👠6. Paham?

25.6K 2.4K 370
                                    

Besoknya, Kean benar-benar menepati janjinya untuk mengajak Tansa ke showroom mobil sport jenis Lamborghini. Mereka berdua disambut ramah karena ternyata Kean merupakan salah satu pelanggan VIP di sana.

Tansa tak percaya kalau Kean serius ingin memberikannya mobil semahal ini. Dia yakin Kean sedang ingin mengerjainya atau mempermalukannya di sini. Untuk itu, Tansa akan menemaninya bermain sebentar.

"Kean..." Tansa merangkul lengan Kean dan menyandarkan kepalanya ke pundak cowok itu dengan manja.

"Hmm?" Jawab Kean sambil mengelus puncak kepala Tansa.

"Kalau aku minta Aventador, apa kamu bakal kasih?" Pancing Tansa.

Kean memperhatikan mobil Aventador berwana kuning yang terlihat begitu mewah. Itu salah satu mobil termahal dari jenis Lamborghini, harganya bisa mencapai angka 9 Milyar.

"Ehm, tapi kalo kamu nggak mau sih nggak papa. Aku ngerti kok, itu mobil kan harganya mahal banget. Pasti kamu nggak akan rela ngasih aku itu," Tansa memainkan perannya dengan apik. Sok ikhlas, namun terkesan menganggap remeh seorang cowok karena nggak sanggup memenuhi keinginannya.

Kean tersenyum sambil menarik tangan Tansa mendekat pada mobil tersebut. "Kamu mau yang ini?" Tanya Kean untuk meyakinkan.

Tansa mengangguk manja dengan mimik muka sepolos mungkin.

"Oke," Kean langsung  menyanggupinya.

Tansa yakin, Kean nggak bener-bener serius. Untuk itu Tansa diam saja membiarkan Kean berjalan menuju tempat pembayaran.

Cukup lama Kean berbicara dengan salah satu pegawai Showroom mengenai surat menyurat mobil tersebut yang akan diatasnamakan pada Tansa.

Tansa mulai gelisah. Dia melihat bagaimana seriusnya Kean saat ini, membuatnya yakin kalau Kean sungguh ingin membeli mobil tersebut untuknya.

Begitu Kean telah mengeluarkan kartu debit dari dalam dompetnya, Tansa langsung menarik tangan cowok itu.

"Kean cukup, kita pulang!" Ajak Tansa dengan wajah yang tak lagi terlihat manis.

"Loh, aku belum bayar?" Beritahu Kean.

"Aku nggak mau. Kita pulang!"

"Kenapa, Tansa? Kamu mau ganti mobil lain aja? Ya udah nggak papa, kamu boleh..."

"Aku nggak mau beli mobil! Aku mau pulang!!" Tolak Tansa setengah membentak.

Semua pegawai showroom mulai memperhatikan mereka berdua. Rasanya lebih terlihat seperti sepasang suami istri yang sedang berdebat soal mobil.

Merasa malu, Tansa berjalan lebih dulu meninggalkan Kean dan pandangan semua orang. Dia berjalan menuju mobil Kean yang terparkir. Sambil melipat tangan di dada, Tansa bersandar di samping badan mobil.

Cukup lama hingga akhirnya Kean keluar dari showroom tersebut. Berjalan pelan mendekati Tansa dengan mimik wajah bingung, namun tetap terlihat cool.

"Dengan ngelakuin semua ini, apa yang kamu rencanain Kean?" Tanya Tansa langsung.

Kean tersenyum setengah mendesis, Tansa ternyata sangat pintar. "Menemani kamu bermain. Bukannya kamu suka permainan ini?" Jawab Kean dengan tatapan tajamnya.

"Nggak pernah ada dari mereka semua yang sampai ke tahap ini. Dan aku yakin, kamu ngerencanain sesuatu. Iya kan?"

Kean kembali tersenyum melihat betapa pintarnya seorang Tansa.

"Kamu nggak mungkin ngasih ini semua secara cuma-cuma kan, Kean?" Tansa menatap Kean semakin tajam.

Kean terkekeh. Dia merapikan rambut Tansa yang berantakan tertiup angin. Lalu ditatapnya cewek itu dengan sangat dalam dan jarak yang begitu dekat. "Kamu emang pinter, nggak pernah ada yang gratis di dunia ini sayang," ujar Kean setengah berbisik.

Two PlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang