🍁 Playlist 🍁
If you || Choi Nakta
Ost. 18 Again.
.
Langkah Gladys berhenti tepat saat pria paruh baya yang sedari tadi ia ikuti kini duduk di kursinya. Pria itu nampak mencari sesuatu dari laci mejanya. Gladys hanya diam menunggu.
Sampai buku cetak fotocopy tebal di sodorkan di hadapannya. "Ini pelajari yang kamu bisa, Minggu depan baru benar-benar kita mulai latihannya"
Gladys mengangguk mengerti, mendengar instruksi dari guru pembimbing Olimpiadenya. Pak Burhan namanya, guru senior yang selalu membawa nama baik sekolah ini bersama siswa binaannya.
"Baik Pak, terimakasih banyak" ucap Gladys mengangguk sopan.
"Jangan sungkan untuk bertanya ya Gladys, Bapak akan senang kalau kamu sering bertanya, itu artinya kamu benar-benar ingin mempelajarinya. Ingat, jangan sampai perjuangan kamu hanya berhenti pada semester kemarin" ucap Pak Burhan memberikan wejangannya.
"Oh iya, ingat ya pulang nanti kumpul dulu sama Ira dan Delon"
Gladys mengangguk dengan senyuman merekah. "Baik Pak, saya permisi" ucap Gladys, setelah itu keluar dari ruang guru itu. Dengan buku cetak tebal yang berada di pelukannya.
Begitu keluar, ia sudah di sambut dengan seruan ketiga sahabatnya. "Jagoan gue nih" ucap Netta merangkul bahu Gladys.
"Kesayangannya Vale nih" ucap Vale ikut merangkul bahu Gladys.
"Gimana Dys? apa kata Pak Burhan?" tanya Aletha sembari mulai melangkah disisi Netta. Mereka mulai melangkah menjauh menuju kelas.
"Katanya disuruh pelajaran ini dulu sih" ucap Gladys memperlihatkan buku yang sejak tadi ia peluk.
Netta tidak tahan untuk tidak tertawa melihatnya. "Itu buku Sains atau buku utang dah? tebel amat" ucapnya tertawa sampai memegang perut.
"Hmm, kalo Netta yang di suruh pelajarin itu di jamin deh besoknya bakal masuk UGD, otaknya gak mampu" ucap Vale mengangguk-angguk.
Kali ini Aletha yang tertawa puas melihat tawa Netta yang padam begitu saja. Sedangkan Gladys ikut tertawa sembari jari telunjuk yang menekan-nekan pipi Netta.
"Anjayani lo semua" dengus Netta melotot. Kemudian keempatnya melanjutkan langkah menuju kelas dengan tawa-tawa yang malah membuat mereka terlihat sangat cantik. Siapa sih emang yang mau bilang mereka jelek? gak pernah kena tatapan biusnya Aletha tuh, gak pernah liat Vale lagi nari-nari kali, gak pernah liat Netta dengan gaya aduhai deh, gak pernah liat wajah serius Gladys waktu jawab soal di papan tulisnya sih pastinya.
Dan tanpa keempat gadis itu sadari. Sejak keluar dari kantor, mereka sudah di awasi oleh empat pasang mata dari ujung lapangan basket.
Terlihat Dave yang sudah kayak cacing, terpesona liat Aletha ketawa cantik gitu. Juna juga sudah gemes banget liat wajah serius Vale yang ngeledek Netta. Beda sama Athalla dan Leon yang kalem aja. Leon kalem liat Netta yang cemberut, walaupun kadang suka nyebelin kalo lagi kumat ke dianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Athalla [New Version] HIATUS
Novela Juvenil*FOLLOW SEBELUM BACA Gladys, gadis cerdas yang sangat ambisius dan selalu memimpikan untuk bisa mendapat beasiswa bersekolah di Amerika dengan jerih payahnya sendiri, selain itu ia juga adalah jagoan Olimpiade Sains. Disisi lain, ia mulai menemukan...