ㅤㅤㅤㅤSUMMER TWO YEARS AGO.

1.2K 310 63
                                    

musim panas dua tahun yang lalu.

aku ingat betul, kala itu adalah pertama kalinya hidungku dipaksa menghirup obat bius, kulitku dipaksa menerima suntikan-suntikan antipsikotik atipikal, kepalaku dipaksa untuk menghapus keberadaan teman-teman lamaku. semua hidupku serba dipaksa.

begitupun dengan ibuku, dia memaksaku untuk fokus menjalani liburan musim panasku di rumah sakit dan berharap agar aku dapat sembuh total. wanita itu meninggalkanku begitu saja dengan alasan memiliki urusan pekerjaan yang jauh lebih penting ketimbang berada di sampingku. maksudku, penjualan barang-barang antik di pelelangan dengan harga mahalnya itu jauh lebih penting ketimbang jiwa anak gadisnya yang hampir mati.

ha. lucu sekali. terima kasih telah melahirkanku.

kemudian setelah beberapa kali mencoba kabur dan menceritakan segalanya ke jeon jungkook, aku bertemu dengan park jimin, laki-laki yang tinggal di kamar sebelah ruang inap yang kutempati. dia bilang dia sepupu jauhku. well, ibu pernah mengatakan padaku mengenai betapa banyak saudara dan saudara tirinya yang memiliki banyak anak. tapi pertemuanku dengan park jimin adalah yang pertama kalinya. dia juga bilang bahwa musim panas kali ini akan dia habiskan dengan merawat neneknya yang sedang sakit jiwa juga. kami menghabiskan banyak waktu. laki-laki itu begitu mengasyikkan.

aku bahkan tak pernah henti-hentinya tertawa akibat lawakannya yang begitu menggelitik, atau bagaimana wawasannya terhadap dunia yang begitu luas, atau bagaimana dia bilang kepadaku mengenai begitu banyak harapan di musim panas, bagaimana dia membacakan konstelasi di langit, bagaimana dia mengajakku kabur ke festival di pertengahan musim panas untuk pertama kalinya.

tapi pertemuan kami terjadi begitu singkat. pasalnya, begitu liburan musim panas usai, park jimin bilang bahwa dia harus kembali ke sekolah militernya. begitu juga denganku yang harus kembali ke sekolah sekalipun dokter bilang bahwa aku masih harus dirawat di musim panas berikutnya. ibu sempat memarahi dokter karena percuma dia membayar mahal-mahal jika aku masih belum bisa sembuh. tapi aku sendiri tidak sabar untuk terapi di musim panas berikutnya. apalagi mengingat bagaimana park jimin mengatakan bahwa dia akan kembali pada musim panas berikutnya untuk menemani neneknya lagi.

musim panas setahun yang lalu.

aku kembali. tapi tak kutemui park jimin di kamar sebelah atau di kamar manapun. padahal ingin kuceritakan padanya bahwa tahun di sekolahku adalah tahun terberatku, di mana jeon jungkook mengkhianatiku, di mana rombongan kim taehyung dan teman-temannya mulai mengolok-olokku, di mana rombongan perempuan sok terkenal mulai menganiayaku, di mana ibu marah besar karena nilai semesteranku yang turun habis-habisan. namun yang kutemui hanyalah paksaan-paksaan untuk menghirup obat bius, suntikan antipsikotik atipikal dengan dosis yang semakin tinggi, kulitku yang memucat, dan jiwaku yang semakin hari semakin mati.

seminggu kemudian, jimin akhirnya datang. aku langsung bergegas menemuinya dan menceritakan segalanya kepadanya.

awalnya, jimin tak memberikan reaksi apapun kepadaku. tak lama setelah air mataku perlahan-lahan menetes, laki-laki itu tiba-tiba mengajakku kabur dari rumah sakit itu menuju rumahnya, rumah bibi dan paman park. sempat kutanya ke mana neneknya. dan dia memberiku reaksi yang sungguh, tak dapat kubalas dengan apa-apa melainkan air mata, ia bilang bahwa neneknya meninggal 2 bulan yang lalu. dan itu bukan akhir percakapan yang bagus. apalagi ketika dia tiba-tiba mengubah pikirannya untuk pergi ke pesisir pantai, rumahnya jeon jungkook, dan menghabisi laki-laki itu di sana. aku pikir, jeon jungkook hanya akan sekarat. nyatanya, napasnya bahkan sudah tidak ada sejak jimin membanting botol alkohol yang jungkook minum ke kepalanya.

jimin bilang, jungkook pantas mendapatkan itu. kemudian jimin membawaku kabur sebelum polisi menemui mayat jungkook dan membuatku dan jimin mati di tempat. tapi kata jimin, tidak apa-apa jika mati, asalkan aku dan dia bisa terus-terusan bersama. aku juga tidak apa-apa. toh, tidak ada yang mencariku pada akhirnya.

jadi untuk apa aku ada?

malamnya kuhabiskan untuk menumpang tidur di rumah bibi park. kupikir, setelah ini aku dan jimin akan terus-terusan bersama. tapi ternyata, ibu menjemputku keesokan harinya sambil terus-terusan meneriakiku dengan kata cemoohannya, menamparku berkali-kali, dan pada akhirnya membawaku kembali ke rumah sakit sambil memarahi dokter yang menjagaku. katanya, sungguh tidak becus membiarkan pasien yang gila kabur. tapi aku tidak gila, bu. ibu-lah yang membuatku gila dan hampir mati.

ketika aku akan kembali menjalani perawatan, kutemui jimin yang berada di balik jendela kamar. sebelum perawat sempat masuk, segera kubuka jendela tersebut, membiarkan jimin masuk dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"tenang saja, hea. aku akan selalu berada di sisimu." tapi, hei, bukankah jeon jungkook mengatakan hal yang serupa denganmu, jim?

[]

"bagaimana kau bisa sampai di rumah bibi park, hah?"

hanya ada bunyi mesin mobil keheningan yang menyeruak.

"jawab aku, kim hea!"

"a-anaknya bibi park, jimin yang m-menunjukan jalannya.."

"dasar gila! park seohee tidak punya anak, sialan! kendalikan pikiranmu!"

[]


✓ summer heat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang