Satu

74 5 1
                                    

Namaku Shita, Arshita Prameswari. Dari kecil aku terobsesi sama cerita detektif. Sampai aku bercita cita untuk jadi seorang detektif. Tapi karena angka pembunuhan di Indonesia ini rendah, sepertinya cita citaku tidak bakal kesampaian. Padahal waktu kecil aku sampai membuat permainan detektif detektifan, yang mana mainnya itu begini. Jadi ada dua team, team A sama team B, nah kalo team A yang jadi detektif nya, maka team B bakal menyembunyikan suatu barang yang tidak diketahui apa barangnya, lalu memberi clue ke team A. Team A harus nemuin itu barang berdasarkan clue yang diberikan oleh team B.

Gilaaa seru banget kan permainan buatanku ini, akhirnya baru sekarang aku menyadari kalo ternyata sebenarnya aku ini, JENIUS.

Nah back to topic. Jadi di Indonesia ini jarang sekali ada kasus kasus macam kayak di serial CSI atau BONES atau Criminal Mind yah pokoknya yang semacam itu. Pernah sih ada kasus pembunuhan yang sampai viral, tapi kasus itu bukannya jadi kasus misteri malah jadi bagaikan drama sinetron. Panjang dan gak selesai selesai, malah aku sudah ngeri aja kalo kasus itu bakalan dijadikan sinetron yang judulnya, Kopiku bukanlah Kopimu, atau Kopimu ternyata Kopiku, setelah itu dibuat sampai 1000 episode, yang adegannya isinya cuman zoom in zoom out doang.

Karena aku sudah pesimis dengan cita citaku, akhirnya aku mengambil kuliah jurusan sastra Inggris, nyambung banget gak sih, kan siapa tahu aku malah bisa menjadi detektif di luar negeri.

Karena kampusku letaknya lumayan jauh dari rumah maka terpaksalah aku ngekos di dekat kampus, lagipula aku juga punya pengalaman pahit naik kereta yang berdesak desakan. Selain tidak bisa nafas saking penuhnya, aku juga nyaris jadi korban penggrepean oknum sakit yang suka cari kesempatan dalam kesempitan. Reflek aku berteriak waktu ada tangan yang menempel di bokongku. Semua orang langsung menoleh ke arahku, dan bertanya kenapa. Dengan jujur dan lantang aku berkata,

" Ada yang pegang pantat saya!"

Semua langsung bergeser memberiku tempat yang aman. Kita tidak boleh malu ataupun takut guys kalo tertimpa musibah semacam tadi di kereta. Sebelum aku pindah tempat kulihat satu satu tampang orang orang yang ada disekitarku tadi, yang cocok jadi profil tersangka pelaku penggrepean dalam kereta. Sebagian besar bapak bapak yang wajahnya sudah kelelahan pulang kerja, tapi ada satu mas mas perlente, memakai kemeja slim fit salur biru, yang menurutku termasuk kategori cowo ganteng, dan berusaha menghindari tatapan mataku. Aku langsung bisa tahu dia pelakunya. Dan walaupun bukan dia pelakunya, aku akan tetap menganggap dia pelakunya, karena aku jijay kalo ternyata pelakunya bapak bapak. Naluri kedetektifanku memang kadang kadang suka fleksibel.

Oleh sebab dari sekian banyak hal tadi akhirnya aku mengekos di kos an deket kampus yang khusus mahasiswi, biar aman. Walaupun diseberangnya ada kos an besar bertuliskan khusus mahasiswa, yang ini buat cuci mata.

Sebulan disana akhirnya aku berkenalan dengan Sigit, anak manajemen yang gokil abis. Dan anehnya dia juga tertarik sama cerita cerita detektif sepertiku. Dengan postur tubuhnya yang lumayan kuntet untuk ukuran lelaki, dan meskipun bisa dibilang ganteng, tapi dia tidak memancarkan aura ketampanan, mungkin karena orangnya terlalu gokil mengarah ke selebor yang beda tipis dengan jorok, karena aku sering melihat kaosnya itu itu saja padahal sudah lima hari, ini anak memang gak punya kaos lain atau memang jorok, itu masih jadi misteri yang akan kuselidiki di kemudian hari.

Hari ini aku janjian dengan Sigit untuk makan mi ayam depan kampus. Aku sudah berada di lapangan tempat biasa kami bertemu, tapi belum ada tanda tanda seorang Sigit disana. Aku mengeluarkan ponselku, membuka whatsapp dan mencari nama Sigit.

" Git dimana lo?! ayo buru,,,, gue udah laper nih!" Send checklist dua, dan langsung di read. Sigit is typing....

" Bentar gue masih di kelas ini, 5 menit lagi gue sampe sono."  Lemot banget ini anak, asli.

Case ClosedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang