Langit tidak pernah belajar untuk bosan dengan mendung,karena mendung mengajari langit tentang hujan yang turun bukan tanpa alasan. Hujan,tidak akan turun jikalau Tuhan tidak menyampaikan pesan.
Atma masih bermimpi,dari rumpunan mimpi yang ia miliki ia sanggup mewujudkannya. Setidaknya rasa lelah yang ia yakini hikmahnya selama ini bisa terbayar. Kakinya mengayun indah,dengan ringan ia berjalan bagai tanpa beban. Hidup ini tidak sulit,kita saja yang mempersulit,seakan-akan lupa jika Tuhan selalu mendampingi.
Tahun ke-dua ia bekerja di minimarket ini. Bukan tanpa alasan ia masih bertahan,karena ia menemukan keluarga. Bagaimana dia harus mengahadapi berbagai karakter pembeli,mengganti setiap kelebihan transaksi yang membuat minus pada data post up,semuanya masih ia jalani dengan ikhlas.
Hari ini Atma masuk pagi,tepat pukul enam ia menghidupkan komputer lantas menghitung modal.
“Mbak,udah buka ya?” tanya seorang wanita paruh baya yang masuk sesaat setelah pintu gerbang baru dibuka.
“Oh sudah Bu,silahkan berbelanja.” Atma menjawab dengan penuh senyum.
Beginilah,sesaat ia menemukan pembeli dengan karakter menyenangkan. Tapi tidak jarang,ia juga menemukan pembeli dengan karakter menyebalkan. Judes,arogan,tempramental,tersinggungan,sudah jadi makanan setiap hari.
“Sudah,mbak..” ujar ibu tadi sambil meletakkan barang belanjaannya di atas meja kasir.
Dengan teliti Atma mulai melakukan scanning pada barcode yang terdapat pada kemasan setiap barang belanjaan. Tut.. Tut... Tut...
“Totalnya sembilan puluh dua ribu lima ratus,Bu. Ada lagi??”
“Cukup,ini uangnya mbak.”
Setelah menerima uang satu lembar uang seratus ribuan,Atma mengalihkan tatapannya pada si ibu sembari menyodorkan struk belanjaan.
“Ibu,kembaliannya tujuh ribu lima ratus rupiah. Terimakasih.”
* * *
“Adek,ayo buruan berangkat.” Teriak seorang lelaki dari dalam mobil pada seorang gadis cilik yang masih sibuk dengan tali sepatunya di teras rumah.
“Iya om,sabar. Isya lagi ribet ini.” Saut gadis kecil itu dengan bibir sedikit mencekik.
Setelah ke-dua kaki mungil si gadis masuk dengan sempurna ke dalam mobil,sang paman mulai menjalankan mobil dengan hati-hati. Matanya fokus mengawasi keadaan jalan raya yang mulai ramai pada pukul delapan pagi ini.
Rutinitas warga Purbalingga di pagi hari terbilang cukup hectic. Warga yang sebagian besar merupakan karyawan PT rambut,bulu mata,dan kayu lapis mulai berbondong- bondong memadati jalan raya. Angkot,metromini maupun kendaraan pribadi ber-roda dua maupun empat mulai berdesak-desakan mencari jalan lengang untuk melaju sampai ke tujuan.
“Nanti kamu pulang jam berapa sya?” Si lelaki menolehkan kepalanya sebentar demi menatap keponakannya.
“Kayak biasa. Aku mau ikut mobil antar-jemput dari sekolah aja. Aku mau ngambek sama om!” Jawab si gadis jutek sambil mengalihkan tatapannya dari sang lawan bicara.
Hhh... Rizal,sosok laki-laki tersebut menghela nafasnya menghadapi sifat manja gadis yang menjadi keponakannya itu. Mobil berhenti di perempatan depan komplek saat lampu Traffic menyala berwarna merah tanda berhenti. Ia mengalihkan wajahnya menatap ke arah salah satu minimarket yang berada persis di sebelah kanannya.
Sejenak,matanya bersiborok dengan sepasang mata berwarna legam milik seorang gadis berkerudung kuning dengan pakaian seragam minimarket tersebut.
Tak sempat Rizal memperhatikan lekat wajah gadis tersebut,bunyi klakson mobil dari arah belakang mengagetkannya. Segera,ia melajukan kembali mobilnya dengan hati-hati.
'kayak pernah kenal...,' gumamnya dalam hati.
* * *
“Ini,mbak...” sepasang tangan kekar menyodorkan pembalut ke depan meja kasir.
“Totalnya tiga belas ribu m-..” sejenak,Atma terpana saat mengetahui sepasang tangan yang menyodorkan pembalut kearahnya bukan lah tangan seorang perempuan,melainkan milik seorang pria tampan dengan badan yang cukup proporsional.
“Ngga usah kaget mbak,ini juga buat kakak saya.” Ujar Rizal yang cukup tersinggung dengan reaksi mbak-mbak kasir di depannya ini.
“Kayak ngga pernah liat aja cowok beli pembalut,elah...” gerutu Rizal sambil menyentak kan selembar uang dua puluh ribuan pada sang kasir.
Atma mendengus. Ia sangat sebal pembeli dengan jenis karakter arogan seperti ini. Menurutnya,pembeli memang raja. Tapi raja yang baik adalah raja yang pandai bersikap sopan dan rendah hati. Toh antara pembeli dan penjual sama-sama membutuhkan,sama-sama menguntungkan. Penjual menyediakan barang atau jasa yang dibutuhkan pembeli,sedangkan pembeli memberikan uang atau alat tukar lainnya sebagai balas jasa atau pembayaran terhadap barang ataupun jasa yang ia dapatkan. Jadi,tidak ada alasan untuk pembeli menyepelekan penjual atau pramuniaga.
“Ganteng sih,tapi arogan. Jelek iya jadinya...” gerutu Atma sambil mulai menata modal untuk kasir selanjutnya karena sudah waktunya pergantian shift.
* * *
“Ah,gara-gara kakak nih...” gerutu Rizal sambil menyodorkan pembalut yang tadi ia beli pada kakaknya yang tengah duduk di teras depan menunggu sang adik yang diperintahnya ke minimarket depan komplek.
“Kenapa si? Ngga ikhlas amat,” Tanya Arini,penuh perhatian.
“Mbak-mbak kasirnya rese'. Masa ngeliatinnya kayak gitu.” Adu Rizal sambil mendudukkan bokongnya di samping sang kakak.
Arini tertawa. Bisa-bisanya adiknya ini seperti anak kecil,menggerutu tiada berhenti sambil mengerutkan dahi.Penampakannya saja gagah,profesinya sebagai dosen,tapi di saat-saat seperti ini ia bisa berubah menjadi seperti anak bayi yang merengek mengadu pada ibunya.
“Ya udah si ya. Eh tapi kasirnya cantik ya,Zal??”
Seketika Rizal terdiam. Otaknya mengingat kembali bagaimana rupa sang kasir. Matanya legam,hanya makeup tipis,serta kerudung yang melekat sempurna pada kepalanya. Matanya terpaku.
'Seperti-,ada yang berbeda...'
TBC guys...
Maapkeun,ngampuntene Yoo..
Masih amati.
Selamat membaca,happy reading! 😄Sejujurnya masih ragu sih cerita ini ada yang baca,cuma yaa optimis aja kali aja bisa menghibur bagi yang minat.
Oh ya,di prolog kan aku sempet bilang kalo cerita ini aku collab sama temenku yah,ternyata ngga jadi collab pemirsah. Ini real solo karyanya aku.
Hope you enjoy,guys!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Relevan
RandomCerita ini dibuat untuk mereka yang merasa jomblo karena uang. Pasanganmu tidak menilaimu dari uang. Coba berfikir,seberapa dia menyayangimu?? Ada romansa di baliknya. Ada romansa di balik kekonyolan yang kalian punya.