Part 4

593 44 0
                                    


"Sesampai di mobil, Panji membukakan pintu untukku. Sesaat sebelum ia menstarter mobilnya. Ia menoleh ke arahku. Aku pura-pura tidak tahu dengan melayangkan pandanganku ke arah luar. Namun karena kurasa lama ia tidak segera menstarter mobilnya, aku pun menoleh ke arahnya. Dan Jleb! Mata itu... Duh.. lembut sekali membelai diriku. Apakah itu? Aku serasa menemukan telaga di kedalaman matanya. Panii pun tersenyum. Aku membalasnya sedikit. Tubuhku serasa bergetar. Aku tak tahan membalas tatapannya itu.

"Makasih ya Ratri..." bisiknya.

"Apanya?"

"Kamu mau ikut mobilku. Aku hampir putus asa berusaha menghubungimu tadi."

"Sebenarnya mau apa?"

"Aku...aku ingin menyampaikan rasa penyesalanku padamu. Entah bagaimana caranya supaya aku mendapat maafmu. Aku tahu aku sangat kasar dan berbuat tidak pantas dengan menuduhmu seperti itu...Aku minta maaf Ratri... Kamu boleh lakukan apapun padaku agar aku bisa mendapat maafmu... tapi tolong jangn hindari aku... Aku.. Aku tak sanggup..."

"Aku sudah melupakannya.." jawabku yang entah darimana kata-kata itu berasal. Bukankah tadi aku sempat merasa kesal padanya? Huh! Aku juga bingung.

"Benarkah?"

"Aku memang tak ingin mengingat-ingat peristiwa itu lagi. Memalukan sekali..."

"Memang. Aku yang malu Tri..kenapa bersikap kekanakan seperti itu. Aku mohon maaf. Bolaehkah akau minta kesempatan untukmemperbaikinya? Kita mulai dari awal ya?" ujar Panji sambil mengulurkan tangannya.

"Perkenalkan namaku Panji Wiradaksana. Dan aku tahu namamu Ratri Kusumawening kan? Aku ingin bisa mengenalmu lebih dekat lagi. Boleh?" Aku menoleh. Kutatapmatanya. Ada kejujuran dan pengharapan disana. Sekelebat masih ada tersisa rasa sakit dan kesal atas perbuatannya beberapa waktu lalu. Namun entah kenapa aku menangkap ketulusan dan kesungguhan pada kata-kata penyesalannya. Aku menghela napas.

"Sebenarnya...sejak peristiwa itu, aku berjanji untuk tidak berurusan sekecil apapun denganmu..." akuku. Panji masih mempertahankan tangannya yang terulur ke arahku dan belum kusambut sama sekali. Ia tersenyum memahami.

"Yuli sudah menceritakan semuanya tentangmu. Aku maklum. Meskipun kamu masih membenciku, aku tak peduli. Aku tetap ingin mengenalmu dan lebih sering bersamamu..."

"Kenapa?"

"Karena...karena cuma kamu satu-satunya gadis yang membuatku tidak mampu berpikir lain. Sejak peristiwa itu, entah kenapa malamnya aku tidak bisa tidur nyenyak. Aku selalu terbayang wajahmu yang tampak bingung, marah, campur malu saat menghadapi tuduhanku itu. Saat itu juga aku menyesal mengapa pertemuan kita diawali dengan hal yang buruk? Aku sulit melupakanmu sejak itu. Bahkan sebelum Yuli menjelaskan semuanya padaku, sebenarnya aku sudah ingin meminta maaf padamu. Aku merasa sangat keterlaluan bersikap sekasar itu pada gadis selembut kamu..."

Aku hanya terdiam. Pengakuannya itu sungguh mengejutkan. Bagaimana mungkin lelaki sesombong itu bisa menyesal? Kubayangkan malam-malam yang dilaluinya pasti sangat menyiksa dengan persaan bersalah seperti itu.

"Ratri...aku tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi padaku. Tapi aku sungguh sangat ingin bisa mengenalmu lebih dekat lagi. Aku tidak pernah merasakan seperti ini sebelumnya. Bahkan dengan semua gadis-gadis yang mengejarku. Serta semua gadis yang dijodohkan padaku. Kamu benar-benar berbeda. Kamu yang berhasil membuka hatiku Tri..." lanjutnya lagi. Aku masih terdiam. Tak tahu apa yang akan kulakukan. Aku hanya bisa memandangnya. Menatap wajah tampannya yang sangat mempesona. Aku menemukan sebongkah keteduhan dan kasih yang menggelegak di matanya. Sesaat kami hanya saling pandang.

"Maksudmu...?" tanyaku dengan bibir bergetar. Lalu perlahan tangan Panji yang terulur itu mendekat dan mengambil tanganku. Diremasnya jemariku lembut. Tubuhku langsung gemetar saat kunikmati remasan lembut tangan kekarnya pada jemariku.Oh apakah ini? Mengapa aku jadi seperti tersihir ?

"Ratri...kurasa...kurasa aku jatuh cinta padamu..." Kulihat getaran di bibirnya. Tampak bahwa ia sangat menahan perasaannya sendiri. Aku bingung. Namun mengapa aku juga bahagia?

"Bagaimana mungkin? Kenapa aku?"

"Jangan tanya kenapa pada cinta. Karena cinta datang tanpa alasan apapun. Bahkan pada saat pertemuan terburuk sekalipun, ia tetap mampu tumbuh dan bersemi disana..." jawabnya. Lalu Panji mengangkat tanganku yang ada dalam genggamannya. Dikecupnya sekilas. Aku menggigil. Tubuhku serasa terangkat ke langit entah di tingkat berapa.

Dua bulan kemudian kami resmi menjalin asmara. Panji begitu telaten mendekati dan mencairkan hatiku. Kebencian dan kekesalan yang pernah kurasakan sebelumnya kini hilang entah kemana. Aku bahkan mulai merasa tergila-gila padanya. Wajah tampan dan senyum lembutnya seakan menghantuiku kemanapun aku pergi. Aku telah jatuh cinta!

Sore itu Panji mengajakku ke pantai. Suasana matahari terbenam membangkitkan rasa romantis di hati kami masing-masing. Di tengah debur ombak dan suara burung camar bersahutan, sore itu Panji menyatakan lagi perasaan terdalamnya padaku.

Kami berdiri berhadapan, saling memandang mesra. Panji tersenyum. Disibaknya anak-anak rambutku yang beterbangan menutupi wajahku.

***

Kasih Vote and Comment dong biar cerita ini juga jadi the best :(
Tapi gapapa deh yang penting kalian sukaaaaaa 💕

Jangan lupa baca cerita Nana yang lain yaaa! 😘😍

Luv u all❤❣️

Nana 👑

Hate For Love[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang