Ten years ago ....
"Jis, udah siap buat kata sambutan murid baru, 'kan?"
Jisoo, gadis berusia empat belas tahun itu tersenyum sembari mengangguk. Murid kelas tiga SMP yang menjabat sebagai ketua OSIS di sekolahnya itu bangkit dari kursinya. Secarik kertas berisi rangkaian kata-kata yang ditulisnya sendiri ia masukkan ke dalam saku roknya.
Gadis berwajah manis itu menarik napas dalam-dalam. Ia berusaha untuk menetralisir rasa tegangnya. Tidak dapat dipungkiri, ini kali pertama Jisoo berbicara di depan publik.
Langkah kaki Jisoo membawa gadis itu menuju aula SMA Hongdae. Dengan mantap, ia mendorong pintu masuk aula, membuat semua mata kini tertuju padanya.
Seluruh murid kelas satu, para anggota OSIS, guru-guru, dan kepala sekolah menyambutnya dengan tepuk tangan yang meriah. Tanpa bisa dicegah, seulas senyum terukir jelas di wajah tirus Jisoo. Rasa percaya dirinya bangkit.
Namun, semuanya tidak bertahan lama.
Saat sudah naik ke atas podium, salah satu anggota OSIS menyerahkan sebuah mic pada dirinya. Jisoo tentu saja menerimanya dengan senang hati. Akan tetapi, ketika baru saja menggenggam benda itu, tubuh Jisoo mendadak kaku.
Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Tangan kirinya yang memegang mic itu tiba-tiba saja merasa kebas. Keringat dingin membasahi tubuh gadis itu.
"Tenang Jis, tenang ...," bisiknya sembari menarik napas lalu menghembuskannya perlahan.
"Lo bisa. Lo bisa," gumamnya berusaha meyakinkan diri sendiri. Gadis itu memejamkan matanya kemudian membukanya perlahan.
Di saat tatapannya tanpa sengaja bertemu langsung dengan mic yang masih ia genggam, perutnya tiba-tiba saja terasa mual. Kepalanya terasa pening dan pandangannya mulai mengabur.
Tuk!
Nginggggg ....
Mic Jisoo jatuh ke lantai panggung, menimbulkan bunyi bising yang memekakkan telinga. Seluruh orang yang berada di dalam aula secara refleks menutup telinga mereka.
Suasana yang tadinya tenang berubah menjadi gaduh. Untungnya salah satu anggota OSIS yang bertugas mengatur sound system dengan cekatan mencabut tali kabel yang menghubungkan speaker dengan mic Jisoo.
Setelah bunyi bising yang dihasilkan dari mic Jisoo menghilang, keadaan menjadi tidak sericuh tadi. Kini semua mata terfokus pada Jisoo. Ketua OSIS itu hanya berdiri mematung di depan podium. Semua orang dapat melihat jika wajah gadis itu sangat pucat.
"Huekkkk ...."
Sungguh mengejutkan, Kim Jisoo tiba-tiba saja memuntahkan isi perutnya. Lagi, untuk kedua kalinya kondisi di dalam aula menjadi gaduh dan tidak terkendali. Semua orang tentu saja kaget dan tidak pernah menduga akan melihat kejadian seperti itu.
Tidak terkecuali Jisoo sendiri yang merasa telah menghancurkan hidupnya.
Lebih buruknya lagi, Jisoo bahkan pingsan setelah muntah. Detik itu juga, jabatan ketua OSIS Jisoo langsung dicabut.
Berkat kejadian memalukan itu, Kim Jisoo menjadi hot news SMA Hongdae selama beberapa bulan. Kehidupannya menjadi siswi tingkat akhir di SMP Hongdae merupakan kehidupan tersuram yang pernah gadis itu jalani.
~~~§§§~~~
Ting!
Ting!
Ting!
Jisoo terbangun dari tidurnya. Matanya mengerjap beberapa kali, berusia melihat sekeliling rumah kontrakannya yang hanya disinari oleh cahaya seadanya. Gadis itu mendecak sebal seraya mengambil ponselnya. Raut wajahnya langsung berubah begitu melihat puluhan pesan yang masuk ke notifikasinya bertubi-tubi.
Pesan dari Taehyung dan Jennie.
Gadis itu mendecih. Mengabaikan semua pesan-pesan itu, ia mematikan ponselnya kemudian mencabut baterai ponselnya. Matanya kembali terpejam.
Sial.
Mimpi itu lagi.
Sudah lama Jisoo tidak memimpikan kejadian yang paling ingin ia lupakan sepuluh tahun silam. Kini tiba-tiba saja mimpi buruk itu kembali datang.
Jisoo sangat yakin semuanya karena kejadian kemarin siang.
Tepatnya ketika Jisoo tahu jika seorang Kim Taehyung dengan tega membohonginya.
Entah apa tujuannya, tapi yang Jisoo tidak sangka adalah ....
Bibi Eunhee dan Jennie Kim bahkan terlibat dengan permainan Kim Taehyung.
Kutukan?
Bullshit.
Jisoo bahkan lebih heran lagi terhadap dirinya sendiri. Kenapa bisa-bisanya ia percaya dengan cerita karangan seorang pembual seperti Kim Taehyung?
You're so stupid, Jisoo Kim.
Mata Jisoo dengan segera terbuka. Gadis itu kembali memasangkan baterai ponselnya dan mengaktifkan ponselnya.
Jari-jari lentiknya dengan cepat menekan beberapa nomor.
"Hallo? Sho-kun? Aku mau ketemu. Kamu sibuk, nggak?"
~~~§§§~~~
Plak!
"Puas lo, hah?!"
Tamparan itu cukup keras, mendarat mulus di wajah tampan seorang Kim Taehyung. Tamparan dari Jennie sang sepupu.
"Kacau nih, semuanya!" bentak Jennie tidak bisa menahan emosinya.
"Dari awal gua udah nggak setuju sama ide gila lo! See? Jadi kacau gini, 'kan?" Jennie mengacak rambutnya frustasi. Matanya menatap garang Taehyung, kemudian beralih pada ponselnya.
"Gimana, nih? Jisoo bahkan nggak ngeaktifin ponselnya."
Taehyung berdesis, ikut-ikutan mengacak rambutnya.
"Kenapa jadi kacau gini, sih?" ujarnya.
"Jimin sama Jungkook udah tau belum?"
Taehyung menggeleng.
"Nyokap lo?"
Lagi, Taehyung menggeleng.
"Kabarin mereka sekarang juga. Bilang kalau rencana tolol lo udah gagal. Sekalian suruh dua temen lo itu bantu cari Jisoo. Lo harus jelasin semuanya ke dia. Termasuk penyebab phobia-nya itu."
~~~§§§~~~
Chapter berikutnya pakai sudut pandang Taehyung, ya ... banyak yang perlu dijelasin soalnya :3
Vomment juseyo 🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
A-Z in Love || VSoo
FanfictionKim Jisoo, 24 tahun. Baru saja dipecat dari perusahaan tempat ia bekerja sebagai seorang translator. Dewi Fortuna mungkin kali ini sedang memihak Jisoo. Baru beberapa jam setelah dipecat, Jennie Kimㅡsahabatnya sejak sekolah dasarㅡmenawarkan gadis it...