Chapter 2-Perjanjian

9.8K 346 0
                                    

2 minggu kemudian.

"Dita...hari ini kamu jadwal ketemuan sama Aditya, jangan kabur kemana-mana!" Rina mama Dita meneriakinya dari ruang makan.

Huff! Sial ketahuan!

Dita yang sudah mengendap-endap dipintu belakang langsung memasuki ruang makan dengan langkah gontai.

"Mah....plisss dong jangan kaya Papa juga!" Dita merajuk sambil duduk pasrah di kursi makan.

"Dita! Ini buat kebaikan kamu! 6 bulan lagi kamu akan jadi istri Adit. Kamu harus kenal suami kamu!" Rina menepuk kecil kepala anak bungsunya yang super manja itu.

"Hah...aku setuju sama pernikahan ini aja udah bagus, Mah!" Sungut Dita dengan sewot.

Yah akhirnya Dita mengikuti permintaan Papanya untuk meneruskan perjodohan antara keluarga Soekmono dan Witjaksana. Karena siapa yang bisa menentang Papanya? Dita diancam diusir dari rumah, gak dianggep anak, sampai putus sekolah kalau tidak mau mengikuti keputusan keluarga.

Hahhh...kalo gue gak nurut segala perjuangan kuliah selama ini bakal sia-sia!.
Semua perjuangan kuliah gue dari semester awal, sampe lulus sarjana S1, dan sekarang koass bisa sirna begitu aja. Gila! Bisa percuma air maya dan darah gue selama ini!

Gue hanya perlu putar otak untuk mensiasati pernikahan ini!. Hummm... gue punya ide!

Dita mengangguk sambil tersenyum sumringah seakan mendapat ide cemerlang dari langit.
"Oke...hari ini aku ketemu Aditya"

Rina pun ikut tersenyum girang "Bagus, Dit! Adit udah bilang sama Mama mau jemput kamu jam 5 Sore, jangan lupa dandan yang cantik!"

Dita memutar bola matanya dan kembali naik ke kamarnya.

*****

Jam 5 sore, Aditya sampai tepat waktu. Sesuai jadwal yang sudah ditentukan keluarga, sore ini Dia menjemput Dita untuk kencan pertama.

Aditya memakai setelan jas dengan kemeja merah marun dilengkapi dasi hitam. Penampilannya sangat formal. Yah karena jadwal hari ini sudah ditentukan keluarganya yaitu pergi ke restoran yang mewah dan romantis.

"Sebentar yah Adit... Tante panggilin Dita" Rina mempersilahkan Aditya duduk di ruang tamu.

"Iya Tante..."
Aditya duduk di sofa sambil memperhatikan jam tangannya.

Kira-kira gue perlu berapa lama untuk nunggu Dita keluar?

Tetapi... Dita tidak makan waktu lama untuk keluar kamarnya. Dita turun dengan pakaian yang sangat kasual. T-shirt berwana putih polos dan jeans belel. Rambut panjangnya di ikat ekor kuda. Tanpa make-up apapun yang dipakai, seolah kencan hari ini bukanlah pertemuan penting untuknya.

Aditya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dasar anak-anak...sepertinya dia mau buat Gue illfeel di kencan pertama ini.

Aditya menghela nafas dan berusaha keras mengenyampingkan egonya. Dia mencoba mode bersahabat.
"Hello...Aku Adit" aditya mengulurkan tangannya.

Tapi Dita ngelengos jalan ke pintu keluar. "Udah tau!"

Hahhh.... perfect! Hari ini tampaknya bukan kencan, tapi Babysitting!

Aditya mengejar Dita ke parkiran dan membuka mobilnya.
Dita masuk ke mobilnya dan duduk membanting badan. Aditya duduk dikursi kemudi dan melirik sedikit ke arah Dita.

Ckckck...anak ini berbeda banget sama Dini! Perlu pawang!

"Kita ke restoran yang udah direservasi yah"

"Terserah!" Dita langsung memejamkan matanya dan bertingkah seperti tidur.

Oke dia gak mau diajak ngobrol. Nothing to lose sih...Gue pun bukan tipe orang yang suka basa-basi.

****

Dita turun dari mobil dan melongo seketika.

Gila kenapa Dia bawa gue ke restoran mewah gini, mana keliatannya romantis gitu lagi, gue sama Bryan aja belom pernah kencan super niat gini!. Pantesan ni orang pake jas rapih gitu. Duh gue salah kostum! tapi... bodo ah! Ngapain juga rapih-rapih buat jalan sama Dia.

"Oke kita sampe..."

"Tempat apa ni, mau bikin hati gue meleleh?" Dita melirik Aditya dengan ujung matanya.

"Hah...gak juga...tempat ini udah ditentuin sama keluarga... aku cuma ngikutin kemauan mereka aja"

Dita masuk sambil melipat tangannya.

Aditya menghampiri meja resepsionis "Reservasi atas nama Aditya Witjaksana"

"Baik Pak....meja nomor 12 yah..silahkan" Resepsionis itu melirik ke arah Dita yang salah kostum. Dita membalas lirikan si Mba Resepsionis dengan melotot seakan bilang apa lo liat-liat?!. Resepsionis itu pun tersenyum canggung.

Dita dan Aditya pun duduk dimejanya.
"Itu salah kamu sendiri, kesini pake baju gitu, gak sopan melototin orang gitu" Aditya memulai percakapan dengan panas.

"Hah...baru ketemu aja udah ngatur gimana nikah! heran gue kenapa Dini bisa suka orang model gini"

"Kamu kenapa sih? Aku gak ngapa-ngapain udah kesel sendiri?"

"Gue gak ngerti aja...kenapa si Lo mau dijodohin! Kayak gak punya jalan hidup aja!"

"Aku punya prioritas....jadi aku bakal melakukan apa pun itu demi prioritas yang aku pilih"

"Hah...tipikal businessman sejati! Gue tau si tujuan perjodohan ini cuman untuk memperkuat perusahaan Lo dan Papa"

"Hum...benar..." Aditya menjawab dingin.

"Yah... tapi gue udah punya pacar dan gue gak mau putus!"

Aditya hanya diam sambil menunggu arah pembicaraan Dita.

"Gue tau perusahaan keluarga Lo terbilang baru tapi cukup berkembang karena banyak ide-ide kreatif, tapi perusahaan Lo butuh modal dari perusahaan Papa yang emang udah settle lama. Lo butuh keluarga gue!"

"Humm...ya...itu bener juga" Aditya menjawab datar.
"Tapi perusahaan Papa kamu juga butuh perusahaan keluargaku, karena perusahaan kamu stuck ide dan sulit berkembang lebih luas. Jadi ini sebuah simbiosis mutualisme"

"Simbiosis mutualisme? Kayak pelajaran biologi aja... kerbau dan burung jalak. CIHHH!" Dita memicingkan matanya sinis.

Darah Aditya berasa mendidih meladeni sikap Dita yang kekanak-kanakan.

Hah anak ini emang gak bisa diajak ngomong formal!.
"Yah...kenyataannya begitu, Gue sih realistis aja... selama yang dijodohin sama gue masih cewek. Why not?"

"Disgusting!" Dita mencibir.

"Whatever..." Aditya menggelengkan kepalanya dan merebahkan punggungnya dikursi.

Dita menghela nafas panjang, mencoba meredam emosi,
"Oke...gini...Gue gak bisa nentang Ayah, posisi gue emang lemah sekarang. Masih bergantung sama orang tua, masih harus koass butuh biaya banyak. Gue terpaksa setuju dengan keputusan ini. Tapi dua tahun ke depan gue akan bisa cari duit sendiri, dan gue mau Lo memikirkan peluang untuk cerai 2 tahun lagi. Gimana waktu segitu cukup gak buat perusahaan lo Stabil?"

Aditya agak terkejut dengan ide Dita, tapi dia menutupinya dengan tenang.
"Hummm...we will see"

"Dan Gue akan tetep pacaran sama Bryan, Lo gak boleh larang gue pergi kemana dan sama siapa"

Aditya mengangguk pelan.

"Ahhh...dan yang  paling penting Lo hanya nikah diatas kertas sama Gue, Lo gak boleh nyentuh gue sama sekali!"

Aditya tersenyum sinis,
"Hah...Oke! Lagian anak-anak kayak kamu bukan tipe saya"

"Hah..sama! Om-om kayak kamu juga bukan tipe saya"

Dita menghela nafasnya kembali,
"Jangan buka masalah ini ke keluarga, karena Lo tau akibatnya. Perusahaan Lo gak bakal dapet modal dari Papa..."

Aditya mengangguk dan mengulurkan tangannya "Deal..."

Dita menjabat tangan Aditya "Deal".

Om Husband (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang