Aku Sayang Nenek

968 27 8
                                    


Nenek ku adalah seorang yang baik dalam hidupku. Beliau adalah Ibu dari Ayahku. Beliau sangat ramah, tutur kata nya, sikapnya kepada orang orang, dan masih banyak lagi. Beliau tidak begitu cantik, mungkin karena umurnya yg hampir mencapai 60 tahun. Beliau sangat sederhana, beliau hampir tak pernah keluar rumah dengan hiasan di tangan ataupun di leher. Ketika pergi keluar rumah, beliau tak pernah memakai baju baju yang bagus, cukup dengan sebuah daster dan sepasang sendal untuknya. Beliau juga terkadang enggan untuk membeli baju di toko toko baju atau pojok busana. Beliau lebih senang memakai daster yang sudah usang dan sempit

Saat Aku berumur tiga tahun, Aku sering sekali diajak Nenek jalan - jalan. Nenek mempunyai sebuah kantin kecil di sebuah kantor di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat. Terkadang, Aku sering diajak ke sana. Sesampainya di sana, Aku selalu ditawari Nenek dengan segelas es teh manis. Walaupun hanya segelas, cukup untuk membayar lelah ku selama perjalanan dari rumah ku di Bojonggede, Bogor.

Tidak hanya diajak ke kantinnya, Nenek juga sering mengajak Aku bermain di Stasiun Bogor. Aku memang sering susah untuk makan, Aku sering lari ketika Ibu hendak memberi makan. Entah kenapa Aku lari menjauhi makanan tersebut. Nenek ku juga sering menyuapi Aku. Tapi, Aku lebih senang dengan Nenek ku, karena beliau sering mengajak aku jalan - jalan sambil makan. Aku selalu mau makan dengan Nenek ku karena beliau selalu mengiming - imingi ku dengan jalan jalan. Tapi beliau tidak berbohong seperti kebanyakan orang orang. Beliau mengajak ku sambil membawa mangkuk berisi nasi dan sayur untuk ku.

Awalnya hanya jalan - jalan di sekeliling Stasiun sambil ku menyantap suapan Nenek ku. Lama - lama, Nenek ku mengajak naik kereta secara cuma cuma sampai ke Stasiun Bogor. Setelah kami berkeliling di Stasiun Bogor, Nenek ku mengajak pulang. Aku tidak dibawa pulang ke rumah, tapi aku di bawa ke kantin milik Nenek dan Kakek.

Aku tak bisa jauh dari Ibu ku, aku selalu bertanya kepada Nenek, kapan aku bisa pulang. Nenek selalu menjawab dengan kata "Nanti." Kemudian, Nenek menelpon Ibu ku dan bilang padanya bahwa Aku berada di kantin. Jika aku satu malam tidak bersama Ibu ku, Aku biasanya akan menangis. Biasanya, Aku diberi sedikit uang, cukup bagiku untuk membeli permen dan beberapa makanan ringan lainnya.

Tak lama, Aku diantar tante ku pulang ke rumah, Mbak Ayu. Aku kembali pulang ke rumah menggunakan kereta api dari Stasiun Gondangdia ke Bojong Gede bersama Mbak Ayu. Sesampainya dirumah, Aku langsung memeluk Ibu ku. Rupanya, Ibu ku juga cemas, karena hingga hari hampir gelap Aku tak kunjung pulang.

Aku Rindu NenekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang