-1-

919 68 3
                                    


"Cut!!! Ok, kita istirahat dulu," seru sang sutradara, semua orang menghentikan aktivitasnya secara seketika. Termasuk pria itu, ia menghampiri bangkunya, lalu menghempaskan tubuh serasa ia adalah daun kering yang siap untuk dihempas oleh angin malam.

Ia membuka flap ponselnya, menekan nomor itu. "Halo?"

"Wae?" tanya gadis itu.

"Kau di rumah?" tanyanya balik.

"Aku sedang libur, kau lupa?"

"Bagaimana aku bisa menghafal jadwalmu, jika jadwalku sendiri saja menumpuk seperti gunung," jawabnya seraya tertawa kecil. Wanita ini, ia memang paling mengerti apa yang Seok Jin inginkan, dan wanita ini juga mengerti selera humornya.

Wanita itu tertawa ringan, "terserah. Kau pulang larut? Kau mau kutunggu?" ia bertanya.

"Kalau kau yakin dengan tawaranmu? Bagaimana jika kau tidak kuat?"

"Entahlah, aku hanya menawarkan, aku tidak janji." Jawabnya pelan, Seok Jin tersenyum lebar.

"Kau sudah makan?" tanya Seok Jin setelah beberapa jeda.

"Belum, kau sendiri?"

"Sama sepertimu," jawabnya pendek. "Aku menunggu seseorang untuk makan siang ini." Lanjutnya dengan senyum lebar.

"Nugu?" ia bertanya-tanya, ada nada kecurigaan disana. "Chingu-ya? Nugu? Yoeja? Namja?" wanita itu terus bertanya, Seok Jin tertawa kecil. "Kenapa kau hanya tertawa?"

"Aku menunggumu, tutuplah telpon ini, lalu kau makan," jawabnya.

"Ah, Seok Jin, hari ini aku akan pulang cepat. Jadi ada kemungkinan kalau aku bisa menunggumu, atau kau mau aku jemput?" tawarnya lagi, Seok Jin menggeleng cepat.

"Tidak perlu, aku akan pulang bersama Manajer Choi."

-[]-

"Aku pulang," serunya seraya menutup pintu. Kenapa sepi? Apa Jisoo sudah tidur?

Seok Jin menghampiri sofa berwarna marun itu, hendak duduk ternyata ada seseorang yang tergeletak disana, terlihat sekali jika ia selesai mengerjakan penelitian. Meja itu penuh dengan buku-buku tentang penyakit dalam dan di tambah dengan beberapa map berisi data diri pasien. Nampaknya, istrinya ini memang lelah, setiap hari penuh dengan belajar dan operasi. Tak jarang jika parfum mahal Jisoo seringkali tertimbun oleh bau rumah sakit, atau bau darah yang menempel di rambutnya dan itu terkadang membuat Seok Jin mual.

Seok Jin ikut merebahkan tubuh di belakangnya, "aku pulang, yeobo," bisiknya membelai rambut Jisoo –bau antiseptik menari di hidungnya–, membuat tubuh itu menggeliat kecil. Tak lama kemudian ia memeluknya dari belakang, membenamkan wajahnya di pundak Jisoo.

"Aku lelah..." gumamnya menghela nafas panjang. "Apa aku akan kuat jika harus pulang larut seperti ini? Sedari kecil aku tidak pernah seperti ini."

"Aku sudah tidak punya kedua orang tua lagi, masa laluku kelam. Aku ingin melepas semuanya tapi sepertinya aku belum kuat untuk menjauh dari mereka," Seok Jin terpejam.

"Dulu aku tidak pernah merasa ada diantara siapapun. Mereka bilang kalau aku ada, tapi mereka tidak pernah mengakuiku ada, dan kupikir... ternyata aku hanya bayangan saja." Pandangan Seok Jin mulai berpendar, matanya memerah. Bukan karena ia mengantuk, melainkan kenangan masa mudanya terasa menyedihkan.

Ia merasa kalau hidungnya mulai tersumbat, "bodohnya aku, membiarkan perasaan ini untuk menjadi orang tengah. Membiarkan diriku di permalukan hanya untuk orang-orang yang kita sayangi, selalu mencari-cari teman yang ingin mengakuimu, tidak bisa memahami perasaan dirimu sendiri, sering merasa kacau dan selalu mengatasinya sendirian." Wajahnya terbenam dalam, ia berusaha menahan air matanya, walau turun dan terserap oleh baju Jisoo.

"Bisa kau membantuku? Aku... seperti tidak bernafas, perasaanku sangat kacau sampai sekarang," racaunya lagi, air matanya tak kunjung surut. Aku tahu kau tidak mabuk Seok Jin, kau hanya... lelah dan marah. Aku dengar semuanya, dan... sepertinya itu terasa menyakitkan dan susah kau lupakan, karena itu hal yang membuatmu begini sekarang.

"Aku lelah, Jisoo, aku ingin pergi. Aku butuh oksigen, aku tidak tahu, apa aku yang bodoh atau mereka yang tidak ingin mendengar penjelasanku. Hidupku serba terpotong, semua kejujuran selalu terkunci oleh jawaban bohongku," jelasnya lagi dengan senggukan kecil. Hentikanlah Seok Jin.

"Karena aku terlalu sibuk, aku jarang bertemu denganmu."

"Hentikan ocehanmu, Seok Jin." Ucapnya memotong, tubuh Jisoo berputar untuk menghadap suaminya ini.

"Aku dengar semuanya," lanjut Jisoo pelan. "Kau kenapa? Apa kau marah? Atau di kecewakan oleh seseorang?" tanya Jisoo hati-hati, Seok Jin hanya diam memandanginya.

"Bodohnya kau, jika ada masalah, ceritakan padaku. Aku akan menjadi orang pertama yang membantumu untuk bisa bernafas lagi..." Jisoo membelai pipinya. "Kau kecewa dengan masa lalumu? Itu percuma, dan aku lebih yakin kalau kau sedang ada masalah sekarang."

"Aku hanya... lelah," bisiknya lelah.

Jisoo mengangguk paham, melepas senyum terpaksanya, "baiklah." Ia menepuk pipi Seok Jin, matanya lurus-lurus melihat wajahnya. "Tersenyumlah," pinta Jisoo halus.

Seok Jin terdiam, ia menghela nafas panjang. "Aku tidak bisa." Jawabnya menunduk.

"Biarkan mereka pergi, tarik nafasmu lalu cobalah untuk tersenyum. Itu akan membuat suasana hatimu jadi lebih baik," katanya mengangkat sudut bibir. "Kau akan terasa tenang, Seok Jin." Imbuh Jisoo kemudian.

Seok Jin menarik nafasnya, rasa sesak justru lebih terasa di pernafasannya. Rasa itu justru jauh lebih menyakitkan dari sebelumnya, membuat air matanya mengalir deras. Tangis itu meledak seketika –Seok Jin menutup wajahnya, senggukan kecil terlihat jelas di bahunya yang tampak naik turun. Jisoo berusaha menenangkan Seok Jin, ia tak menyangka kalau hal ini akan membuat prianya yang selalu teguh dan penuh senyuman ini dapat menangis karena tak sengaja mengingat masa lalunya.

Wanita itu memeluk kepala Seok Jin sangat erat. Mencoba untuk ikut merasakan rasa sesak itu. "Itu menyakitkan, aku bisa merasakannya. Jangan begitu, Seok Jin, aku akan membantumu." Jisoo terus mengelus rambutnya, sesekali mengecup kepalanya.

"Aku lelah..."

-[]-


*UGGGYYYAAA!!!!!!!!!

plis like new post, karena gue pikir ff #jinsoo itu dikit banget.... apalagi indo


LIKE, KASIH BINTANG, KOMEN, DAN TUNGGU CERITA SELANJUTNYA!!!!!!


*MMMUUUUAAAACCCCHHHH!!!!!1

Into You #Jisoopart | Baku |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang