hom pim pa

85 26 1
                                    

di hari minggu yang cerah sekelompok anak-anak diberbagai usia memenuhi lapangan yang beralaskan tanah merah. anak-anak itu berkumpul dan membentuk lingkaran. sebelum mereka bermain, mereka melakukan hom-pim-pa terlebih dahulu.

 sebelum mereka bermain, mereka melakukan hom-pim-pa terlebih dahulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"hom,pim,pa,alaiyum,gambreng".

mereka terlihat ceria .tertawa riang tanpa beban, walau matahari cukup terik siang itu. karena mereka bermain setelah pulang sekolah.

"qurro jagaaaaaaa".

mereka bersorak-sorai karena telah menemukan yang harus jaga. sekarang gue harus menutup mata dan mulai berhitung sampai dua puluh.

"sembilan belas, dua puluh. udah ya gue cari kalian." gue telah selesai menghitung, gue menolehkan kepala ke belakang. gue berputar-putar di lapangan bola, debu-debu mulai berterbangan tertiup angin sepoi-sepoi, membelai rambut gue yang seperti anak cowok.

walau gue terlahir sebagai anak cewek, tapi gue lebih suka berpakaian seperti anak cowok.tubuh gue kurus dan tinggi, tidak lupa kulit cokelat gue. ini enggak seperti eksotis layaknya kulit farah queen, kulit gue lebih terlihat gersang tak terawat seperti anak yang jarang mandi.

dari kecil gue emang paling susah untuk mandi. setiap nyokap manggil gue untuk mandi, gue akan ngumpet dan nuruh temen-temen gue buat bohong. pastinya dengan alasan-alasan yang menurut gue cukup logis untuk anak seumuran gue saat itu.

"anggun liat qurro enggak ?" tanya nyokap gue

"tadi qurro lari ke atas mama qurro, dia ngejar layangan putus" jawab anggun.

"ampun dah tuh anak, ngapain sih pake ngejar layangan putus segala. kalo qurro balik kesini lagi, tolong bilangin ya disuruh mandi sama mamanya."

"iya mama qurro"

setelah nyokap gue pulang, guepun keluar dari tempat persembunyian. walaupun sebelumnya gue kode-kodean dulu sama anggun dari balik kandang ayam bude ning.

"gimana gun, udah aman ?"

"aman" sambil memberikan jempolnya ke gue.

akhirnya guepun bisa keluar dari tempat persembunyian gue, yang lebih pantas disebut tempat pembuangan akhir. bayangin aja udah lima menit gue berasa di belakang kandang ayam yang memiliki bau semerbak.

"thanks ya gun, maaf jadi nyuruh lu bohong."

"gue nyesel bohong sama nyokap lu."

"tenang aja gun itu dosa gue, karena gue yang nyuruh lu bohong ke nyokap gue."

"harusnya tadi gue jujur aja, kalo lu ngumpet disana."

"kita kan temen gun, janji deh ini terakhir gue minta lu bohong."

"masalahnya bau badan lu udah samaan dengan tai ayam bude ning"

gue cuma bisa terkejut dengan kepolosan anggun yang menusuk hati gue.


anak 90'anWhere stories live. Discover now