. 5 .

364 47 16
                                    


Ia terdiam, dengan tangan yang menyilang rapat di depan dadanya. Tidak peduli, karena ia juga tidak mau peduli dengan kelakuan sang suami.

Ia mengecup keningnya, "hari ini aku akan tidak akan pulang, arraseo?"

Jisoo mengangguk kecil.

Ia mengecup hidungnya, "jangan tidur larut, makanlah jika kau lapar, dan jangan bekerja lembur, ok?"

Jisoo mengangguk pelan.

Ia mengecup pipinya, "telepon aku jika ada masalah, arraseo?" kali ini sang suami memberikan jeda dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

Mau tidak mau, Jisoo mengangguk lagi.

Terakhir kali, Seok Jin mengecup bibirnya, "jangan menelpon Jung Woo, arraseo? Aku bisa mengetahuinya jika kau menelpon Jung Woo sekali pun itu mengumpat-ngumpat dariku," pintanya menatap Jisoo lekat. "Aku tidak mau jika kau menerima telepon dari pria yang tidak kusukai sama sekali," lanjutnya masih mengapit kedua pipi istrinya.

Jisoo balas menciumnya, "aku tahu. Pergilah," suruhnya datar, Seok Jin tersenyum lebar, menderetkan giginya yang rapi. Seok Jin mengusap pipinya, lalu pergi dengan wajah berseri-seri.

Tangan Jisoo terangkat, ia melambai disana. "Hati-hati Manajer Choi!" serunya melihat Manajer Choi dari ambang pintu. Pria gemuk itu melambai juga.

"Tentu saja!" balasnya lalu tersenyum, Seok Jin ikut melambai padanya yang dibalas lambaian kecil olehnya. Begitu mobil itu hilang keluar pagar tinggi milik rumahnya, Jisoo melangkah masuk kedalam rumah, dan berhenti tepat pada sofa dengan warna anggur yang ada di halaman belakang.

Matanya terpejam, lama kelamaan kantuk menghampirinya.

-[]-

Empat tahun yang lalu...

"Eonnie, apa kau tahu jika aku sangat senang hari ini?"

"Senang kenapa?" tanyanya mengerutkan alis.

"Aku bisa istirahat di rumah, tidur, makan, menonton TV, hanya bisa melakukan hal-hal rumahan saja, lalu hanya berbicara padamu, eomma, aboeji, dan harabeoji," jawabnya panjang dengan senyum mengembang, Jisoo makin mengerutkan alis.

"Apanya yang menyenangkan? Itu juga termasuk hal membosankan," balas Jisoo aneh.

Seo Kyung menoleh, "tapi tidak melihat darah dan mencium bau antiseptik, bukan." Jisoo mengedikkan bahu, "terserah." Setelah itu mereka sibuk dengan aktivitasnya sendiri-diri, bermenit-menit mereka tidak berbicara apapun.

"Jisoo," panggil ibunya sembari mengetuk pintu, gadis itu menoleh.

"Ne, eomma," serunya, ibunya membuka pintu.

"Kau bersiap-siaplah," ucap wanita itu begitu melihat anaknya yang sibuk dengan buku tentang kesehatan, Jisoo dan Seo Kyung mengernyit bersamaan. "Siapa yang kau maksud, eomma?" tanya Seo Kyung membuka mulut.

"Eonnie-mu, aku menyuruh eonnie­-mu untuk bersiap-siap," jawabnya cepat, Jisoo menunjuk dirinya sendiri, "aku? Tapi, untuk apa? Kita tidak ada rencana hari ini." Gugatnya terasa enggan, wanita itu mendengus kecil.

"Aku tidak mau tahu, tepat jam 7 malam kau harus sudah siap. Kita akan pergi ke pertemuan makan malam dengan teman eomma," katanya dengan nada riang.

"Lagi?! Makan malam di rumah saja," sergahnya masih tidak mau.

"Kalau kau tidak mau, aku tetap akan memaksamu, perteemuan ini sangat bersangkutan dengan masa depanmu. Ingat umurmu, 28 tahun bukanlah angka muda untuk menikah," potong ibunya kesal, Jisoo mendengus kecil.

Into You #Jisoopart | Baku |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang