Ummul Mukminin Juwairiyah binti al-HaritsKata Ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha, “Juwairiyah adalah seorang wanita yang cantik dan memesona. Tidak seorang pun yang melihatnya, pasti jatuh hati padanya.”
Nasabnya
Ummul mukminin Juwairiyah binti al-Harits adalah seorang bangsawan dari bani Musthaliq. Nama dan nasabnya adalah Juwairiyah binti al-Harits bin Abi Dhirar bin Habib bin ‘A-idz bin Malik bin Jadzimah. Jadzimah inilah yang disebut Musthaliq. Ia berasal dari kabilah Khuza’ah. Nabi menikahinya usai Perang Muraisi’. Yaitu peperangan antaran kaum muslimin dengan Bani Musthaliq yang terjadi pada tahun ke-5 H. Ada pula yang mengatakan tahun ke-6 H. Sebelum menikah dengan Rasulullah, ia merupakan istri dari Musafi’ bin Shafwan al-Mushthaliq.
Ibnu Ishaq mengatakan, “Juwairiyah binti al-Harits, dulu namanya adalah Barrah binti al-Harits bin Abi Dhirar bin Habib bin ‘A-idz bin Malik bin Jadzimah dari kabilah Khuza’ah. Ia merupakan istri dari anak pamannya, Musafi’ bin Shafwan bin Dzi al-Syafr.
Dari Zainab binti Abu Salamah dari Juwairiyah binti al-Harits, ia menceritakan bahwa namanya dahulu adalah Barrah. Nabi mengganti namanya menjadi Juwairiyah. Alasannya karena beliau tidak suka kalau sehabis berjumpa dengannya dikatakan, “Beliau keluar dari Barrah (kebaikan).” Riwayat ini sesuai dengan syarat Muslim, walaupun ia tidak meriwayatkannya
Di Masa Jahiliyah
Ummul mukminin Juwairiyah adalah tokoh di tengah kaumnya. Ayahnya adalah kepala kabilah Bani Musthaliq. Sampai kabar kepada Rasulullah bahwa Bani Musthaliq telah sepakat untuk menyerang beliau dan dipimpin oleh al-Harits bin Abi Dhirar. Kabar tersebut segera direspon oleh Rasulullah. Beliau menyiapkan pasukan dan keluar untuk menghadapi mereka. Kedua pasukan bertemu di sebuah mata air yang disebut al-Muraisi’. Bani Musthaliq berhasil dikalahkan. Al-Harits bin Abi Dhirar tewas dalam perang tersebut. Imbasnya, kaum wanita dan anak-anak Bani Musthaliq menjadi tawanan. Mereka diserahkan kepada para sahabat. Di antara tawanan tersebut terdapat Juwairiyah binti al-Harits, tokoh wanita Bani Musthaliq.
Memeluk Islam
Abdullah bin Umar mengatakan, “Muhammad bin Yazid mengabarkan kepadaku dari neneknya. Neneknya adalah budak dari Juwairiyah binti al-Harits. Bahwa Juwairiyah radhiallahu ‘anha berkata, “Rasuullah menikahiku saat aku berusia 20 tahun.” Neneknya mengatakan, “Juwairiyah wafat pada tahun 50 H. Saat itu beliau berusia 65 tahun. Dan yang menjadi imam shalatnya adalah Khalifah Marwan bin al-Hakam.”
Usai perang Bani Musthaliq, Juwairiyah binti al-Harits menjadi tawanan perang. Suaminya terbunuh dalam perang ini. Ia berada di tangan sahabat Tsabit bin Qais bin asy-Syammas radhiallahu ‘anhu. Menjadi tawanan, tidak membuat Juwairiyah nyaman. Ia pun ingin menebus dirinya agar bebas. Karena ia adalah seorang tokoh dari kaumnya. Namun, ia tak memiliki apapun yang bisa digunakan untuk menebus dirinya. Lalu ia pergi menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berharap agar beliau mau membantu. Ternyata Rasulullah memberikan tawaran yang jauh lebh baik dan lebih utama dari apa yang ia inginkan. Nabi melamarnya dan menanggung pembebasannya. Juwairiyah menerima tawaran tersebut dan sekaligus memeluk Islam.
Wanita Yang Banyak Keberkahannya
Aisyah radhiallahu ‘anha menceritakan, “Saat Rasulullah menawan orang-orang Bani Musthaliq, Juwairiyah binti al-Harits berada pada tangan sahabat Tsabit bin Qays bin asy-Syammas radhiallahu ‘anhu atau pada anak pamannya. Juwairiyah berkeinginan membebaskan dirinya. Ia adalah seorang wanita yang cantik dan memesona. Hampir-hampir tak ada seorang pun yang melihatnya kecuali jatuh hati padanya. Ia datang menemui Rasulullah, dengan maksud meminta tolong kepada beliau untuk membebaskan dirinya. Demi Allah, tatkala aku melihat ia berdiri di depan pintu rumahku, aku tidak menyukai hal itu. Karena aku tahu, Rasulullah akan melihat apa yang aku lihat (melihat kecantikannya pen.).
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH Istri Nabi Muhammad Dan Sahabat Rasul
SpiritualKisah Inspiratif Islami Kisah Istri Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam Dan Kisah sahabat Rasulullah