3

7 0 0
                                    

"Apa?? Semua saham di tutup? Kantor berhutang di bank? Kenapa bis....."

Gubrakkk!!!

"Papaaaaaaa!!!"

Secepat kilat aku dan mama menghampiri dan membopong papa ke atas sofa ,aku gatau apa yang sudah terjadi kenapa papa bilang tadi saham ditutup? Utang? Ada apa sebenarnya.

"Pa,bangun papa" tangis mama pecah disela sela keheningan menunggu papa bangun dari pingsan nya.

"Udah ma,jangan nangis lagi bentar lagi papa pasti bangun kok " aku mencoba untuk menenangkan mama walau aku sangat khawatir dengan keadaan papa.

Dirumah hanya ada aku,mama dan bi Ira ,kebetulan di sekolah guruku sedang ada rapat makanya sekolah aku di liburkan sedangkan ka Radit sedang coass di salah satu rumah sakit disini.
Ka Radit mengambil fakultas kedokteran di salah satu universitas impian papa makanya ia bertekad untuk mewujudkan impian papa yang dulu ingin menjadi dokter. Aku gatau apa yang bakal terjadi sama ka Radit kalau dia tau keadaan papa seperti ini.

"Aisyah ayo telfon Kaka mu kasih tau kalau papa pingsan" ucap mama sambil menangis tersedu-sedu.
Sungguh aku tidak tega lihat mama seperti ini karena yang ku tau mama adalah wanita tangguh dan ia sangat jarang sekali menangis kecuali lebaran dan saat pemakaman kakek.

"Tapi ma..Syah takut ka radit bakal cemas dan ga fokus sama coass nya"

"udah,kamu hubungi aja dulu kasih tau radit,cepetan syahh!!"

Aku bingung apa aku harus menghubungi ka Radit tentang papa ,aku cuma takut Kaka ku buyar dan coass nya berantakan. Ka Radit sayang banget sama papa dan mama ,jujur aku memang sayang sama papa dan mama bahkan sayang banget tapi aku ga sepanik ka radit ,dia orang nya panikan apalagi kalau ia tau orang yang amat sangat ia sayangi sedang lemah tak berdaya seperti ini .
YaAllah apa yang harus aku lakukan..

Sudah setengah jam berlalu papa tak kunjung sadar juga,mama semakin panik dengan keadaan papa,aku gatau harus berbuat apa,aku hanya bisa berdoa dan berserah diri agar Allah melindungi papa ku.

"Syah,udah setengah jam papa belum sadar juga ,kayaknya mama harus telfon dokter atau kita ke rumah sakit aja Syah? "

"Hmm,iya ma Syah khawatir tapi apa kita ga nunggu papa sadar aja?"

"Mau sampe kapan Syah!!!!"

Nada suara mama seketika meninggi, Astaghfirullah! Maafkan aku YaAllah apa aku salah ucap barusan? Sampai membuat mama naik tensi seperti itu. Aku tau mama panik,khawatir,makanya mama refleks dan ga sadar karena saking cemasnya.

Bibir mama tak henti hentinya berdzikir dan mengingat Allah Sang pemberi kehidupan.

Tanpa menunggu waktu lagi mama menyuruh bi Ira untuk mengambil telfon rumah dan langsung menelfon ambulans untuk menjemput papa agar di bawa ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan mama dan aku menangis ,sedangkan bi ira tetap berada dirumah untuk menjaga jaga segala kemungkinan yang ada.

Sesampainya di rumah sakit, bergegas mama dan aku memanggil perawat agar segera membawa papa ,hingga tiba di ruang ICU aku dan mama tak di perbolehkan masuk ke dalam. Kami hanya diperbolehkan menunggu diluar dan duduk di ruang tunggu.

Jam menunjukkan pukul 12:35 PM waktu Dzuhur telah tiba.

"Syah,mama ke masjid dulu ya udah Dzuhur "

"Iya ma ,Syah nunggu disini ya,Syah titip doa buat papa"

"Iya, mama pergi ya Assalamu'alaikum"

Doa Yang TersiratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang