ㅤㅤㅤㅤI THOUGHT.

1.1K 294 30
                                    

kupikir musim panasku kali ini adalah musim panas yang terakhir kaliku rasakan. pasalnya, begitu stand-stand makanan baru di buka, aku buru-buru menarik tangan jeon jungkook dan segera mungkin membeli macam-macam makanan di sana. gulali, permen apel, permen kapas, takoyaki, semuanya.

tak ada yang pernah kusesali di pesisa akhir hayatku. apalagi dengan kehadiran jeon jungkook, kurasa semuanya sudah lebih dari sempurna. maksudku, laki-laki dengan nama depan jeon itu selalu ada di sisiku, bahkan di saat terberatku. laki-laki itu juga tau bagaimana cara memerlakukanku sebagaimana seharusnya. dia bahkan memilih untuk masuk ke sma yang sama denganku hanya karena dia ingin menjagaku.

tapi kukira, semuanya akan berlangsung selamanya. nyatanya, aku salah. salah besar.

itu terjadi ketika pertengahan kelas 10, saat jeon jungkook perlahan-lahan meninggalkanku dengan segala kesendirian dan harapan-harapan semu yang memudar. aku menyadarinya ketika laki-laki itu memutuskan untuk menghadiri pertemuan-pertemuan dengan rombongan anak sok terkenal yang diketuai oleh kim taehyung. aku dan dia yang awalnya sering pulang bersama berakhir dengan aku yang berjalan ke rumah sendirian.

kemudian pada bulan berikutnya, kutemui jeon jungkook yang tengah duduk di tepi jalan bersama kim taehyung dan para teman-temannya. mereka tertawa terbahak-bahak. namun bukan itu yang membuatku nyaris ingin menamparnya dan menaruh kekecewaan yang benar-benar mendalam. sungguh bukan. melainkan dengan tangan jeon jungkook yang dengan cekatan memasukkan sebuah benda terbakar ke dalam mulutnya, menyesapnya dalam-dalam, lantas mengembuskan napasnya dengan asap-asap yang keluar dari sana.

tidak, dia bukan jeon jungkook yang kukenal. kim taehyung telah menggerogoti jiwanya perlahan-lahan.

"jeon jungkook!" suaraku tiba-tiba keluar dengan sendirinya, lantas kakiku berjalan sendirinya ke seberang, tempat perkumpulan keparat yang telah menjadikan jeon jungkook sebagai laki-laki berengsek. napasku menderu. tidak, ini salah. tidak seharusnya aku berjalan ke sana. dia bukan jeon jungkook, jadi dia tidak ada urusan apa-apa denganku.

jeon jungkook yang masih sibuk dengan rokoknya tak sempat melihatku, sementara ketua dari perkumpulan itu justru menatapku tajam. darahku seketika berdesir ketika mataku bertatapan dengan kim taehyung yang semula melakukan hal yang sama dengan jeon jungkook, merokok. laki-laki itu lantas memiringkan wajahnya, menatapku dari atas sampai ke bawah, kemudian berdecak sebal. namun kedua netranya menyiratkan untuk segera menyingkirkanku saat itu juga.

segera mungkin kualihkan perhatianku kepada jeon jungkook. laki-laki itu masih sibuk memasukkan rokok ke dalam mulutnya, menyesapnya nikmat, kemudian mengembuskan asap-asap tersebut. dalam beberapa detik, setelah aku menarik rokoknya secara paksa, laki-laki itu baru mau menatapku dengan pandangan kosong yang sulit untukku jelaskan. netranya nyaris berwarna merah, namun bukan itu yang kurisaukan saat itu, melainkan dengan decakan malas yang keluar darinya sambil berkata, "pergi."

kedua netraku membulat. seketika bulu kudukku meremang, tanganku yang memegang rokoknya bahkan gemetar. maksudku, ini bukan jeon jungkook. laki-laki itu tak mungkin memerlakukanku seperti ini. aku mendesah, "apa yang kau lakukan, jeon jungkook? ibumu mencarimu berhari-hari dan ini yang kau lakukan?" aku berusaha menghiraukan tatapan maut dari kim taehyung dan teman-temannya yang sedaritadi memerhatikanku.

laki-laki itu berdecak kasar sambil meremas rambutnya sendiri, "bukan urusanmu, sialan." dia kemudian mengambil kotak rokok dari saku celana seragamnya, membukanya dan membakar satu barang tersebut, lantas kembali menyesapnya.

"apa yang kau lakukan?!" lantas aku ambil kembali rokok yang berada di tangannya, kemudian membuangnya ke mana saja, asalkan jangan ke dirinya. dia menatapku marah, tapi sekuat tenaga aku hiraukan tatapan tersebut sambil berujar keras, "ayo pulang, jeon jungkook!"

ketika jeon jungkook memutuskan untuk berdiri, kukira dia akan menuruti perkataanku. nyatanya, aku salah. laki-laki itu menatapku semakin marah. kedua netranya mengilat penuh dengan amarah. pada detik berikutnya, mulutnya terbuka sambil nyaris melayangkan pukulan ke arahku, "aku bilang bukan urusanmu, sialan! dasar perempuan gila! kembali sana ke rumah sakit jiwa! aku tak sudi berurusan denganmu!" pekiknya penuh dengan amarah. kemudian dia kembali duduk dan membakar rokoknya.

sedetik lenggang. kupikir semua yang ada di sana akan mengerti jika jeon jungkook hanya marah kepadaku. nyatanya begitu kim taehyung menatapku heran, lantas tertawa terbahak-bahak, semua yang ada di sana mulai mengolok-olokku.

"pergi sana, perempuan gila.."

"kembali saja ke rumah sakit jiwa."

"ada psikiater yang menunggumu, perempuan gila."

seketika, kedua kakiku gemetar. aku tak kuasa menahan air mataku lagi. secepat mungkin aku berlari dari tempat tersebut, tidak peduli lagi mengenai jeon jungkook yang sedang digerogoti jiwanya, atau kim taehyung yang sudah tidak waras lagi, aku tidak peduli. semuanya sama saja. jeon jungkook itu pemberi janji manis yang ulung. aku mulai menyerah untuk memiliki teman. pada akhirnya semuanya hanya akan berakhir seperti jeon jungkook.

kukira berita tentang aku yang pernah masuk rumah sakit jiwa itu hanya akan berakhir di perkumpulan kim taehyung. nyatanya, aku kembali salah. salah besar. aku mengetahuinya ketika rombongan cheerleaders basket mulai membicarakanku ketika aku berada di toilet yang sama dengan mereka. kemudian pada keesokan harinya, mereka mulai mengolok-olokiku di belakang sekolah.

setelahnya, kejadian serupa seperti menyiramiku dengan air selokan, atau melempariku dengan sampah-sampah, atau meneriaki 'perempuan gila' setiap kali aku lewat di depan mereka hampir terjadi di setiap harinya. pernah sekali, ketika rombongan itu mulai menendangku dan meneriakiku di aula sekolah, kala netraku menatap ke sekeliling, mencoba mencari bantuan, kutemui jeon jungkook berada di depan pintu aula bersama kim taehyung dan teman-temannya. laki-laki itu menatapku miris. namun ketika aku berusaha menggapainya, meminta bantuannya, jeon jungkook justru menghempaskanku begitu saja.

kedua netraku membulat. badanku gemetar, lantas rombongan itu kembali menyiramiku dengan air yang entah dari mana asalnya. dan begitu aku hendak pergi dari tempat terkutuk itu, tawa serta desisan miris di aula itu mulai menyeruak, menggema, memekakan telinga. aku tak sudi mendengarnya.

siapapun, tolong aku.

[]

✓ summer heat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang