Viel sedang berada di koridor kelas 12. Tujuannya hanya satu, kelas Bian. Fabian Alregha Buana, lelaki yang mampu memikat hati Viel dengan segala keketusannya. Viel suka Bian yang membentaknya, Viel suka Bian yang selalu menatap tajam tepat pada matanya, Viel suka Bian yang selalu berkata tegas untuk menolak kehadirannya, Viel suka segalanya tentang Bian yang bahkan tidak diketahuinya. Entahlah, ini cinta atau pembodohan hati. Yang jelas Viel merasa bahagia bisa melihat Bian walau selalu diakhiri dengan penolakan
"Assalamualaikum" ucap Viel didepan kelas 12 IPA 1. Seluruh anggota kelas menoleh kearah pintu
"Waalaikumsalam. Eh ada ayang Vivi, nyariin aku ya?" kata salah seorang siswa disana kemudian kepalanya dihantam buku oleh temannya
"Jijik gue Ming" ucap Danil
"Si Aming emang suka ngaco kalo ngomong. Mana mungkin bidadari kaya Viel nyariin kucing selokan kayak lo" kata Cio
"Heh nama gue Gesa bukan Aming" ucap Gesa
"Nama lo kebagusan ga pantes dipanggil Gesa. Bagusan Aming, udah diem gausah protes" balas Cio
"Heh udah, itu kasian Vivi jadi menonton hal yang tidak mendydyque" kata Zen
"Ehh aduhh maap yaa, emang rada mereka tuhh. Jadi kenapa lo kesini?" kata Danil
"Lahh? Lo juga ikutan monyet" sahut Gesa
"Ahh gue tau, nyari Bian ya?" tanya Cio. Viel hanya mengangguk
"Tuh anaknya lagi mojok. Gatau ngapain aja, betah banget daritadi. Masuk aja, samperin" kata Zen
Viel melangkah mantap menuju meja Bian
"Emm, kak ini ada nasi goreng buat lo. Gue bikin sendiri loh" kata Viel dengan ceria. Bian tidak menoleh
"Woy, Bian. Disamperin juga, toleh kek. Gue tau lo ga lagi dengerin musik" kata Gesa. Benar, Bian memang memasang headset tetapi dia tidak memutar lagu
Kebiasaan, batin Viel.
Bian mendengus lalu melihat kearah Viel lalu jatuh pada sekotak nasi goreng yang dipegangnya
"Ga mau ambil ? Gue kasih kak Gesa nih" kata Viel
"Kasih aja. Ga peduli" balas Bian
"Ihh tapi gue maunya ngasih ke lo kak. Ambil gih"
"Ga"
"Kak Bian, gue bikinin ini buat lo. Masa lo ga mau ambil?" Viel terus memaksa Bian agar mau menerima bekalnya
"Gue bilang enggak ya enggak! Lo pikir gue anak kecil yang harus dibawain bekal?! Berhenti bersikap sok peduli ke gue! Jijik tau ga!" bentak Bian, mata Viel berkaca kaca tapi dia mencoba menahannya agar tidak jatuh
Viel tersenyum "Yaudah, kak kalian udah makan? Kalo belum nih makan aja. Tenang, nasi gorengnya ga gue racunin kok. Hehe" kata Viel dengan sedikit kekehan
"Cih sok kuat" sindir Bian, Viel hanya menghela napas berat
"Yaudah gue ke kelas dulu ya. Dahh kak. Assalamualaikum" pamit Viel
"Waalaikumsalam"
Selepas kepergian Viel, teman teman Bian menggelengkan kepalanya. Ia heran, bagaimana bisa Viel tahan dengan sikap Bian yang sudah kelewat batas seperti itu?
"Yan, harusnya lo gausah bersikap kayak tadi. Seenggaknya hargain usaha dia, lo emang ga pernah bisa ngehargain orang ya?" tanya Zen
"Tau apa lo soal menghargai orang lain?" jawab Bian lalu meninggalkan kelas
"Temen lo tuh" kata Zen dan Cio bersamaan
"Temen kalian juga" balas Gesa yang sedang sibuk mengunyah nasi goreng buatan Viel yang menurutnya enaknya melampaui batas. Dasar Gesa apapun pasti dia makan asal itu gratis
Sesampainya dikelas Viel duduk dibangkunya dengan wajah ceria seakan akan bekalnya tadi diterima Bian
"Gimana Vi? Bekal lo diterima sama Bian?" tanya Nana
"Yakali. Ga mungkin lah, Viel kan emang gitu. Ga diterima senyum lebar, kalo diterima udah sobek kali tuh bibir" balas Raya. Viel hanya senyum
"Apasih kalian? Sibuk banget. Belajar sana, abis ini ulangan bu Luna. Kalo dapet dibawah 7 lo berdua bakal remed. Haha" kata Viel
"Iya iya tau deh yang pinter Fisika. Aku mah apa atuh, cuma remahan rempeyek" kata Nana membuat kedua temannya tertawa
Jam istirahat memang selalu menjadi jam yang sesak. Dikatin semua siswa berdesakan untuk mengisi perut mereka yang sudah meronta minta diisi
"Hai kak" sapa Viel, kalian pasti tau siapa yang disapa Viel. Ya, itu adalah Bian, Gesa, Cio, Danil, dan Zen
"Hai Vi, mau duduk sini?" tanya Zen. Memang dianta teman teman Bian hanya Zen yang otaknya waras
Viel menggeleng "Cuma mau liat mukanya kak Bian. Hehe. Yaudah gue mau ke meja temen temen gue. Duluan ya kakak kakak" lalu Viel melenggang pergi
Cio, Gesa, dan Danil hanya bisa menggeleng
"Gila, baru kali ini gue liat cewek sebegitu sukanya ama cowok yang bahkan ga nganggep dia sama sekali" ucap Cio sedikit menyindir Bian. Namun Bian tetaplah Bian, mau sebanyak apapun orang menyindirnya ia tidak akan terganggu selama itu tidak merugikannya
"Vi, darimana aja sih? Gue cariin juga. Keburu melempem tuh batagor" kata Raya
"Biasa palingan juga abis nyamper mejanya si Bian" sahut Kenzo, dia memang tidak suka memanggil kakak tingkatnya yang satu itu dengan embel embel 'kakak'
"Sewot aja lo. Yang nyamper gue juga. Udah makan sana" balas Viel
Teman temannya hanya bisa menghela napas melihat kelakuan Viel
Gue harap lo cepet nemuin bahagia lo Vi - Raya, Nana
⏪⏹⏩
Kata Viel, terimakasih buat vote nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us
Teen FictionIni bukan kisah kita. Bukan juga kisah mereka. Ini hanya kisah dimana ada dua orang manusia yang berusaha menapak pada jalan yang berbeda. Kisah dimana ketika salah satunya maju, saat itu juga salah satunya mundur. Kisah yang lebih parah dari apa ya...