Dia ketakutan.
"B-bunda..Vi takut." Cicitnya pelan.
Entah sudah berapa hari dia terkurung di dalam ruangan dingin dan berdebu ini. Sendirian dengan keadaan yang cukup berantakan. Kedua matanya membengkak karena terlalu lama menangis, rasa perih di kedua pergelangan kaki dan tangannya juga sangat menggangu.
Derap langkah kaki yang terdengar mendekat membuat gadis kecil itu mencoba menghentikan tangisnya. Dia menunduk dan memejamkan matanya, berpura-pura tidur.
Krieeet
Pintu terbuka.
Dua orang pria itu masuk dengan seorang anak laki-laki yang terlihat tertidur di pundak pria yang mengenakan topi hitam. Pria itu membopong nya seperti karung beras, kemudian diletakannya anak laki-laki itu di samping gadis kecil yang di bawanya dua hari yang lalu.
Keduanya saling melirik, lalu menyeringai puas karena berhasil membawa apa yang diinginkan oleh bosnya.
Pria berambut panjang berjongkok, mensejajarkan wajahnya dengan kedua bocah di hadapannya. Dia menyeringai, mengulurkan tangannya untuk membelai pipi gadis kecil itu.
"Sekarang kau mendapatkan teman baru, bocah."
Keduanya beranjak, pria dengan topi dikepalanya menelepon bosnya.
"Kami berhasil membawa keduanya, Bos. Baiklah, kami akan segera ke sana. Siap bos." Ucap si pria bertopi itu lalu pergi keluar ruangan dan tak lupa mengunci pintu.
Setelah mendengar suara pintu yang terkunci, anak laki-laki itu membuka matanya. Ia menolah ke samping dan mendapati gadis kecil dengan kepala tertunduk dan bahu yang terguncang pelan.
"Ssstttt, jangan menangis." Ucap anak laki-laki itu seraya beringsut mendekat.
Gadis kecil itu mengangkat kepalanya, menoleh kesamping, iris coklatnya bertatapan dengan kedua netra hitam anak laki-laki di sampingnya.
"Vi takut, Vi mau pulang" Tangisnya kembali pecah, badannya bergetar.
"Jangan takut ya, ada Aka di sini."
"Vi mau pulang, Vi mau ayah sama bunda." Rengeknya.
"Iya nanti pulang yaa, jangan nangis lagi, nanti om jelek itu dateng lagi dan marahin Vi, Vi mau?. Ssstttt,, berhenti nangis, jangan cengeng, nanti Aka anterin Vi pulang yaa."
Vi mengangguk, ia menyandarkan kepalanya di bahu anak yang menyebut dirinya Aka. anak laki-laki yang mungkin seumuran dengannya itu tersenyum terus memperhatikan Vi yang mulai memejamkan matanya, tertidur karena kelelahan. Aka pun ikut memejamkan matanya dan tertidur dengan kepala di atas kepala Vi yang menyender di bahunya.
Keesokan harinya, pria berambut panjang datang dengan keadaan mabuk, pria itu membanting kursi kayu dan barang-barang tak terpakai yang ada di ruangan berdebu itu. Hujan deras, kilat dan guntur yang saling bersahutan mendukung keadaan ruangan itu semakin memcekam.
Vi dan Aka kecil yang sudah terbebas dari ikatan itu pun beringsut ke pojok ruangan. Vi menutup telinganya kala mendengan suara guntur yang begitu memekakan telinga.
Jangan tanya mengapa mereka bisa terbebas dari ikatan, itu semua karena kebodohan dua orang dewasa itu sendiri karena telah meninggalkan bocah laki-laki tanpa mengikatnya terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
VirKha
Teen Fiction[Slow update] Ini hanyalah sebuah kisah sederhana yang tertulis dengan penuh makna, tentang aku, kamu dan rencana semesta terhadap kita. Ketika Alvira Chavali Aldric bertemu sosok pengganggu tampan yang bernama Arkha Adhyastha. -------------- Note :...