Aku Rindu Nenek

Pakuan AC

"Ayo naek, itu keretanya di jalur 4" kata kakek sambil menggendong ku.

Keretanya sangat dingin, kursinya empuk. Tidak ada pengamen di sini. Di sini juga tidak terlalu ramai. Wangi nya pun enak, entah wangi apa ini. Mungkin wangi AC nya. Jadi, ini yang dinamakan Pakuan AC? Namanya cocok.

Karena udara di dalam kereta sangat dingin, aku terlelap di dalam rangkaian kereta. Rasanya aku baru memejamkan mata, sudah dibangunkan kakek saja. Kakek segera bersiap siap mengajak ku turun dari rangkaian.

Setelah aku melihat lihat, sepertinya ini bukan Stasiun Bojonggede. Stasiun Bojonggede hanya memiliki tiga peron dan dua rel kereta. Tetapi yang kulihat di sini, ada dua peron dengan kanopi sepanjang peron dan empat rel kereta. Aku dimana? Aku melihat wajah kakek. Kakek sepertinya terlihat tenang tenang saja.

Tiba tiba, pandanganku tertuju kepada sebuah papan berukuran sedang berwarna biru bertuliskan "DEPOK"

Akhirnya aku tau, aku saat ini berada di Stasiun Depok. Aku memang tak pernah kesini, sekalinya aku naik kereta, stasiun yang pernah ku singgahi hanya Bojonggede dan Gondangdia.

"Kek, kita kenapa di sini?" Tanya ku penasaran

"Kita kebablasan nak, aturan kita naik ekonomi aja tadi" kata kakek dengan tenang.

Tak lama, datanglah sebuah kereta ekonomi di jalur empat. Kereta itu sangat penuh, hingga ada yang naik di atas rangkaian. Aku selalu berpikir, bagaimana jadinya jika dia tersengat aliran listrik di atasnya?

Akhirnya, mau tak mau aku harus naik kereta itu agar bisa cepat pulang. Di dalam, aku sulit bernapas, penumpang berdesak desakan. Mungkin karena tepat dengan jam pulang kantor orang orang.

Setelah melewati satu stasiun, akhirnya aku bisa bernafas lega. Tiba juga di Bojonggede. Sebelum aku pulang, aku dan kakek mampir ke sebuah tempat makan bakso. Tempat itu adalah tempat yang pernah aku kunjungi dengan nenek. Lalu kami pulang dengan membawa 5 bungkus bakso, untuk ku, kakek, nenek, ibu, dan ayah jika sudah pulang kerja.