🍃Kisah Sayyidah Shafiyyah binti Huyai bin Akhthab🍃
Istri ke 11 Nabi Muhammad SAW
Bagi sebagian orang, nama Shafiyyah binti Huyay masih terdengar asing dalam sejarah islam. Namun, tahukah kamu bahwa Shafiyyah binti Huyay adalah salah satu Ummul Mukminin, istri Rasulullah SAW yang berasal dari keturunan pemuka Yahudi?
Ia dilahirkan sebelas tahun sebelum hijriah atau dua tahun setelah kenabian Rasulullah SAW. Ibunya bernama Barrah binti Samaual dari Bani Quraizhah, sedangkan ayahnya Huyay bin Akhtab, seorang pimpinan Yahudi terpandang dari kalangan Bani Nadhir.
Sejak masih muda, Shafiyah sudah gemar akan ilmu pengetahuan. Ia banyak mempelajari tentang sejarah Yahudi hingga menemukan fakta dalam kitab Taurat bahwa kelak akan datang seseorang nabi penyempurna agama samawi yang datang dari jazirah Arab. Meskipun mengetahui bahwa Muhammad adalah seseorang yang dimaksud dalam kitab Taurat tersebut, Huyay bin Akhtab beserta kaumnya masih mengingkari dan mendustakan akan kenabian karena faktor kedengkian dan iri hati. Mereka juga menyembunyikan fakta kenabian itu dari Shafiyyah, meskipun Shafiyyah akhirnya mengetahui bahwa Rasulullah berada dalam jalan yang benar.
Kebencian Huyay bin Akhtab dan kaumnya terhadap Rasulullah dibuktikan dengan diingkarinya perjanjian Hudaibiyah serta menghasut kaum Quraisy untuk menyerang kaum muslimin. Atas izin Allah, Rasulullah kemudian memutuskan untuk melakukan penyerangan terlebih dahulu di lembah Khaibar. Peperangan yang memenangkan kaum muslimin ini kemudian banyak mengakibatkan laki-laki Yahudi yang mati terbunuh, termasuk Huyay dan saudaranya. Sementara perempuan dan anak-anak yang masih hidup dijadikan sebagai tawanan. Shafiyyah adalah salah satu di antara mereka yang kini tinggal sebatang kara.
Rasulullah kemudian memberikan pilihan kepada Shafiyyah, apakah ia ingin dimerdekakan dan dikembalikan kepada kaumnya, atau ingin masuk Islam kemudian dinikahkan oleh Rasulullah. Dengan tegas Shafiyyah menjawab, “Ya Rasulullah, aku telah menyukai Islam dan membenarkanmu sebelum engkau mendakwahiku. Aku tidak meyakini agama Yahudi. Orangtua dan saudara-saudaraku pun telah tiada. Allah dan Rasul-Nya lebih aku sukai dari pada dibebaskan untuk kembali pada kaumku.” Rasulullah pun kemudian menikahi Shafiyyah dengan mahar berupa kebebasannya.
Kehadiran Shafiyyah sebagai istri Nabi yang merupakan keturunan Yahudi, sempat menjadi alasan bagi para sahabat tidak menyukainya. Shafiyyah pun pernah menangis karena hal tersebut dan Rasulullah menghiburnya dengan jawaban, “Mengapa tidak kau katakan, bahwa aku lebih baik dari kamu. Ayahku Harun, pamanku Musa, dan suamiku Muhammad SAW?”
Menurut Al-Hafizh Abu Nu’aim, Shafiyyah dikenal sebagai orang yang bertakwa, bersih, dan matanya selalu basah karena menangis. Ibnu Katsir juga turut menuturkan bahwa Shafiyyah adalah seseorang yang sangat menonjol dalam ibadah, kezuhudan, kebaikan, dan shadaqah. Ia juga merupakan istri dari Rasulullah yang sangat tulus dan penuh kejujuran. Selepas kepergian Rasulullah, ia semakin menunjukkan ketakwaan kepada Allah SWT hingga ajal menjemputnya pada tahun 50 Hijriah atau sekitar 40 tahun setelah Rasulullah wafat.
Dalam paparan singkat mengenai keteladanan Shafiyyah binti Huyay, dapat diambil hikmah bahwa menjadi muslimah sejatinya ialah menjadi pembelajar yang baik. Terus menggali ilmu pengetahuan dan menyeimbangkan dengan amalan akhirat merupakan sebuah pencapaian yang sangat bernilai tanpa perlu menyombongkan diri. Jika Shafiyyah yang pada masanya dapat dipuji sebagai wanita yang sangat cerdas oleh Ibnu Al-Atsir dan An-Nawawi, pada era globalisasi sekarang ini, di mana arus informasi sangat mudah diterima, sudah seharusnya kita sebagai muslimah dapat lebih memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan yang didapat dan terus memperbaiki diri dari segi keimanan dan ketakwaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH Istri Nabi Muhammad Dan Sahabat Rasul
SpiritualKisah Inspiratif Islami Kisah Istri Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam Dan Kisah sahabat Rasulullah