Feminim? Sama tapi Beda

8 0 0
                                    

"Anda tenang saja pak direktur saya tidak akan mengungkap apa-apa tentang hubungan atau orientasi seksual anda" kataku dengan sedikit penekanan pada kalimatnya karena disini aku juga mencari penghidupan demi apa? Tentu saja demi uang dan mengambil...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Anda tenang saja pak direktur saya tidak akan mengungkap apa-apa tentang hubungan atau orientasi seksual anda" kataku dengan sedikit penekanan pada kalimatnya karena disini aku juga mencari penghidupan demi apa? Tentu saja demi uang dan mengambil alih kembali perusahaanku. Setelah aku menutup pintu dari luar ruangan tidak terbesit apapun dipikiranku bahkan pikiran sedang apa mereka sekarang-pun tak sanggup terbesit yang ada aku berjalan santai tetapi tetap pada attitude seorang wanita karir.

Rumah Jakarta__

Aku cukup lelah dengan rapat dadakan hari ini, oh iya benar mulai sekarang aku akan tinggal di rumah ini dengan Lim suami legalku yang tercantum pada hitam di atas putih. Aku sungguh tidak tahu apa yang akan dan harus aku lakukan di rumah sebesar ini dan hanya berisi beberapa orang saja dengan staff pekerja, bahkan sore tadi aku disambut oleh para pelayan dan merekapun menyiapkan segala keperluanku. Aku disini untuk memenuhi keinginan om ahh iya maksudku Presdir untuk tinggal disini supaya tidak ada Isu miring terhadap pewaris tunggal perusahaan yaitu Lim Stevee Makeu maupun perusahaan sendiri.

Setiap hari yang kulalui selalu sama pergi ke kantor, pulang ke rumah ini dan tidur begitu seterusnya hingga tidak ada kegiatan yang berarti selain kerja dikantor, kuhabiskan waktu dirumah sendiri jika bosan aku melakukan kegiatan lain seperti membaca buku, melihat dan mengecek dokumen kantorku karena sudah lama Lim tidak pulang ke rumah ini mungkin kurang lebih sekitar tiga minggu yang lalu padahal harusnya business tripnya sudah selesai dua minggu yang lalu, bukannya aku mengkhawatirkannya hanya saja rumah ini seoalah hanya tempat singgahku tanpa pemilik yang sebenarnya dari awal kedatanganku kemari.

Namun hari ini beda, sepulang dari kantor butler di rumah itu mengatakkan bahwa tuan Lim sudah kembali sedari tadi pagi. Tapi dia tidak menghubungiku-pun benar aku hampir lupa aku tidak punya urusan dengannya. Tanpa bertanya Lim dimana atau sekedar ba-bi-bu lainnya aku langsung pergi ke kamarku di lantai atas, langsung saja kubuka pintu kamar tanpa berfikir panjang bahwa si crazy itu mungkin sedang dikamar dan benar saja dia tergeletak di kasur dengan seorang lelaki tak asing itu didekapannya, kelihatannya si lelaki tak asing atau yang mengaku staff HRD itu mulai membuka matanya dan melompat kaget dengan buru-buru menarik selimut Lim untuk menutupi tubuhnya, tanpa aku melihatnya atau meliriknya pun aku sudah bisa memprediksikan bagaimana posisi dan sikapnya saat ini, dia berdiri di depan ranjang menatapku dengan tatapan melotot dengan perasaan bingung antara malu dan kaget.

"Tenanglah, aku tidak melihatnya anggap saja mataku tertutup" kataku yang duduk bercermin di meja rias kala itu sambil melepas anting yang kukenakan.

"Ohh.... Maaf...kalau gitu saya mau ganti baju dahulu" jawabnya sambil berlalu di kamar mandi. Aku bakan tidak melirik bagaimana keadaan suamiku ataupun penasaran apa saja yang dilakukannya, itu bukan urusanku dan aku tidak memiliki banyak waktu untuk itu benar kuakui aku memang egois.

Mulai minggu depan aku akan lebih sering meninggalkan kantor karena aku harus melanjutkan kuliahku jadi tentu saja aku sibuk dan tidak bisa wasting my time sembarangan. Si lelaki itu sudah rapi keluar dari kamar dengan sikapnya agak malu-malu melewatiku yang kala itu membaca majalah di taman sebelah pintu garasi.

"Mau minum teh dulu?" tawarku secara acak, dia menatapku dengan ujung jari telunjuknya menunjuk hidungnya sendiri.

"Iya benar kamu, duduklah!" perintahku diapun mulai mendekat duduk di seberang meja,

"Dia akan marah-marah jika mengetahui kekasihnya pergi begitu saja disaat dia tidur seperti beruang hibernasi kala musim dingin tiba, apalagi ini sudah malam akhirnya nanti dia akan menyusulmu seperti yang sudah-sudah sebelum dia dan aku menikah" tambahku banyak dengan sengaja aku tidak menggunakan kalimat kami tentu saja aku tidak sudi.

"Iya anda benar, tapi apa anda tidak cemburu?" tanya lelaki itu padaku yang membuatku hampir mati tersedak, pelayan menghidangan teh untuknya, setelah pelayan berlalu maka langsung saja kujawab pertanyaannya yang super aneh itu.

Sambil tertawa ringan kujawab santai "Tidak! Sedikitpun. Lagipula pernikahan ini hanya drama bagiku bagi semua orang di keluarga ini"

"Oya kamu tidak perlu menggunakan bahasa formal padaku, biasa saja lagipula sepertinya kamu jauh lebih tua dariku, panggil saja aku Vea, Arsenna Vea." Tambahku

"Oke karena kita belum berkenalan, namaku Evin Ho, panggil saja Vinho aku keurunan Korea-Portugis, dan supaya lebih jelas aku berumur 32 tahun jadi lebih muda tiga tahun dari yahh anda tau lah maksudku dari kekasihku, Lim." Sambil mengulurkan tangannya padaku namun tidak lekas kuterima akhirnya dia menurunkan tangannya.

"Santai saja aku mengajakmu bukan untuk meng-interview kamu kok, dan aku lebih muda 13 tahun darimu Vinho, aku tidak akan memanggilmu kakak atau apa. Dan karena aku tidak menerima uluran tanganmu bukan berarti akupun merasa jijik padamu, hanya saja aku sedang mengkutek kuku-ku" balasku panjang lebar kali tinggi

"Aahh benar juga, pantas saja pegang majalahnya agak hati-hati gitu" katanya agak melambai hmmmhhh pikirku dalam hati.

"Hmm gimana kalau kapan-kapan kita ke salon bareng?!" dia berusaha sok kenal dan sok dekat denganku dan ternyata dia lebih feminim dari dugaanku meski begitu aku terima tawarannya, hingga akhirnya kami mengobrol lama mulai dari pedicure hingga saran skin care terbagus darinya yang selalu kuterima dengan anggukan dibarengi senyuman.

"Sayang... ternyata kamu disini, kupikir kamu bakalan ninggalin aku disaat tidur" Lim yang tiba-tiba datang dari tangga dan memeluk kekasih laki-lakinya itu dari belakang seolah tidak menyadari kehadiranku di depannya. Ketika aku mendengar celoteh manjanya barusan aku ingin muntah namun aku pura-pura saja menyesap teh hangatku sambil setia membaca majalah.

"Ahhh kamu ini ngagetin aku aja, lihat nih tehku tumpah di setelanku!" rengut Vinho tidak kalah manjanya.

"Ngapain kamu di sini sama si bitch itu?" gertaknya sambil mendongakkan dagunya ke arahku

"Hei orang gila! Ini juga jadi rumahku tahu jadi aku mau dimana ngapain aja kek that not relate to you" balasku tak kalah garang sambil berdiri meninggalkan mereka berdua disana.

"Wait, one more hari ini adalah hari peringatan kematian ibumu yang kamu bunuh loh, apa kamu nggak akan mengunjunginya? aahh tentu saja aku hanya mengingatkan" kataku bagaikan api yang menyala-nyala yang langsung menerjang sumbu, tentu saja dia adalah sumbunya yang memulai perang antar Negara api ini. dia yang sebelumnya cekikikan merasa menang, kali ini langsung mengerjap diam seribu bahasa bukan lagi marah seperti biasanya. lalu itu berarti tuduhanku benar?!.


to be continued.... wait ya (love)

Become Gay's WifeWhere stories live. Discover now