Amel masih diam ditempat duduknya, entah apa yang ia pikirkan hingga sapaan Rizal, ia abaikan begitu saja.
"Mel...? kak Rizal tuh, temuan gih!" Kata Aini mengingatkan.
"Aini, tolong dong kasih tahu sama kak Rizal, aku lagi nggak ingin bertemu dengannya, bilang aja aku lagi nggak enak badan." Kata Amel pada Aini.
Amel tidak ingin bertemu dengan Rizal, bukan karena ia marah. Tidak, tetapi karena ia tidak ingin Dita semakin salah paham padanya.
Amel lebih memilih membaringkan kepalanya diatas meja, daripada nanti melihat wajah kecewa Rizal karena ia menolak untuk ditemui, juga agar Rizal yakin bahwa ia memang sedang tak enak badan.
"Kak Rizal, maaf ya... Amel lagi nggak ingin ditemui, katanya lagi nggak enak badan." Kata Aini pada Rizal.
"Nggak enak badan?" Gumam Rizal.
Tanpa mengindahkan kata-kata Aini, Rizal masuk ke ruang kelas Amel dan menghampirinya.
"Kamel...?" Suara itu berhasil membuat Amel membeku. Betapa tidak, suara itu terdengar begitu dekat dengannya.
Di tambah dengan sentuhan lembut di bahunya.
"Kamel? Kamu baik-baik saja?" Tanya Rizal khawatir.
Perlahan-lahan Amel mengangkat kepalanya. Wajahnya terlihat jelas menahan gugup, juga debaran jantungnya yang semakin terasa kencang.
Deggg
Wajah Rizal begitu dekat dengan wajahnya.
Sesaat mereka saling pandang, saling menelusuri setiap inci wajah satu sama lain."Kak Isal?" Hanya kata itu yang mampu Amel ucapkan dari bibir tipisnya itu.
Buru-buru Rizal bangkit dari kursi yang ia duduki didepan Amel.
"Kamel, ayo! aku antar pulang ya? biar aku yang akan menyetir mobilmu." Kata Rizal sambil membereskan buku-buku Amel di atas meja.
"Ta... Tapi...."
"Udah ayo!" Kata Rizal sambil menarik lengan Amel, bahkan tas Amel sudah ada dalam pegangannya.
Dengan berat hati Amel mengikuti langkah Rizal setelah berpamitan pada Aini.
Ketika mereka sedang menuruni tangga, setiap mata memandang dengan pandangan yang berbeda, diikuti dengan suara bisik-bisik yang masih terdengar oleh Amel.
Mereka pacaran?
Cepat juga gerak si Isal ya.
Wah serasi ya.
Dan masih banyak lagi desas desus yang masih samar terdengar.
Ketika diparkiran, tanpa mereka sadari. Ada sepasang bola mata bulat yang dihiasi bulu mata lentik itu diam-diam menatap nanar dari balik kaca mobilnya.
"Ehemmm... Kamel? Apa kamu memang sering seperti ini?" Tanya Rizal memulai percakapan setelah berada didalam mobil.
"Seperti ini bagaimana?" Tanya Amel menautkan alisnya.
"Yah... kamu sering merasa gugup, dan kamu juga terlihat gemetar seperti ketakutan, apa memang seperti itu?" Tanya Rizal hati-hati.
Amel kaget dengan pertanyaan Rizal, ia berpikir tidak akan ada yang menyadari hal itu. Ternyata dugaannya salah.
"itu... A... Aku tidak tahu kenapa." Jawab Amel berbohong.
Memang, ada yang membuat Amel sering merasa gugup dan khawatir ketika diKampus, tapi ia tidak ingin menceritakan alasannya pada pria yang baru ia kenal itu."Hm baiklah. Kemana aku harus mengantarmu?" Tanya Rizal pada Amel ketika mobil mereka sudah keluar dari area Kampus.
"Ke jalan Michelia 6." Jawab Amel sekenanya.
Ia lebih memilih melihat jalanan daripada terus membuat jantungnya semakin berdebar tak karuan.Setelah sampai didepan rumahnya, Amel mempersilahkan Rizal masuk.
Sembari menunggu Amel didapur, Rizal melihat foto besar yang dipajang tepat diruang tamu.
Ada sosok Kamelia disitu, yang diapit oleh kedua orang tuanya.
Pantas saja Kamel memiliki paras yang sangat menawan, ternyata Ayahnya menikah dengan wanita asal Korea, pikir Rizal.
"Kak Isal... Ayo, minum dulu." Kata Amel sembari duduk diikuti oleh Rizal.
"Kamel? Kamu benaran nggak enak badan? Kok sepertinya baik-baik saja?" Selidik Rizal saat ia mencicipi es jeruk buatan Amel.
"Ya memang, tapi sekarang sudah agak baikan kok."
"Kak Isal... Aku boleh nanya nggak?" Tanya Amel dengan mimik serius.
"Ya, tentu saja."
"Kak Dita itu siapa? Mantan kakak?" Tanya Amel dengan mimik datar.
Sebenarnya ia tidak ingin menanyakan hal ini. Karena sudah jelas, Dita adalah mantan kekasih Rizal."Hemmm... Anu... Ka... Kamu tahu dari mana? Kalian saling kenal?" Tanya Rizal dengan gugup.
"Tidak, kami hanya tak sengaja berpapasan, dan Aini yang mengatakan kalau Dita itu mantanmu." Jelas Amel masih dengan mode datar.
"Iya memang benar, dia mantanku, tapi kami sudah ti...."
"Tolong jangan temui aku lagi Kak! Aku tidak ingin Dita semakin salah paham padaku." Jelas Amel dengan tegas.
Tanpa menunggu tanggapan Rizal, Amel langsung beranjak menuju kamarnya.
Aku pasti akan mendapatkanmu, Kamel. Gumam Rizal ketika menatap punggung gadis pujaannya itu berlalu.
"Aini...." Panggil Rizal setelah menemukan Aini bersama temannya Velita, dikantin.
"Kak Rizal? Ada apa?" Tanya Aini.
Setelah kembali ke Kampus, Rizal memang berniat untuk menemui Aini.
"Apa yang terjadi hingga kamu harus menceritakan hubunganku dengan Dita pada Amel?" Tanya Rizal dengan sedikit kesal.
"I... Itu, kemarin kak dita nggak sengaja nabrak Amel, dan Amel nanya kak Dita itu siapa."
"Jadi aku bilang, kak Dita itu mantan ka..." Jelas Aini terputus karena Rizal langsung pergi begitu saja.
"Dasar belang, gak bisa liat yang mulus aja langsung ngekor." Gerutu Velita, sahabat Aini.
Tapi kemudian ia tampak diam memikirkan sesuatu. Dari perubahan wajahnya, Aini tahu ada yang sedang mengganjal pikiran sahabatnya itu.
"Ada apa Vel?" Tanya Aini tampak khawatir.
"Aku takut, Amel akan terpengaruh oleh kak Rizal, kamu tahu tabiat kak Rizal kan." Terang Velita dengan kesal.
"Aku rasa tidak, Amel sepertinya gadis yang baik, dia bisa melihat mana yang baik dan nggak untuknya." Jelas Aini.
Memang, sejak Aini mengenal Amel, ia bisa merasa nyaman dengan gadis jelita itu. Amel adalah gadis yang ramah dan enak diajak berteman, dan sifatnya juga terlihat dewasa.
Rizal tampak berdiam diri didekat Taman belakang Kampus. Ia sedang memikirkan cara untuk bisa membuat hati Amel luluh padanya dan tidak terjadi salah paham lagi antara mereka.
Ia sudah terlanjur jatuh hati pada Amel sejak pertama kali ia melihat gadis manis itu.
Memang benar, Dita adalah mantan kekasihnya. Sudah sejak setahun yang lalu hubungan mereka berakhir, dan sudah setahun pula ia tidak bisa mendekati wanita yang ia sukai.
Setiap kali ia mendekati wanita, selalu gagal. Baru sebulan dua bulan menjalani pendekatan, mereka akan menjauh dan tak mau lagi di temui.
Sama halnya dengan Amel, bahkan baru dua hari perkenalan mereka. Tetapi, Amel sudah menyuruhnya untuk menjauh.
Entah apa yang sudah Dita lakukan sehingga setiap gadis yang dia dekati akan menjauh.
Setiap kali Rizal bertanya, Dita selalu menjawab tidak tahu, bahkan ia tidak pernah bertemu apalagi mengombrol dengan gadis-gadis yang dimaksud Rizal itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang KAMELIA
Storie d'amorekamelia adalah wanita yang berdarah campuran korea indonesia, bisa di bayangkan parasnya bukan? Berkat wajah cantiknya kamelia menjadi gadis incaran semua pria. Tetapi, di balik parasnya yang menawan. Kamelia juga seorang gadis yang sentimental, dan...