Rumah sakit bernuansa biru ini menjadi tempat singgahku hampir selama 6 bulan disini, aku mengalami penyakit mental yang biasa orang-orang bilang dengan depressed. Ya, aku sedang dalam masa pemulihan. Dan selama 3 bulan ini aku harus melakukan control dengan dokter spesialis jiwa, dokter yang selama 3 bulan juga menjadi sosok penting di hidupku, sosok yang membuatku merasa bahagia di dunia ini.
Pagi ini, aku memiliki jadwal control dengan Dokter, yang ber name tag Hwang Minhyun. Dokter yang terpaut umur sekitar 2 tahun lebih tua denganku, dia memintaku untuk memanggilnya Minhyun saja, karena umur yang hanya terpaut sedikit dan katanya supaya kita lebih dekat saja.
Ruangan bernuansa biru muda dan hijau tosca menjadi ruangan kesukaanku saat ini. "Hai Kim Yeri, gimana pagi ini? Macet?"
Minhyun datang dari salah satu bilik ruangannya, dia tampak seperti Minhyun yang sebelumnya, menggunakan jas kebanggaan para dokter dengan balutan celana bahan hitam yang pas di tubuhnya serta kacamata yang sudah bertengger manis di hidungnya menambah sisi tegas dan dewasa.
"Enggak terlalu"
"Gimana kemarin? Kamu tidur dengan nyeyak? Ada masalah minggu ini? You can tell me"
"Nyenyak sekali, dan minggu ini aku sama sekali tidak punya masalah. Bukankah aku sudah cukup bagus untuk tidak melakukan control ini lagi? Aku merasa bahwa sekarang aku sudah hidup layaknya manusia lain"
Minhyun mengangguk dengan senyum yang masih tercetak di bibir tipis itu. "Syukurlah, jadi ini yang terakhir, right? Dan kamu kesini mau mengucapkan perpisahan?"
Kali ini aku mengangguk, tanganku meraih sesuatu yang ada di dalam tas. "Ehm, selama 3 bulan aku kembali merasakan betapa indahnya dunia, tanpa ada rasa beban yang dulu selalu hadir di hidupku, aku mau berterimakasih sama bapak, i mean kamu. Terima kasih, dengan waktu yang singkat ini"
"Semoga kamu suka" aku menyerahkan surat berwarna pink, coklat dengan pita pink, serta jam tangan yang aku beli online di toko terkenal LA, aku membungkusnya dengan kertas berwarna hitam ditambah dengan pita pink juga. Berharap dia suka dengan semua ini.
Minhyun tersenyum. "Kenapa harus repot-repot? Kan memang tugasnya dokter seperti ini. Dan syukurlah kamu bisa cepat pulih dalam waktu 3 bulan, semoga kamu bahagia selalu, tanpa bimbingan dokter ataupun obat-obatan. Keep fighting Kim Yeri!"
Aku menggeleng. "Kamu lebih dari sekedar dokter bagiku. Dan yah, menurutku kamu salah satu sumber kebahagiaanku saat ini Minhyun"
"Ahahaha, bisa aja. Kamu juga lebih dari sekedar pasien bagiku"
Minhyun melepas jasnya, memperlihatkan kaos hitam polos yang sedang ia pakai. "Kamu mau kemana setelah ini?"
"Pulang, mungkin balik tidur lagi"
"Gimana kalau kita jalan? Jadwalku hari ini tidak terlalu padat. Untuk yang terakhir kali mungkin?"
Feeling like i'm breathing my last breath.
Feeling like i'm walking my last steps.
Look at all of these tears i've wept.
I put my heart inti your hands.
And you bless me with the best gift
You give me purpose:)
I'm more than grateful for the time we spent, my spirit's at ease.
Semoga kita kembali bertemu di lain waktu. Hwang Minhyun.Minhyun baru saja membaca surat itu, aroma parfum Yeri bahkan masih menempel di surat itu. Ia juga tidak bisa berbohong, bahwa gadis itu bisa membuatnya kembali bahagia dengan segala rutinitas yang cenderung membosankan baginya. Tapi kini waktunya sudah habis, tidak mungkin kan Minhyun menyuruhnya terus melakukan control walaupun dia sudah sembuh dari depressednya? Dia ingin gadis itu bahagia tanpanya, tanpa pengaruh obat darinya. Ya walaupun, sekarang dia akan merasakan kerinduan pada pasien cantik itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
No Other - Wanna One
FanficYang aku tahu, Tuhan tidak pernah suka jika kita mencintai umatnya terlalu berlebihan. people come and go, at all times.