Aku hanya merindukan kamu, hanya itu, itu saja.
----
Kalimat itu masih terngiang-ngiang di pikiranku. Mungkin itu hanya ungkapan ekspresi yang normal yang sering di dengar atau diucapkan oleh seseorang. Tetapi bagiku tidak, ini lebih dari sekedar kalimat.
Lebih dari susunan kata yang tersusun dan membentuk makna. Bukan pula sebuah ungkapan ekspresi terhadap sesuatu atau seseorang, melainkan sebuah mantra yang membuat diriku terlena dan tersihir karenanya.
Terlalu hiperbolis bukan? Biarkanlah. Aku sedang dilanda kasmaran.
Aku tak menyangka bahwa laki-laki seperti Nazka Malaka bisa juga mengatakan hal seperti itu. Bagiku, ia hanya peduli dirinya sendiri.
Ia hanya mencintai dirinya sendiri.
Bahkan ia tak pernah mencintai orang lain selain ibunya dan tentu saja, dirinya sendiri.Mungkin itu adalah salah satu gerakan awalnya untuk meruntuhkan egonya yang setinggi gunung Himalaya itu.
Ia berfikir bagaikan mobil yang diatur oleh dinamo bukan mesin.
Yang membuat jalan pikirannya tak selaras dengan apa yang ia inginkan.Dalam kasus itu, dia melakukan awal pergerakan yang cukup bagus yang berhasil membuatku tersenyum terus menerus karna memikirkannya.
Terkadang ketika sedang kasmaran, seseorang akan kehilangan kendalinya. Mungkin sebelumnya, hatinya hampa tak berpenghuni yang membuatnya haus akan cinta.
bukan tentang cintanya, melainkan hatinya. Apakah ia bisa menanggungnya atau membiarkan cintanya sendiri yang mempermainkan nya.
Aku menempatkan diriku sebagai seseorang yang hatinya sedang dikunjungi oleh orang asing, entah orang asing itu akan menjadi kerabat ataupun hanya sekedar lewat sesaat.
Terkadang menaruh hati ke orang asing lebih mudah daripada memberikan perasaan ke personal yang sedari dulu didamba.
---
Aku beranjak dari tempat tidur dan segera bergegas untuk mandi. Aku baru saja teringat bahwa hari ini bukanlah hari biasa saja.
Dengan gesit, aku membuka pintu kamar dan segera berlari ke lantai bawah ke arah kamar mandi pojok sebelah pintu belakang rumahku.
Cukup 30 menit aku menjalankan ritualku di pagi hari yang biasanya untuk ukuran gadis seperti ku akan memakan waktu yang cukup untuk pulang pergi umroh.
Okay, hiperbolis, lagi.
Aku mengenakan baju cotton garis hitam yang didominasikan oleh ripped jeans abu-abu dengan spokat hijau navy yang kudapatkan tahun lalu saat seorang Nazka Malaka memberikanku sebagai tanda 'Hadiah ulangtahun' ku yang ke 16 waktu itu.
Akupun segera bergegas keluar kamar, menuruni tangga dengan tergesa tergesa lalu berjalan ke arah meja makan.
Ayah, Ibu serta Kakak perempuanku sudah bertengker lebih dulu daripada aku.
"Kamu telat ya sayang." Ucap Aisyah, Ibuku.
"Iya nih, Bunda. Tapi hari ini enggak ada pelajaran kok. alias, free class." Jawabku sambil duduk dan segera mengambil roti yang telah disajikan oleh Ibuku.
"Maksudnya free class gimana? Kamu juga kok enggak pakai baju seragam sekolah?" Tanya Ibu sekali lagi sambil mengoleskan selai kacang pada roti.
"Kalia ada pensi bunda." Sahut Alina, Kakak perempuanku.
Alina tak terpaut jauh dengan usia ku. Sekarang ia menginjak usia 19 tahun sementara aku 17 tahun, bulan depan. Jadi banyak yang mengira kita sepantaran layaknya teman satu angkatan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET IT BE
Romance"Mengapa Kita bisa jatuh hati dan sakit hati dalam waktu yang bersamaan?" - Kalia. Kalia Danish, gadis 17 tahun yang memiliki kepribadian sangat menarik yang membuat seorang pemuda 16 tahun jatuh hati kepadanya, Nazka Malaka. Nazka Malaka, berbeda d...