yang kuingat dari kegiatan musim panas tahun kemarin ketika aku dan jimin memutuskan kabur ke pantai yang tak jauh dari rumah pada tengah malam adalah; stand-stand makanan murah meriah sudah tutup sejak pukul 10 tadi (jadi jangan harap aku dan jimin dapat menenangkan perut kami yang bergemuruh sejak tadi), udara yang terasa benar-benar sejuk, konstelasi-konstelasi di angkasa yang bertaburan, yang membuat jimin dengan sok taunya menunjuk-nunjuk ke atas dengan pengetahuan sempit miliknya, langit yang tidak berwarna hitam pekat karena serius, ini musim panas.
matahari akan datang dengan cepat. tapi ketika aku sadar bahwa sudah hampir pukul 2 pagi, yang artinya sudah hampir dua jam kami habiskan dengan misi pengkaburan dari rumah, jimin tiba-tiba bilang bahwa aku harus menahan diriku sedikit lebih lama untuk menetap di sana. awalnya aku bingung kenapa, namun begitu dia bilang bahwa dirinya akan memenuhi urusannya di belakang sebentar, seorang anak laki-laki tiba-tiba menyerukan namaku.
untuk pertama kalinya aku benar-benar terpesona bagaimana angin bisa membuat suasana berubah drastis menjadi dramatis. rambut hitamnya diterbangkan oleh angin, matanya sayu namun berkilauan di saat yang bersamaan, wajahnya tampan layaknya pangeran-pangeran sekolah yang pastinya dikagumi oleh banyak gadis.
maksudku, pada musim panas tahun lalu, aku mengenali laki-laki itu. jeon jungkook, laki-laki yang satu sekolah denganku. rumornya, ia tinggal di daerah pesisir pantai. tapi aku tidak tau jikalau pantai yang dimaksud adalah pantai yang kukunjungi saat itu. dan yang menjadi pertanyaanku sebelum realitas merenggut kebahagiaannya adalah; bagaimana dia bisa tau dengan pasti bahwa yang duduk di tepian pantai itu adalah aku? hei, ada banyak sekali manusia yang pastinya berlalu lalang di sekitar pantai itu bukan?
tapi ya sudahlah, yang jelas untuk saat ini, aku harus bisa kabur agar tidak masuk ke dalam obrolan kelewat panjang dari jeon jungkook karena serius, ini sudah jam 2 pagi, bisa saja bibi park tiba-tiba terbangun dan dengan isengnya mengecek kamar jimin atau kamarku yang ternyata sudah tidak berpenghuni. aku mendesah, berusaha membuang jauh-jauh pikiran negatif. maksudku, waktuku tinggal sebentar lagi. mereka pasti akan datang dan membuang jauh-jauh mimpi beserta ceritaku, sekalipun aku mengharapkan sebuah keabadian semu yang tidak berujung.
namun yang kuingat dengan pasti, jeon jungkook tiba-tiba datang menghampiriku. dia tersenyum simpul dengan mata bulatnya yang bersinar di bawah sinar purnama.
tak lama setelahnya, laki-laki itu memutuskan untuk membuka pembicaraan setelah keheningan semu yang menjelma bagai simfoni melankolis di pengujung waktu, "sendirian saja?" tanyanya seraya menatap konstelasi di langit. namun netra miliknya nyatanya lebih senang menangkup wajahku yang nampak begitu kebingungan.
aku mendesah, situasi ini membuat kepalaku berdenyut pusing. jimin juga tidak kembali selepas kepergiannya ke toilet, tidak mungkin aku meninggalkannya begitu saja dan kembali ke rumah. bibi park bisa saja marah, apalagi melihat anak semata wayangnya kabur di tengah malam. oh, astaga. membayangkannya saja dapat membuat kepalaku nyaris meledak.
maksudku, aku tidak mungkin bisa mengobrol begitu saja dengan jeon jungkook, mengingat ada banyak hal yang laki-laki sialan itu lakukan di sekolah kepadaku; laki-laki itu yang membuatku dijauhi dan tidak memiliki teman dengan menyebarkan rahasia terbesarku, dia juga yang membuatku harus kembali ke neraka yang sedang menungguku itu.
"aku bersama jimin." tanpa sadar aku mengutuk kebodohanku yang dengan mudahnya menjawab pertanyaan orang asing. well, sekalipun aku mengetahui jeon jungkook di sekolah, tapi situasi kali ini adalah dirinya yang sebagai orang asing di kehidupanku. aku meneguk liurku sendiri, kemudian mengeraskan rahang. astaga. mungkin sudah saatnya aku pergi.
"kau tau," jeon jungkook kembali membuka suaranya. netranya masih menangkup wajahku bak pecundang luar biasa yang tertangkap sedang melakukan kejahatan di pinggir wilayahnya. namun semakin aku tenggelam di pekat netranya, semakin pula aku menyadari betapa kelamnya kedua iris bulat itu. beberapa sekon setelahnya, jeon jungkook melanjutkan, "aku pernah berpikir bahwa kau itu gila. maksudku, benar-benar gila."
aku mendesah, kemudian mulai menyadari arah pembicaraan pemuda jeon itu, "maaf, tapi jika kau hanya ingin menghinaku atau semacamnya, aku pergi." lantas aku benar-benar beranjak dari tempat dudukku barusan sambil terus-terusan mendesah.
namun jeon jungkook tak pernah mengenal kata menyerah. laki-laki itu buru-buru menarik pergelangan tanganku. sepersekian sekon setelah aku menoleh sambil menatapnya kelewat kesal, laki-laki itu tiba-tiba mengalihkan pandangannya pada konstelasi bintang yang belum juga menghilang.
untuk beberapa saat di keheningan, aku merutuki betapa lamanya park jimin dan urusannya di toilet. maksudku, ini hampir pagi. bibi park bisa saja membunuhku karena mengajak anak semata wayangnya berkeliaran di malam hari (padahal jimin sendiri yang merengek minta diajak ke sana malam-malam. sekalipun aku menolaknya, dia bisa saja membuat berbagai macam keributan dan membuatku membatalkan niatanku untuk mencari angin di malam hari).
aku sekali lagi mendesah. angin malam di musim panas kembali bertiup. baru saja aku hendak membuka mulutku untuk berujar, jeon jungkook tiba-tiba memotong. dia mendesah keras, "aku minta maaf atas perlakuanku pada semester lalu. maksudku, aku tidak bermaksud untuk membocorkan rahasia terbesarmu. aku-"
tanpa aba-aba, aku buru-buru melepaskan tangannya yang barusan menarik pergelangan tanganku. napasku berat. dunia seakan berputar di sekelilingku. rentetan kejadian mengenai kejadian-kejadian yang menjelma bagai samudera tidak berujung kembali bermain di kepalaku. dalam sepersekian sekon berikutnya, aku menarik tanganku, kemudian menamparnya erat-erat seraya membisikkan kata, "anggap pertemuan ini tak pernah terjadi." lantas aku berlalu begitu saja.
jeon jungkook terdiam. untuk pertama kalinya. semuanya tiba-tiba menjadi kelam saat aku memutuskan untuk mencari jimin. tak ada pendar-pendar musim panas di sekelilingku-begitu juga dengan konstelasi-konstelasi yang tiba-tiba lenyap begitu saja dari langit. kegelapan seakan-akan merengkuhku. begitu aku hendak berlari ke pelukan jimin yang berada di ujung sana, tiba-tiba jeon jungkook berseru sampai ke ujung duniaku, yang membuat kepalaku sakit, yang membuat hatiku terasa ngilu, "kau sakit, bung!"
dan begitu kegelapan menelanku sekali lagi, seseorang tiba-tiba berseru.
"hea!"
-itu jimin. laki-laki itu memecah lamunanku, menyadarkanku agar kembali ke realitasku yang sekarang. dia menatapku sendu bersamaan dengan simfoni melankolis yang kembali merenggut rindu. laki-laki itu beranjak dari tidurnya, punggungnya dipenuhi oleh pasir. pemuda park itu menangkup wajahku, "kau tidak apa-apa? astaga, aku kira kau dimakan oleh roh halus atau semacamnya."
kedua penglihatanku mendadak samar, bersamaan dengan air mata yang mengalir begitu saja. untuk beberapa waktu, aku bersyukur bisa berada di musim panas ini, dengan segala yang kumiliki, dengan jimin yang berada di sebelahku. aku juga bersyukur jeon jungkook tidak berada di sini, di pantai yang pada musim panas tahun kemarin ia tempati, di dunia yang tidak lagi ia pijaki. untuk beberapa waktu selebihnya aku bersyukur karena memiliki jimin yang ada di musim panas ini, sekalipun ia akan kembali pergi.
"hei, kau kenapa?" dia menatapku penuh afeksi, "aku tetap mencintaimu, jangan bersedih." untuk kalimatnya yang satu itu, aku ingin memukulnya begitu saja. namun tidak jadi karena beberapa alasan.
"tapi aku tidak." kataku seraya memandangi konstelasi yang merengkuh langit kemerahan. fajar menyingsing. sudah pagi, sudah saatnya kami pulang.
"kenapa?" tatapan jimin semakin sendu. tatapannya bagaikan sihir yang berkamuflase menjadi perindu di pengujung musim panas. dalam beberapa sekon, aku memilih untuk tidak menjawab. namun jimin belum puas.
pada akhirnya, diujung keheningan semu ini, dia memilih untuk menjawab pertanyaannya sendiri, "padahal, aku sudah melenyapkan jeon. apa alasan itu masih belum cukup untuk membuat dirimu dapat mencintaiku seutuhnya?"
[]

KAMU SEDANG MEMBACA
✓ summer heat.
Fanfictiontentang jimin dan segala tipu muslihatnya untuk kelabuhi hea. © 2018