PROLOG

93 9 20
                                    

"Awas! Awaaasss!!"

Bocah kecil itu berlari menerobos kerumunan tanpa menghiraukan sekitar, rambut hitam itu terus berkelebat terbang mengikuti hentakan langkah kakinya. Seragam Putih Biru terlihat masih lengkap terpasang, dan terus berlari, meloncat dan mendorong kerumunan didepannya untuk menyingkir.

Buggghh...

Sialll, ungkapnya dalam hati. tubuh itu terpelanting ke kanan setelah menabrak seorang gadis dengan seragam yang sama melintas di depannya. Beruntung tas punggung menjadi tumpuan jatuh yang mengurangi efek benturan. Sedangkan wanita itu masih tersungkur tak sadarkan diri.

"Hei.. heii.. bangun.."

Lengan gadis itu terus tergoncang oleh tepukan. Perlahan matanya terbuka dan menatap kosong langit mendung. Gerombolan orang masih terlihat sibuk mengambil foto kejadian dan berlalu pergi.

"Awww... ssttttt."

Erangan kecil keluar dari mulut itu untuk pertama kali, terlihat lecet di siku sangat kontras sekali dengan kulit putih yang tampak tak bernoda.

"Maaf, kamu gapapa kan? lagi buru-buru."

"Kamu siapa?"

"Aku? eh.. mending kita duduk dulu deh disana."

Tangan bocah itu menunjuk bangku kosong disamping toko pertigaan, diikuti anggukan gadis didekatnya yang mulai berdiri dan melangkah mengikuti.

"Ini minum dulu, sorry cuma bawa ini."

Satu botol teh olong berpindah tangan dan membuka keheningan yang muncul diantara mereka.

"gapapa, makasih ya."

"Sena.."

"oh sena ya. aku Rin."

"Mmm.. maaf kayaknya gabisa lama-lama, tinggal 2 jam lagi nih, sekali lagi maaf untuk kejadian tadi"

"dua jam???"

Sena mulai perapikan tas dan berdiri dari bangku itu tanpa menjawab keheranan Rin dan berlari.

"Heiiii.. Senaaaaa!! 2jam lagi. Gate On!!!"

Ditengah larinya sena pun melambat, dan mengacungkan ibu jarinya ke atas tanpa membalikkan badannya untuk membalas teriakan Rin yang terdengar nyaring di telinga, dan berlari lagi. Sementara di sisi lain Rin hanya tersenyum menggenggam
botol ditangannya.

RUNE BLACKSMITH [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang