Tok.Tok.Tok.
Aku mengetuk pintu kantor kepala bagian desain grafis di perusahaaan penerbitan ini. Aku jarang masuk ke sini karena aku bekerja di bagian editing. Biasanya para staf tata letak yang mengunjungi departemenku untuk mensinkronkan naskah yang kamu garap bersama. Staf di tata letak adalah para lay outer dan fotografer. Kini aku ditugaskan oleh Mbak Yuli, kepala bagian editor untuk mengantarkan sebuah bungkusan untuk kepala bagian desain ini. Namanya Pak Panji.
Sebelumnya aku belum pernah bertemu Pak Panji. Aku baru 4 bulan bekerja menjadi salah satu staf mbak Yuli.Karena itu agak susah aku mengenali orang yang dimaksud atasanku itu.
"Pokoknya orangnya yang paling ganteng di devisi grafis." jelas Mbak Yuli. Seolah kata itu sudah cukup untuk menemukan lelaki itu. Huh! Padahal definisi "ganteng" menurutku dan Mbak Yuli kan belum tentu sama, gimana aku bisa menemukannya?
Aku masih meggenggam bungkusan titipan mbak Yuki yang entah isinya apa itu saat pintu terbuka. Seorang perempuan berparas cantik dan dandanan modis menyambutku
"Iya? Ada perlu apa?"
"Saya Ratri, mau ketemu Pak Panji ada?" tanyaku sopan. Perempuan itu mengerutkan keningnya. Pandangannya tampak tidak senang.
"Panji sedang tidak dalam kondisi yang baik. Ada masalah sedikit di kantor yang membuatnya agak sensitif saat ini. Apa penting sekali?"
"Eh. Anu. Saya hanya disuruh mbak Yuli untuk mengantarkan bungkusan ini." Aku menyodorkan bungkusan dalam tanganku. Perempuan itu lalu tersenyeum sinis. Entah maksudnya apa.
"Lagi?" tanyanya. Aku mengerutkan kening tak paham.
"Emmm maksudnya? Eh saya kan baru kali ini mengantarkan..."
"Iyaa...semua yang kesini mengantar bungkusan juga cuma sekali kok mengantarkan bungkusan... hihi... Tapi kalau mau coba ya silakan antar sendiri ke orangnya. Tuh yang baju coklat di meja sudut." Perempuan itu lalu minggir memberiku jalan. Aku masih tak mengerti. Apa maksudnya? Namun aku tetap masuk dan mulai mencari meja pak Panji yang ditunjukkan perempuan itu.
Di pojok ruangan tampak seorang lelaki berbadan tegap dan berwajah tampan sedang mencoret-coret sesuatu di meja. Di depannya tampak dua orang staf sedang menghadap. Tampaknya mereka sedang sibuk. Dari jauh aku menangkap aura kegelisahan di wajah lelaki itu. Namun aku tetap memberanikan diri untuk mendekat. Bungkusan dari mbak Yuli itu harus sampai ke tangan penerimanya.
"Maaf selamat siang", sapaku berusaha sopan. Pak Panji mendongakkan kepalanya. Ya ampun dalam beberapa detik aku terpesona oleh mata tajamnya yang menatapku bagai elang.
Mata itu memancarkan ketajaman berpikir dan kecerdasan di atas rata-rata. Belum lagi rambut-rambut halus yang tumbuh di sekitar dagu dan pipinya membuatnya terlihat sangat tampan dan jantan.
Sesaat mataku tak berkedip oleh pesonanya. Lalu aku tersentak saat ia berkata
"Siapa? Ada perlu apa?" Duh... kenapa suara itu tidak ramah?
"Ini saya diminta mbak Yuli untuk mengantarkan bungkusan..."
"Yuli lagi? Apa sih maunya dia?"
"Eh.. nggak tahu.. saya cuma disuruh..."
"Dan kamu? Siapa pula kamu ini mau-maunya disodorkan kemari dengan alasan mengantar bungkusan? Aku sudah bosan tahu?" Pak Panji berdiri sambil menunjukku. Aku tersentak kaget. Benar-benar tak kusangka aku mendapat tanggapan seperti itu.
"Eh..kenapa ya? Saya hanya mengantarkan ini..."
"Trik lagi kan? Yuli hanya ingin kamu ke kantorku untuk bisa mengenalku kan? Sudah kubilang aku bosan dijodoh-jodohkan dengan cara seperti ini. Norak tahu? Dan kamu? Kenapa mau merendahkan dirimu sendiri dengan membawa bungkusan itu kemari? Hah? Apa kamu juga penasaran denganku?"
"Maaf ini ada apa ya? Saya kok nggak paham?" Aku mulai merasa tidak enak. Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa tiba-tiba aku dimarahi? Apa aku salah datang mengantarkan bungkusan? Tapi kata Mbak Yuli tadi...Duh aku bingung.... Lalu perempuan cantik yang menyambutku di depan pintu tadi pun mendekatiku.
"Nggak usah pura-pura...Kami tahu kamu disuruh mengantar bungkusan makan siang untuk pak Panji agar kamu bisa kenal dengan bos kami ini. Mbak Yuli memang sering menjodohkan pak Panji dengam cewek-cewek dengan cara seperti ini... Mbak Yuli itu kakak sepupu pak Panji. Kami semua disini sudah sering melihat trik-trik Mbak Yuli seperti ini. Kamu kok mau sih? Apa kamu juga pengen dijodohkan sama Pak Panji? Eh...sebaiknya kamu ngaca dulu deh... Pak Panji punya selera yang lebih tinggi lagi..."
JLEB
Rasanya jantungku seperti ditusuk sekian banyak pisau mendengar kata-kata perempuan itu. Apa-apaan ini? Dijodohkan? Merendahkan diri? Apa hubungannya denganku? Dengan menahan napas aku berusaha bersabar, meski hatiku terasa sakit bukan main dihina seperti ini.
"Maaf mbak... saya bahkan tidak tahu apa isi bungkusan ini. Saya hanya disuruh mbak Yuli. Saya juga nggak tahu kenapa mbak Yuli menyuruh saya. Beliau sama sekali tidak menjelaskan apapun selain menyuruh saya mengantarkan ini. Saya juga tidak tahu hubungan mbak Yuli dan Pak Panji, juga trik-trik apa yang mbak sebutkan tadi... Saya bahkan tidak tahu yang namanya Pak Panji sebelum ini..."
"Itu juga yang gadis-gadis lain katakan sebelum kamu. Dan kami tahu itu hanya akting saja. Karena banyak dari mereka memang menginginkan cara ini untuk mendekati Pak Panji..."
***
TBCJangan lupa Vote and comment ya!
Luv u all
Nana👑
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate For Love[END]
General Fiction[SHORT STORY - ONE] Judul sebelum nya "hate to the love" By: @yasfachairunnisa_ *** Semenjak memberikan barang yang dititipkan oleh Atasan ku, Aku merasa hidup ku akan berubah. Aku tak menyangka akan mendapatkan tuduhan dari Bos ku. Bos yang sehar...