.9.

288 39 3
                                    


BAEK!!!!!!

KITA MULAI YA????

1.... 2.... 3!! ACTION!

Panjang beut gue liat edan!!! niatttt!!!! >.<

-[]-

Jungwoo menatap garang pada piringnya, melahap sepiring gulbap* dengan yukgaejang* menambah semangatnya. Tak terkecuali, hameul pajeon* tersaji di hadapannya, lebih tepatnya mereka. Gadis itu sedari tadi hanya menatap nanar bibimbap* di hadapannya serta kawan-kawannya. Entahlah, mungkin saja karena suasana hatinya yang nampak buruk.

"Kau tidak makan?"

Seo Kyung mendongak, dengan bibir tergigit ia menggeleng.

Jung Woo mempercepat kunyahannya, lalu membersihkan mulutnya dengan tisu. "Lebih baik, kau menggigit seonggok nasi dari pada bibirmu, Seo Ky—"

"Maksud dokter mengajakku makan siang untuk apa?" pertanyaan itu sontak membuatnya terdiam, mata gadis itu menyiratkan keheranan luar biasa. "Apa ini karena kejadian beberapa hari yang lalu itu?"

Jung Woo masih bungkam seribu makna, dirinya merasa skak saat Seo Kyung menebak apa tujuannya. "Tidak." Dia tak bisa jujur, wajah gadis itu nampak lebih menakutkan jika ia harus mempertaruhkan kejujurannya.

"Jujur saja, dokter."

Di helanya napas itu, tangannya meraih tempat bibimbap Seo Kyung lalu mengaduknya dengan sendoknya sendiri. "Apa semua perempuan jika belum makan seperti ini?" ia melirik gadis itu sejenak, nasi yang menempel pada sendok itu ia cecap ke dalam mulutnya. "Padahal milikmu enak, sayang jika tidak di makan." Dan Jung Woo menyerahkannya kembali.

Mangkuk itu tak di sentuhnya lagi, dirinya masih bergeming. "Sudah kubilang, jangan berbaik hati padaku."

"Aku hanya melakukan hal yang sewajarnya." Jawabnya menyendok nasinya kembali.

"Wajar?" Seo Kyung mengulang. "Kau bilang wajar, tuan?"

Jung Woo mengangguk yakin sembari mengunyah. "Tidak salah jika manusia mengajak temannya makan bersama. Seperti kita, kan?"

Seo Kyung tersenyum getir, "lucu sekali kau, dokter. Aku tidak mau, dan kau memaksaku."

"Kita hanya berbeda dua tahun saja, jangan terlalu formal." Katanya tak mengubris perhatian gadis itu. "Aku memanggil namamu, dan kau bol—"

"Aku tidak mau." Jawabnya sengit, Jung Woo yang tengah asik menyendok nasinya pun terhenti. Kenapa ritual makan siang ini harus di hiasi oleh pertengkaran yang tidak berujung?

Ia menghela lagi, menyendok nasi milik gadis-nya, lalu mengacungkannya tepat pada bibir Seo Kyung. "Makan."

"...."

"Kim Seo Kyung." Ia memerintah lagi, gadis itu hanya menatapnya. Berusaha untuk tidak tergiur.

"...."

Jung Woo berdecak sebal, "tanganku lelah, Seo Kyung. Ayo makan." Tangannya masih tergantung di udara, gadis itu masih enggan. Jung Woo menyerah juga, ia menelan nasi itu, lalu menaruh sendoknya sebelum angkat bicara lagi. "Apa maumu?"

"Lepaskan suasana ini."

"Apa yang salah padaku, huh?" ia memijat batang hidungnya. "Haruskah aku mengakui bahwa kini wanita di hadapanku sudah tak menyukaiku lagi?"

Matanya langsung membulat. Bukan, bukan itu maksudku! "Bukan...."

"Sekarang kau akan melepasku juga?" pertanyaan itu menusuk otaknya. Logika mulai menari di otak gadis itu, ia berusaha untuk mencari jawaban paling pas untuk di sampaikan.

Into You #Jisoopart | Baku |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang