part 1

446 22 9
                                    


"aku sayang kamu".

Hanya itu kalimat yang ingin di dengarkan oleh seorang pemuda yang saat ini sedang diambang kebimbangan atas perasaan dan logikanya.

Entah apa yang terkandung dalam kalimat tersebut yang membuat seluruh batas dan perisai pertahanannya hancur seketika.

Pemuda itu kembali menatap lawan jenisnya yang sedang memalingkan wajahnya demi menutupi pipi merah merona akibat perkataan yang baru saja ia lontarkan.

"Kamu serius?" Tanya pemuda itu perlahan.

Ada keraguan tertampak jelas di raut wajah pemuda itu, bahkan anak kecil pun bisa melihat bahwa dirinya sedang dilanda keraguan.

"Aku enggak pernah seserius ini dengan seseorang."

2 detik kemudian tanpa sengaja 2 manik mata coklat saling beradu pandang.

Banyak makna yang tersirat di dalamnya yang entah mereka menyadarinya atau tidak.

Tetapi satu makna yang terlihat jelas tanpa kasat mata yaitu adanya rasa ingin membahagiakan dan melengkapi satu sama lain.

Entah sebutan apa yang cocok untuk mejabarkan makna tersebut tetapi satu yang mereka sadari, mereka ingin mencintai.

"Tapi kenapa? Dan kapan itu terjadi?"

"Semua berawal dari sini." Gadis itu menunjuk bagian samping dahi kepalanya.

"Otak? Pikiran?" Pemuda itu mulai ambigu akan respon lawan jenisnya itu.

"Dimulai dari sini,lalu turun kesini."

Sekarang jari telunjuknya mengarah ke bagian dimana organ dalam yang disebut hati itu berada.

"Aku enggak paham sama sekali."

Pemuda itu mengusap wajahnya dengan kasar sambil mendesah yang bisa terdengar jelas desahannya seperti kegusaran.

"Mungkin lebih baik jangan kamu pahami, biarkan jadi misteri yang hanya bisa dipecahkan oleh perasaanmu sendiri." Jelas gadis tersebut sambil menyunggingkan senyum manis.

"Tolong jangan lakukan itu." Pinta pemuda tersebut sambil memalingkan wajahnya menghadap ke bawah.

"Lakukan apa?" Gadis tersebut tetap memperhatikan tingkah laku pemuda canggung dihadapannya itu.

"Jangan tersenyum kepadaku." Jawab pemuda tersebut secara perlahan dengan kepala tertunduk.

"Dan bisakah kamu jangan lakukan itu juga?"

Ada nada sedikit tinggi dan sekaligus menyindir dari perkataan gadis tersebut.

Pemuda tersebut langsung mengangkat wajahnya Dan langsung menatap gadis tersebut. Terpancar jelas dari matanya bahwa ia sedang menunggu. Menunggu penjelasan dari perkataan sosok gadis di depannya ini.

"Jangan palingkan wajahmu dariku, aku benci itu". Jelas gadis tersebut dengan nada sedikit emosi yang ditekankan pada 3 kata terakhir.

"Maaf."

Pemuda itupun kembali menundukkan wajahnya. Mungkin jika jerapah suka meninggikan kepalanya, untuk pemuda satu ini, menundukkan kepalanya adalah kegiatan terfavorit nya.

"Angkat wajahmu, aku tak suka seseorang memalingkan wajahnya dariku." Sarkas gadis itu dengan nada sedikit menuntut.

Pemuda tersebut mengalihkan pandangannya dari semula ke bawah menjadi ke arah sosok di depannya.

Gadis tersebut terus memandangi wajah pemuda yang sedang menatapnya tersebut.

Entah desiran apa yang timbul di dalam hati gadis itu tetapi sepertinya ia sangat larut dan terbawa oleh suasana yang sekarang ia alami.

LET IT BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang