Empat

266 91 42
                                    

~Happy Reading~

•••

Amanda baru saja sampai di sekolah. Ia melihat Arsya yang sedang berdiri di depan gerbang. Tidak biasanya Arsya berangkat sepagi ini. Semenjak Arsya menyukai cowok itu Amanda merasa Arsya telah berubah 180°. Dari Arsya yang tadinya suka telat, sekarang sudah tidak lagi, dari Arsya yang sangat menghindari laki-laki, sekarang sudah tidak lagi, dan Arsya semakin menjadi gadis yang sangat periang.

"Arsya!" panggil Amanda.

"Iya," sahutnya.

"Lo ngapain masih di sini? Nungguin gue ya? Baik banget sih lo sampai nungguin gue segala, padahalkan lo bisa nunggu gue di kelas," ucap Amanda percaya diri.

"Kepedean lo, gue di sini mau nunggu-

Arsya menggantungkan ucapannya.

"Gak mungkin gue bilang mau nunggu Ravin."

"Nunggu siapa?" tanya Amanda.

"Nunggu Dhika. Iya nunggu Dhika hehe," ucap Arsya sambil tertawa hambar.

"Oh, Dhika, kelas apa?" tanya Amanda lagi.

"Gue lupa kelas apa, kemarin Aldi udah ngasih tau gue."

"Dasar pikun."

"Gue gak pikun." Arsya menggembungkan pipinya.

"Iya deh iya. Eh, Dhika itu cowok yang lo suka?"

Arsya mengangguk singkat sambil tersenyum tipis.

"Oh. Kayak-nya lo udah suka banget sama tuh cowok, sampai di tungguin segala. Ya udah kalo gitu, gue ke kelas duluan yah," ujar Amanda.

Amanda melangkahkan kakinya meninggalkan Arsya. Beberapa menit kemudian laki-laki yang ditunggu Arsya pun tiba, pria itu melepaskan helmnya, dan memarkirkan motornya di ujung. Gadis aneh itu pun menghampirinya.

"Hai, Vin!" sapa Arsya sambil tersenyum ramah.

"Lo, ngapain di sini? Abis markirin motor juga?" tanya Ravin sambil melepaskan jaketnya.

"Nggak," jawab Arsya.

"Terus?"

"Nungguin lo."

"Ngapain nungguin gue, kenapa nggak nungguin pacar lo," kata Ravin membuat Arsya bingung, dan mengerutkan keningnya.

"Pacar? Gue belum punya pacar."

Ravin mengangguk, "oh gitu."

Arsya melihat Ravin mengeluarkan amplop dari saku celananya.

"Gue nitip ini ya buat Amanda," ucap Ravin sambil memberikan amplop itu.

"Kenapa gak lo kasih langsung aja? Lo kan cowoknya." Arsya tidak langsung menerima amplop itu. Jujur saja hatinya terasa sakit ketika Ravin menyebut nama sahabatnya itu. Arsya pengin marah tetapi bukan siapa-siapa. Lagi pula Ravin adalah pacarnya Amanda. Arsya tidak boleh merebut Ravin dari sahabatnya. Arsya juga baru kenal dengan Ravin masa langsung suka aja. Aneh.

"Inget, Sya. Lo itu cuma temenan sama Ravin."

"Gue mau kasih surprise," balas Ravin.

"Oke." Arsya mengambil amplop itu, "tar kalo udah sampai kelas, gue kasih Amanda," lanjut Arsya, kemudian ia berjalan menuju kelas tanpa mengucapkan kata apapun lagi.

•••

Arsya berjalan menuju kelas dengan lesu. Biasanya ia selalu tersenyum dimanapun dan kapanpun. Tetapi untuk saat ini ia tidak bisa seperti biasanya. Sekarang pikiran dan hatinya sedang tidak singkron, terlintas di otak Arsya untuk merebut Ravin dari Amanda. Tapi, ia tidak boleh melakukan itu, karena bagaimanapun Amanda adalah sahabatnya. Amanda yang sudah menemani Arsya dari kelas sepuluh. Arsya tidak memiliki teman selain Amanda. Jika Amanda pergi, ia tidak tahu harus bagaimana.

Brukk...

"Aw..."

Arsya tidak melihat ada seseorang di depannya. Hingga ia menabrak punggung orang itu dan sedikit terpental ke belakang.

"Kalo mau nongkrong jangan di tengah jalan dong," protes Arsya sambil mengusap-usap jidatnya, "Sakit tau!"

Orang itu berbalik, lalu melihat Arsya heran.

"Yang nabrak lo, kenapa lo yang kesel? Harusnya gue yang kesel dan bilang kalau jalan liat-liat," balas orang itu.

Arsya mengerutkan Alisnya, "eh jantan! Gue jalan udah liat-liat kali, lo nya aja yang ngalangin jalan gue."

"Ck. Gue di sini udah dari tadi. Lo yang tiba-tiba muncul kaya setan terus nabrak punggung gue, lagian jalankan masih luas, kenapa gak lewat pinggir?"

Arsya memutar bola matanya kesal.

"Lo-

Arsya menghentikan ucapannya ketika melihat name tag yang terpasang di dada kanan orang itu.

"Erlangga Adinata."

Arsya langsung melebarkan matanya, lalu membuka mulutnya sehingga berbentuk O.

"Lo anak baru itu ya?" tanya Arsya membuat Angga bingung.

"Lo gila? Tadi marah-marah kaya macan sekarang berubah jadi kaya kucing."

Arsya maju selangkah mendekati Angga, ia tersenyum lalu memegang kedua bahu cowok itu, "mulai sekarang kita temenan." Arsya melepaskan tangannya dari bahu Angga, "nama gue Arsya. Gue tunggu lo di kantin pas jam istirahat kedua," ucap Arsya kemudian langsung berlari menuju kelasnya. Sedangkan Angga hanya kebingungan melihat tingkah Arsya yang aneh.

•••

Jam pelajaran kedua di kelas 11 IPA 1 kosong karena guru mata pelajarannya sakit. Guru piket sudah memberikan tugas tetapi penghuni kelas tidak mengerjakan tugasnya, karena tidak ada pemberitahuan tugasnya harus di kumpulkan hari itu juga. Begitulah orang-orang 11 IPA 1. Termasuk Arsya, Amanda, dan Aldi yang notabene nya sebagai OSIS.

"Aldi mana?" tanya Arsya kepada teman semejanya, Amanda.

"Gak tau, ngilang," jawab Amanda.

"Oh. Gue ada sesuatu buat lo," kata Arsya, lalu mengeluarkan Amplop dari tasnya.

"Nih, dari cowok yang namanya Ra-vin." Arsya menaruh amplop itu di atas meja Amanda.

"Ravin? Ravin mana?" tanya Amanda sambil mengambil amplop itu.

"Gak tau."

Amanda membuka amplop itu, ternyata isinya secarik kertas kecil dengan tulisan singkat yang tertera di sana.

Amanda mulai membacanya, "hai, sayang. Aku kembali. Temui aku di taman saat jam istirahat kedua." Amanda langsung melebarkan kedua matanya. Ia kaget setelah membaca surat itu. Hatinya berteriak senang, terlihat dari ekspresi Amanda yang sangat bahagia sehabis membaca itu. Arsya yang melihat sekaligus mendengarnya mencoba untuk tetap biasa saja, padahal hati dan pendengarannya menjadi panas.

"Sya! Ini serius dari Ravin? Ravin sekolah di sini? Aaaaa... Seneng banget gue akhirnya bisa ketemu cowok gue tanpa harus terhalang oleh jarak lagi!" kata Amanda sambil tersenyum lebar dan hanya mendapat balasan anggukan dari Arsya.

•••

~Thanks for reading

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARSYA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang