CHAPTER 1 MUMMY (PART 1)

7.7K 351 25
                                    

Gelap ... satu-satunya kata yang cocok untuk menggambarkan tempat dimana aku berada saat ini. Aku tidak tahu dimana tepatnya aku berada tapi jika melihat banyaknya pohon tinggi disini, ku rasa aku sedang berada di sebuah hutan. Kenapa aku bisa berada disini? Jujur aku pun tidak tahu jawabannya. Ketika ku buka kedua mataku, aku sudah berada disini.

Ku edarkan pandanganku ke arah kanan dan kiri, hening ... tak ada siapapun. Lalu aku melangkahkan kakiku tanpa tujuan. Satu-satunya yang ada di dalam pikiranku sekarang hanyalah satu ... yaitu keluar dari tempat terkutuk ini.

Langkah demi langkah ku telusuri dan terhenti karena tepat di depan mataku berdiri seseorang dengan jubah merah yang membalut tubuhnya. Beruntung kepalanya tidak tertututpi jubahnya, setidaknya aku bisa melihat rambutnya. Entah sosok siapapun itu, dia sedang dalam mode membelakangiku. Mengingat hanya ada kami berdua di hutan belantara ini akhirnya ku putuskan untuk menghampirinya.

Langkah demi langkah membuatku semakin dekat dengannya. Tanpa sadar aku pun sudah berdiri tepat di belakangnya. Dari jarak sedekat ini, ku sadari tinggi badan kami sama, dan warna rambutnya itu serta potongannya entah mengapa aku merasa tidak asing dengannya. Mungkin pemikiranku ini gila tapi postur tubuhnya itu sangat mirip denganku, setidaknya itulah menurutku.

" Hai ..." sapaku seramah mungkin, sesuatu yang jarang ku lakukan pada orang yang baru ku temui. Tapi sekali lagi mengingat hanya kami berdua yang berada di tempat ini membuatku mau tidak mau harus bersikap sebaik mungkin padanya karena mungkin saja dia bisa membantuku keluar dari hutan misterius ini.

" Hallo ..." sapaku lagi dan untuk kedua kalinya dia mengacuhkanku. Aku merasa mulai kesal karena diacuhkan sehingga sebuah pertanyaan pun terlintas di benakku. Mungkinkah orang lain yang ku acuhkan juga merasakan perasaan kesal sepertiku? Mungkin kelak aku harus sedikit bersikap baik pada orang lain. Abaikan pemikiran ini, yang terpenting sekarang adalah mengetahui siapa orang angkuh yang berdiri di depanku ini.

Akhirnya ku beranikan diriku untuk membuat kontak fisik dengannya. Aku memegang bahu dan ku putar agar dia menghadap ke arahku. Berhasil ... kini kami sudah saling berhadap-hadapan. Dia menunduk membuatku tidak bisa melihat wajahnya, tapi melihatnya lebih seksama seperti ini membuatku semakin yakin bahwa dia memang mirip sekali denganku. Siapa sebenarnya dia? Tidak mungkin dia saudara kembarku karena aku jelas hanyalah seorang anak tunggal yang malang, tidak punya kakak jelas tidak punya adik juga. Entah apa yang dipikirkan orangtuaku yang kaya raya itu, mereka memutuskan hanya memiliki satu anak saja dan sialnya anak tunggal mereka itu adalah aku. Jadi siapa orang ini? Kenapa dia begitu mirip denganku?

" K ... kau ini sebenarnya siapa?" pertanyaan ini yang akhirnya ku utarakan padanya. Dia masih diam dan tak ada tanda-tanda akan menyahut. Tapi dari gerakannya, aku bisa menebak dia akan memperlihatkan wajahnya padaku. Dengan gerakan yang sangat perlahan dia mengangkat kepalanya. Ku teguk salivaku, entah mengapa aku merasa bukan hanya sekedar mirip denganku tapi orang ini benar-benar sama persis denganku.

Seketika aku mundur beberapa langkah ketika wajahnya terekspos sepenuhnya. Wajah itu jelas bukan wajahku. Sungguh wajahnya sangat mengerikan lebih tepatnya dia tidak memiliki wajah karena wajahnya itu berbentuk tengkorak tanpa kulit ataupun daging. Matanya berkilat merah begitupun dengan warna tulangnya itu, merah pekat seperti dilumuri darah.

Sosok itu melangkah mendekatiku, meski aku mencoba menjauhinya dia tetap mendekatiku.

" Jangan mendekat !!" teriakku tapi sama sekali tidak digubris olehnya. Dia semakin mendekat dan mendekat membuat peluh mulai membanjiri pelipisku. Takut ... ya mungkin aku sedang ketakutan saat ini.

Ketika jarak kami hanya tinggal beberapa mili, dia merentangkan kedua tangannya mungkin hendak mencekikku.

Wuaaaaaaaaaaaaaaaaaa

TEAM SEVEN (THE REAL FACE) {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang