ㅤㅤㅤㅤSMELL OF MEDICINES.

1.4K 321 121
                                    

bau obat-obatan dan antiseptik seketika menyeruak memasuki hidung, lantas menggantikan udara yang dipenuhi karbon dioksida dengan udara dingin dari pendingin ruangan. sebenarnya, tungkai kim taehyung sudah sedari tadi lemas tak karuan. pikirannya kacau balau dipenuhi rasa sesak dan bersalah yang berkecamuk di mana-mana.

tapi jung hoseok tak henti-hentinya mengungut minta dibawa ke tempat ini. nanti akan ada hadiah sebagai balasannya, katanya. paling-paling jung hoseok hanya akan menghadiahi taehyung dengan rokok sebiji, atau permen karet, atau apalah. taehyung tidak peduli. yang jelas laki-laki itu ingin cepat-cepat pergi dari sana agar perasaan bersalah tak perlu simpang-siur di otaknya.

barangkali ini adalah kunjungannya yang ketiga kalinya selepas hea mengamuk di kelas musim panas setelah ketahuan kabur dari rumah sakit jiwa oleh ibunya yang beringas. yang pertama ketika jeon jungkook mengakhiri dirinya sendiri dengan cara menggantung diri dan menusukkan bekas pecahan botol alkohol ke tubuhnya. tau sendiri ekonomi keluarga jeon bagaimana.

ditambah dengan beban atas orang tua yang tidak pernah pengertian, bagaimana bisa jungkook mencari pelarian sementara bayang-bayang tentang kelepasan bicaranya mengenai hea terus-terusan terngiang?

tapi itu bukan salah jungkook sepenuhnya. sungguh. taehyung justru merasa sangat bersalah karena telah membiarkan hea dianiaya habis-habisan oleh rombongan cheerleaders basket yang cemburu akan kedekatan jungkook dan hea, yang juga merupakan alasan jungkook menjauh dari hea, yang juga merupakan alasan hea berhalusinasi telah membunuh jungkook.

terakhir kali taehyung bertemu dengan sifat tidak waras hea di musim panas tahun lalu, saat perempuan itu merasa bahwa temannya tengah memainkan band bersama taehyung. hell, jelas-jelas dia tidak mempunyai band. taehyung itu bermain solo. dia memainkan gitar rock-nya sendiri, sementara drum dimainkan bersamaan dengan backsound. mengesalkan sebenarnya.

tapi mau bagaimana lagi? taehyung juga tidak bisa memaksa hea untuk sepenuhnya waras jika dia masih sering membolak-balikkan akal sehat dan pikiran alam bawah sadarnya. taehyung tidak bisa. dan taehyung juga tidak mau.

seketika taehyung tersadar dari lamunannya begitu jung hoseok menepuk pundaknya sambil mengatakan bahwa mereka sudah sampai di depan kamar hea. namun begitu keduanya telah menyiapkan segala mental mereka untuk mengetuk pintu, masuk, dan meminta maaf atas segala perkataan buruk mereka, keheningan ganjil tiba-tiba menyeruak di antara keduanya begitu pekikan kencang terdengar dari dalam kamar.

beberapa detik lenggang. suara desahan napas lega dan ketukan sepatu melayang, lantas pintu terbuka bahkan sebelum taehyung ataupun hoseok mengetuk, menampilkan seorang pria usia 20an dengan seragam dokter yang menatap kedua laki-laki itu heran. namun yang lebih mengherankan adalah rambut laki-laki itu yang berwarna oranye. sebenarnya, dia ingin merawat pasien atau melakukan pertunjukan fesyen?

laki-laki itu tersenyum simpul. kedua netranya menyiratkan rasa kelelahan yang luar biasa. pada detik berikutnya, bibir tebalnya akhirnya terbuka, "ah, kalian pasti temannya kim hea. namaku park jimin, dokter khusus hea. ada yang bisa kubantu?"

[]

"pokoknya aku tidak mau tau!" wanita itu membanting buku berisi data-data yang sebelumnya ada di tangan dokter itu. kedua netranya menampakkan amarah luar biasa, lantas menghentakkan kedua kakinya dengan sepatu tumit tinggi yang dikenakannya, "kau, kan, dokternya! kau yang harus menjaganya! untuk apa aku membayarmu mahal? dasar tidak berguna."

dokter di depannya terlihat kewalahan, "b-bukan begitu, bu. pasien yang ditangani di rumah sakit ini bukan hanya-"

"aku tidak mau tau! yang aku mau dengar, ini adalah pengaburan anak gila itu yang terakhir kalinya! awas saja kau, dasar dokter tidak becus! apa susahnya menemani anak tidak waras saja?" wanita itu memijat pelipisnya, kemudian melirik arloji emas yang dikenakannya, "ya sudah! aku ada pertemuan di seoul!" lantas berlalu dari tempat tersebut.

dokter dengan rambut oranye itu mendesah pelan, kemudian berjalan masuk ke dalam kamar salah satu pasiennya yang tengah memakan makan siangnya lesu. pasien perempuannya itu mendesah, menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, mengunyah, menelan, begitu terus sampai makanan tersebut habis.

dokter itu berjalan mendekat, "hea, kau tau, di kamar sebelah itu ada seorang anak laki-laki yang sepantaran denganmu. ibumu bilang, dia adalah sepupumu," kemudian tersenyum manis sekali, "perawakannya sama sepertiku, senyumnya, tingkahnya, wawasannya. mau tau namanya siapa?"

bersamaan dengan pasien perempuan itu yang mulai mengangguk lemah, dokter park kembali berujar, "namanya park jimin. kau harus menemuinya. sudah bisa membayangkannya, bukan?"

[]

"siapa yang menemanimu selama kau tinggal di rumah sakit sialan itu?"

"park jimin, bu."

"bagus. dokter itu pantas dibayar."

[]

✓ summer heat.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang