Pada malam hari, entah kapan, aku tidak ingat waktunya, seorang sahabat dari masa kecil, Hanifa Anastasha. TK, SD, SMP selalu bersama dan berpisah ketika SMA, karena aku harus bersekolah diluar kota, dan dipertemukan kembali dikampus yang sama, bahkan kelas yang sama, di Universitas Pasundan Bandung, Fakultas Hukum. Pada semester 3, ia bercerita mengenai saudaranya, entah apa maksudnya, aku tidak mengerti, dan jujur aku sangat tidak tertarik.
Pesan singkat aku dapatkan darinya.
"bil, ini saudaraku, dia baik, masih sendiri, dan dia juga udah punya kerja" katanya dalam sebuah aplikasi chat, dan mengirimkanku foto pria itu.
Tidak tanggung, dia mengirimkan foto yang didalamnya bukan hanya pria itu, tetapi ibu, ayah, juga adiknya.
Aku coba membalasnya, dan menghargainya, dengan menanyakan sedikit tentang pria itu.
"dia kerja apa? ibadahnya?"
"TNI, Alhamdulillah ko bil, rajin, sholeh inshaAllah" katanya, meyakinkanku.
Aku tidak banyak fikir, karena jujur, aku sangat bingung dengan pekerjaannya, TNI, kenapa? Karena aku tidak ingin memiliki pasangan TNI, yang kurasakan nanti mungkin hanya ketakutan, ketakutan akan kehilangannya hahahaha walaupun bagi kalian tidak masuk akal, tapi inilah aku.
"kayaknya kurang cocok deh han" balasku.
"coba aja dulu, belum juga coba, baik ko bil, ya, mau ya?!" kembali meyakinkanku.
Tetapi aku tetap tidak tertarik. Akhirnya Hanifapun mengerti, dan berhenti membahas pria itu.
Keesokan hari, di kampus.
Hanifa, "bil!! (serunya sembari menghampiri dan duduk disampingku) kamu kenapa gak mau sama saudaraku?"
Aku tak butuh fikir panjang, langsung ku ceritakan saja, alasanku apa menolak permintaannya.
"aku ngerasa gak cocok, sama pekerjaannya, TNI, karena aku gak mau kalau pasanganku seorang TNI walaupun ya, kakakku juga TNI, tapi kakakku bekerja sebagai staff, bukan seperti TNI yang lain, aku hanya takut akan peperangan hahaha alasanku konyol bukan? aku takut kehilangannya han (sembari tertawa dan agak serius)" ujarku.
Hanifapun hanya terdiam, dan menyudahi percakapan kami berdua.
Aku sangat bingung, mengapa Hanifa ingin memperkenalkannya padaku?
Akupun berbisik dalam hati.
"mungkin gak, kalau tujuannya begini, biar aku gak sendiri lagi, tapi masa sih, diakan tahu kalau aku udah gak tertarik lagi untuk berpacaran, lalu? Apa dia punya maksud bikin aku menjalin hubungan serius sama pria itu?" sambil ku perhatikan mimik wajah Hanifa yang sedang asik bermain handphone.
Dosen hukum perselisihanpun masuk ke kelasku, dan ku abaikan saja tentang pria itu.
Ohiya, ketika aku berbisik dalam hati, betul memang aku sudah lama sendiri, dan sudah tidak tertarik menjalin hubungan yang hanya membuang waktu, yang didalamnya selalu dibumbui amarah, cemburu, prasangka buruk, salah faham.dan ku fikir, dengan umurku yang sekarang, aku tak lagi pantas, dan sudah cukup pengalaman pahit yang ku dapat, maksudku, aku tak ingin lagi main-main, aku hanya membutuhkan orang yang datang, untuk serius menjalin hubungan, bukan datang, tidak jelas, menyakiti, lalu pergi. Sangat cukup masa itu saat SMA dan saat awal-awal aku masuk kuliah.
Kembali membahas kesendirianku, dikampus, teman dekatku ada Hanifa, Delisa, Diara, iya, mereka semua sudah lagi tak sendiri, mereka mempunyai pasangan, dari masa SMA, hingga sekarang, itu maksud dari Hanifa sepertinya, mengapa ia memperkenalkan pria manis saudaranya itu padaku. Jangan coba mengolokku karena mengatakannya manis hahahaha tapi memang begitu.
Mengenai Delisa Andini, dan Diara Faridiansyah...
*yes yes alhamdulillah, part 2 selesai. Maaf kalo ada salah kata, aku masih awam bikin cerita, tolong kritik dan saran, karena kritik dan saran sangat membantu Bella buat bisa memperbaiki cerita, ataupun penulisannya. Sejujurnya aku ragu banget buat publish cerita ini, karena... Nanti aku cerita deh karena apanya. makasih makasih makasih banyak 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Dia & Skenario Tuhan
Short StorySebuah kisah cinta, yang hanya menunggu kelanjutan skenario Tuhan, yang entah seperti apa akhirnya, dipertemukan karena ketidak sengajaan, dipertemukan yang bukan datang dari sebuah harapan, seperti jatuh cinta pada pandangan pertama, bertemu, dan j...