Ch 6

4.9K 326 63
                                    

"Gahh!"

Levi menggeram seraya perutnya ditendang kembali. Seperti ingin memuntahkan semua yang ada di dalam perutnya, namun apa daya ia belum makan sejak kemarin. Ingin memuntahkan angin pun rasanya sayang.

"Senang sekali kau bajingan kecil!"

Hei santuy lah muka tua, kau ini sakit jiwa atau bagaimana?

Ah, maaf. Saya kebawa emosi. Kasihan itu si bantet dipukuli, jadi ingin saya siksa terus.

Hehe.

"B-bajingan.." akhirnya setelah sekian lama mengunci mulutnya, sang Ackerman pun unjuk suara. Ia bergetar, suaranya parau. Kondisinya pun jauh dari kata baik-baik saja, noda darah dimana-mana, baju rombeng dan memar hampir di sekujur tubuhnya melengkapi kesan "Ah kasihan sekali anak malang ini." padanya.

Dan seperti yang kalian tahu Levi tidak suka dikasihani. Ia bernafas saja sudah merasa hina, apalagi kalau orang berbondong-bondong bersimpati padanya. Ingin terjun ke jurang saja.

"Hanya itu?" tantang seorang pemuda yang lebih mendekati kakek Sugiono dengan muka ampasnya. Ia tak puasnya menjambak rambut Levi. Bisa-bisa ia botak seperti Connie nanti.

"Jangan seperti itu, mungkin dia baru belajar bicara." seseorang menimpali.

Semuanya tertawa, kecuali Levi.

Tentu saja, ia yang sedang dipermalukan disini.

"Hei sudah, ayo nikmati malam ini saja."

Suara gelas-gelas berdenting, Levi dapat mendengar jelas suaranya. Dan dengan bau yang sedemikian menyengat, dapat dipastikan mereka meminum alkohol, salah satu minuman yang dapat menarik perhatian Levi.

Kalau benar ini akhir dari hidupnya, izinkan ia bergabung dan mengecap rasa anggur hasil fermentasi itu. Setidaknya ia tidak menyesal, di umurnya yang tujuh belas tahun ini ia sudah pernah melakukan hal yang legal ia lakukan.

Tunggu.. tujuh belas?!

Ya, apa kau lupa? Ini adalah hari ketiga setelah Eren membawa Levi bersamanya. Tinggal di mansion nan megah, pergi ke pesta lalu bertengkar, menghadiri pernikahan kakaknya, pergi ke pantai bersama..

Setidaknya ia tak berpikir hidupnya dapat seburuk ini. Ia sempat berpikir tak apa baginya bersama Eren. Pemuda itu memperlakukannya dengan baik, ia merasa memiliki teman kembali. Siapa tahu dibalik otak mesumnya itu sebenarnya ia adalah orang yang baik.

Ya kau boleh ulang yang tadi.

Seorang Levi Ackerman berasumsi bahwa Eren Jaëger adalah orang yang baik.

Hell, inikah yang namanya Stockholm syndrome?

Atau mungkin Levi keracunan film luar negeri itu, lima puluh bayangan Grey atau apalah aku tidak mengerti lagi, yang kuhapal isinya hanyalah seorang billionare yang melakukan seks dengan seorang wanita lugu, yang menurutku kurang seksi.

Brak!

Semua orang diruangan itu terlonjak kaget. Pasalnya pintu itu dibuka dengan sangat ngegas oleh seorang wanita blonde yang mengenakan pakaian seksi, high heels dan ia juga membawa cambuk.

Apakah ia baru saja pulang dari acara cosplay?

Splash! Splash!

Ia mengayunkan cambuknya dua kali, membentuk silang di udara. Sontak ketiga pria yang sedari tadi minum itu berdiri dan membungkuk hormat.

"Dasar anjing! Perlu kutegaskan lagi hah?! Kalian tidak boleh minum saat bekerja!" teriakan melengkingnya menggema, berbalapan dengan cambuk yang ia lontarnya pada ketiganya.

"Dan kau, pria kecil. Jangan macam-macam."

"Kalau aku ingin mematahkan lehermu, bagaimana?"

"Dengan keadaanmu yang seperti itu? Don't make me laugh."

Jalang itu berjalan kearah Levi, ia kemudian duduk di lantai dan menggoda pemuda yang babak belur itu. Cambuknya ia kesampingkan sebentar, beralih mencium leher pemuda malang itu.

Jadi dia ingin melakukan seks, begitu? Tak kusangka wanita ini kinky sekali.

Mereka akhirnya bertatapan, saling menyelami pandang masing-masing. Tanpa sadar bibir tipisnya telah diraup oleh si blonde, mau tak mau ia membalas ciuman itu.

Ciuman itu berlangsung cukup lama dan intim. Terdengar bunyi cipakan dari keduanya, namun walaupun begitu dapat dilihat bahwa ini adalah ciuman sepihak. Karena jujur, Levi tersadar bahwa ia baru dicium oleh seseorang yang sama sekali tak ia kenal--namun kali ini ia dapat menerimanya karena setidaknya ia mencium perempuan bukan laki-laki.

Setelah tautan itu terlepas, sang wanita membisikkan sesuatu ditelinganya. Sesuatu yang.. membuatnya terkejut, kalau boleh jujur.

"Aku akan menikahi pria-mu minggu depan."

"

Hei Sasha."

"Ya?"

"Menurutmu kalau kau ingin membunuh seseorang, bagaimana kau membunuhnya?"

"Dengan pistol tentu saja."

"Ah aku lupa kau tidak suka membuat plot."

"Itu bukan gayaku."

"Anggap saja permintaan pelanggan."

"Aku ingin mencoba jadi wanita kalau begitu."

Connie hanya mengangguk paham, Sasha memang bukan tipe wanita pada umumnya. Ia seperti hewan buas dan memikiki klasifikasi identitas sendiri.

"Kau rela berbagi dengannya?"

"Kalau kau membicarakan keperawananku aku tidak akan jawab."

"Maaf kalau begitu."

"Tidak tidak, aku serius. Wanita jalang yang menjunjung keprofesionalan--kau tak bisa menyalahkan mereka."

"Kau mengatakan itu karena kau sudah tak perawan?"

Sontak Sasha yang sedang menyantap roti gandum itu kehilangan nafsu makannya, beralih melempar roti tersebut mengenai kepala botak cemerlang milik tuyul kurang ajar ini. Kemudian Sasha beranjak dari tempatnya singgah, meninggalkan Connie terheran-heran.

Tbc

(A/N): Merry Christmas everyone!

Bangsat banget ya aku jarang update sekalinya update chapternya pendek, isinya unfaedah pula.

Ya pokoknya begitu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Yours・EreriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang