Bagian 2

352 21 0
                                    

"Assalammu'alaikum!" Alandro mengucapkan salam di rumah Sandra sembari mengetuk pintu depan.

Meskipun sudah puluhan kali diberi tahu oleh kedua orangtua Sandra untuk menganggap rumah mereka seperti rumah sendiri, tetap saja Alandro tetap bertindak sopan.

"Wa'alaikumsalam, langsung masuk aja Lan!" Seru seorang wanita paruh baya dari dalam rumah, Samantha, mama dari Sandra.

Alandro masuk, aroma masakan Samantha menggunggah rasa lapar di perutnya. Tadi, bundanya tidak sempat membuat makanan karena sedang sibuk-sibuknya di kantor.

"Sini Alan, sarapan dulu,"

Alan mengangguk kemudian mengedarkan pandangan. Mencari dimana Sandranya. Iya, Sandranya.

"Sasa masih tidur, Tan?" Alan mengernyit, tidak mendapati Sasa di meja makan.

"Badannya agak nggak enak katanya, Lan. Jadi, Tante nyuruh dia istirahat aja hari ini,"

'Dasar bocah, gue bilang juga apa, pasti sakit ni bocah,' batin Alan menggerutu dalam hati.

"Yaudah Tan, Alan susul Sasa dulu aja ya?"

"Iya, kamu ke atas aja. Kalau boleh Tante nitip Sasa dulu ya, Tante ada meeting penting pagi ini," ucap Samantha sambil mengambil nasi dan lauk pauk ke piring.

"Ini Tante minta tolong kasih ke Sasa ya, Lan," ucap Samantha yang hanya dibalas anggukan oleh Alan.

Alan menaiki tangga untuk sampai di kamar Sandra. Dilihatnya pintu kamar Sandra yang bertuliskan "Prince come to Princess"

Alan membuka pintu, terpampanglah seorang gadis yang sedang tertidur pulas di atas tempat tidur. Selimutnya menutupi separuh wajahnya. Sepertinya, gadisnya ini benar-benar dalam kondisi tidak sehat. Karena biasanya, Sandra sangat tidak suka menggunakan selimut, gerah katanya.

Alan meletakkan nampan yang berisi lauk pauk serta segelas susu putih tersebut ke nakas di samping tempat tidur Sandra.

Digoyangkannya sedikit badan Sandra, namun hanya dibalas dengan geliatan kecil.

"Sa, makan dulu, nanti tidur lagi baru boleh," Alan masih kekeuh untuk membangunkan Sandra.

"Nanti aja Ma, Sandra pusing,"

Alan menghela napas lelah. Mencoba untuk tidak emosi, karna nggak etis juga dia marah-marah posisi yang punya rumah ada di bawah. Yang ada Alan akan dianggap tidak sopan.

"Makan!" Sandra tetap tidak bergeming dalam tidurnya. Matanya masih tertutup rapat. Batang hidungnya yang nampak merah membuat Alan merasa bersalah sekaligus merasa ingin marah di satu waktu.

Sandra, anak keras kepala yang selalu ambisius untuk mendapatkan apapun, terlebih dalam hal es krim dan makanan pedas. Alan berusaha maklum, karena keluarga Sandra sendiri bisa dibilang keras kepala juga. Papanya yang mempunyai berjuta-juta kriteria yang harus Sandra miliki untuk menjadi seorang 'teladan'. Tanpa papanya tahu, anak gadisnya ini sering menangis di hadapan Alan.

Alan jadi ingat, waktu itu ulangan Kimia. Sandra sudah berusaha belajar, tetapi sialnya, ia tidak hafal tabel yang berisi nama-nama atom, ia malah menghafalkan rumus-rumus. Alhasil, ulangan kimia Sandra mendapat nilai yang termasuk kecil. Alan sudah mewanti-wanti Sandra saat itu untuk tidak perlu menjawab pertanyaan papanya mengenai ulangan harian tersebut. Namun, Sandra tetaplah Sandra, dari kecil tidak bisa berbohong, jadilah ia menjadi bulan-bulanan papanya. Dibandingkan dengan sepupunya, dengan saudara papanya, dan lain-lain.

Alan yang pada saat itu, mendengar dari arah balkon yang berdampingan hanya bisa menghela nafas lelah. Sandra, si ceria diluar ini sebenarnya sangat rapuh di dalamnya

-oke back to Sandra sakit-

JANGAN LUPA VOMENT!

My Possessive (Boy)FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang