Happy Reading~
*****
Author POV
"Saya bu." Nana mengangkat tangan saat ibu guru memanggilnya.
"Nana, nanti istirahat pertama temui saya diruang guru ya."
"Ada yang bisa saya bantu bu?" Nana penasaran ada alasan apa bu guru memintanya ke ruang guru. Seingatnya dia tidak pernah membuat masalah. Apalagi dengan statusnya yang masih siswa baru.
"Ada yang mau saya bicarakan dengan kamu. Bisa kan?"
Nana tidak dapat menolak, "Bisa, Bu."
Saat bel istirahat pertama berbunyi Nana segera pergi ke ruang guru. Waktu 1 bulan tidak cukup bagi teman-teman sekelasnya untuk berteman dengan Nana. Bahkan banyak dari mereka yang terkesan benci dengan kehadiran Nana. Banyak dari mereka yang takut berteman dengannya karena insiden yang melibatkan Mitha beberapa waktu yang lalu. Siswa di sekolah ini paling anti berurusan dengan Mitha. Berita ini bahkan sudah didengar oleh para guru.
"Mau kemana lo cewek cupu?" Hadang seseorang saat Nana berdiri.
Nana tidak menjawab karena tahu akan sia-sia jika melawan perempuan itu.
Rani, salah satu teman satu geng Mitha mendekat dengan bersedekap dan dengan sombongnya berlagak dihadapan Nana.
Gadis berkacamata tebal itu tersenyum sinis.
"Babunya Mitha lagi?" batin Nana.
"Kenal gue kan?"
"Tentu. Temennya Mitha yang paling jagoan bukan?"
"Pinter juga lo." Rani menonyor dahi Nana dengan jari telunjuknya tanpa merasa bersalah. Mungkin karena pergaulannya yang dekat dengan Mitha membuatnya tidak takut lagi terhadap siapapun dan apapun.
Nana diam membisu, "Maaf gue harus pergi ke ruang guru."
"Eits...mau kemana lo? Main pergi aja."
"Terus lo sebenarnya ngapain ganggu gue?" Nana menunduk dan membetulkan kacamatanya yang melorot.
"Nggak apa-apa sih gue cuma mau ngasih peringatan aja. Jangan berani-beraninya lo berurusan sama gue terutama sama Mitha. Itu pesan Mitha buat lo. Yahh gue harap sih kuping lo nggak budek-budek banget supaya denger kalau yang gue omongin ini ada dan beneran."
"Gue nggak ngelakuin kesalahan apapun." Nana berusaha mengelak dan mencari-cari alasan yang dipikirnya logis.
Plak
Rani menampar Nana dengan keras karena merasa Nana tidak takut dengannya.
Plak
Kini giliran pipi kanannya yang kena tamparan.
"Bener-bener cari mati nih cewek." Batin Rani jengkel karena Nana hanya diam saja. Tapi diamnya Nana justru membuat Rani tambah jengkel.
Nana tetap berdiri diposisinya tanpa ekspresi kesakitan apapun.
Hanya diam...
Rani menjambak rambut Nana dan menariknya dengan sekuat tenaga. Sialnya hanya tinggal beberapa siswa di kelas itu. Hampir semuanya pergi makan di kantin.
"Jangan berani-beraninya lo ngadu ke Kenan kalau Mitha sebenernya tadi bohong!"
Saat rambutnya ditarik oleh Rani, Nana tidak melakukan perlawanan apapun. Rambut indahnya yang tadi dikepang dua sudah tak berbentuk lagi. Baju yang kemarin malam disetrika dengan rapi sekarang sudah kusut. Kacamata Nana juga direbut dan langsung dibanting ke lantai sampai menimbulkan bunyi pecahan kaca.
Nana memandang nanar kacamatanya yang naas.
Tanpa merasa bersalah Rani meninggalkan Nana. Seperti biasa tidak ada orang yang mau menolongnya. Sekarang makhluk yang disebut manusia memang seperti itu. Lebih rendah daripada hewan.
*****
"Pokoknya saya nggak mau tahu. Kamu harus minta maaf sama Mitha!"
"Yang salah Mitha kenapa saya yang harus minta maaf, Bu?" Nana marah. Mitha memang bermuka dua bahkan guru-guru disekolah ini pun takut kepadanya.
"Kalau kamu nggak mau minta maaf terpaksa ibu harus mengeluarkan kamu dari sekolah ini." Bu guru juga tidak mau kalah justru mengeluarkan ancaman.
"Apa Mitha mengancam ibu? Ibu takut?" Nana bertanya dengan bersungut-sungut.
Sepertinya prediksi Nana benar adanya terbukti guru itu gelagapan, "Untuk apa saya takut. Kamu jangan menantang saya ya! Kalau kamu tidak mau dikeluarkan kamu harus minta maaf. Ngerti?"
"Tidak."
"Kamu-'
"Untuk apa saya minta maaf atas sesuatu yang tidak saya lakukan. Dan juga guru macam apa Anda ini yang takut karena ancaman siswanya sendiri."
"Kamu-"
"Permisi. Selamat siang."
Nana melenggang dengan acuh tanpa mengindahkan teriakan guru itu.
*****
Nana merasa muak dan pergi ke tempat favoritnya disekolah ini-Rooftop. Walaupun baru beberapa hari, di sekolah ini dia sudah punya tempat favorit. Hanya tempat ini yang membuat dirinya tenang tanpa beban selama satu bulan ini. Gadis itu memandang ke arah lantai bawah dan tiba-tiba sekujur tubuhnya kaku dan kelu.
Diambilnya kacamata yang sudah hancur dari dalam saku. Nana menghembuskan napas lemah. Dunia ini memang dipenuhi orang-orang jahat dan tidak punya hati.
Flashback on
"Kak kita ngapain sih disini?"
Sandra mencubit pipi Shani dengan gemas, "Kamu tuh disuruh nemenin kakak bentar aja nyebelin ya. Coba aja kalau minta uang jajan langsung deh sok baik sama kakak. Adik durhaka kamu."
"Iya deh. Aku adik durhaka tapi kakak sayang kan?"
Sandra mencubit lagi pipi Shani, " Iya. Kakak sayang kamu Nana Shania Abraham. Kakak gemes deh."
"Sebenernya kita ngapain ke butik baju pengantin kak?"
"Mau nikahin kamu!"
Shani cemberut dan mempoutkan bibirnya maju, "Pernikahan dini dong.""Maaf jika mengganggu Mbak Sandra. Gaunnya sudah saya siapkan di ruang ganti. Mbak Sandra bisa ikut saya nanti sekalian akan saya bantu memakainya."
"Dek, kakak ganti baju dulu ya."
"Tapi kak-"
Selang 15 menit Sandra keluar dari ruang ganti lengkap dengan gaunnya yang melekat indah ditubuhnya.
'Sangat cantik.' batin Shani.
"Kakak kenapa pakai baju itu? Mau nikah?"
"Rahasia."
"Issst."
Flashback off
Nana menyunggingkan senyum mengingat itu adalah senyum terakhir kakaknya yang Nana lihat. Dulu Nana tidak terpikirkan bahwa keinginan kakaknya itu sungguh-sungguh. Tapi harapan itu telah sirna, Sandra telah tiada beserta impiannya untuk menikah.
Tiba-tiba notifikasi handphonennya bunyi. Ada satu pesan masuk tapi tanpa nama.
"JANGAN BERANI-BERANINYA GANGGU MITHA! LO SENTUH DIA. URUSAN LO SAMA GUE."Walaupun tanpa nama Nana sudah tahu siapa pengirim pesan itu. "Kenan?" Nana tertawa dingin.
Nana mengepalkan tangannya kuat-kuat yang tadinya yang pecah hanya kacanya saja sekarang framenya pun ikut patah dan rusak.
"Lo ngebela orang yang salah, Kenan. Suatu saat lo akan nyesel seumur hidup."
*****
TBCSalam hangat,
By: p_l_a
Yogyakarta, 17 Agustus 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow
RomanceSaat pembalasan dendam adalah satu-satunya jalan. Namun untuk itu ada banyak hal yang harus dikorbankan demi dendam yang terbalaskan, cinta, sahabat, rasa takut, dan masa depan. Sebuah penghianatan pun harus dilakukan. Kenan Orlando Meshach, laki-l...