4

1.3K 150 23
                                    

Jungkook terbangun dari tidurnya dengan wajah sumringah.
Mimpi yang terjadi tadi malam benar-benar seperti nyata, ia merasa bidadari itu sangat nyata. Apalagi membayangkan tubuhnya yang begitu aduhai, sampai Jungkook tak rela mengabaikan barang seinchipun.

Jungkook mendudukan dirinya, lalu tersenyum bodoh. Saking nyatanya dia sampai membuka seluruh pakaiannya demi menikmati mimpi indah yang tadi malam singgah ditidurnya.
Tiba-tiba kepalanya sakit karena efek dari minuman beralkohol yg ditegaknya semalam. Dengan perlahan dia mengambil ponselnya yang berada dinakas, lalu ia segera menghubungi seseorang.

"Hyung, kepalaku pusing" ucap Jungkook begitu mendengar hyung-nya mengangkat

"Apa kamu mabuk?"

"Hehe"

"Yak!! Bahkan umurmu masih illegal"

"Sudahlah hyung, berhenti mengoceh. Biarkan aku mencicipinya dulu"

"Itu bukan mencicipi kalau sampai kepala mu pusing!"

"Neee algesimnida Jiminie-hyung"

"Aku akan memanggil Sejin Hyung untuk menjemputmu, dan juga menyuruh Jin hyung untuk memasakkanmu sup haejangguk"

"Jiminie- hyung terbaik! Aku tutup dulu ya"





Jungkook menutup ponselnya, setelah itu ia melihat-lihat kamarnya. Betapa berantakan, banyak baju bertebaran dimana-mana. Jungkook tersenyum lagi membayangkan mimpi itu.
Akhirnya ia memilih untuk segera kekamar mandi. Jungkook membiarkan selimut mengikutinya sampai terjatuh dilantai.











Selesai mandi, Jungkook memakai pakaian tadi malam yang berceceran tidak karuan. Selagi Jungkook mengancingi kemejanya, tak sengaja ia melihat kearah sprei yang ditidurinya.
Jungkook melihat bercak merah disana, dengan cepat Jungkook menyingkap sisa selimut yang masih berada di ranjang itu.

Matanya membelalak ketika melihat bercak darah yang ada di ranjang itu.

Darah siapa itu? Kenapa bisa ada disana?

Tiba-tiba ponselnya berdering, menyadarkan Jungkook yang melamun. Ketika ia melihat nama pemanggil, Jungkook dengan cepat keluar dari kamar hotel itu.






.







Jihyo melamun di dormnya, memikirkan kejadian malam tadi yang sangat tidak ia inginkan.

"Kamu ngga sekolah, Hyo?" Tanya Jungyeon yang membuyarkan lamunan Jihyo.

"Ah? Tidak. Aku sedang tak enak badan" jawab Jihyo sekenanya.

"Hmm, kalau begitu istirahatlah. Aku akan bilang pada pelatih kita kalau kamu sedang tak enak badan" ucap Jungyeon sebelum meninggalkan kamar mereka.

"Gomawo unnie"













Setelah Jungyeon menutup pintu kamarnya, Jihyo hendak kekamar mandi, tetapi langkahnya terhenti ketika ia merasakan sakit dibagian bawah sana.
Jihyo hanya bisa meghela nafas.



.






Jungkook tidak masuk sekolah karena sibuk dengan debutnya, setelah Jungkook melakukan performance di acara musik. Dia memilih untuk mendekati Jimin, karena menurut Jungkook, Jimin adalah Hyung yang paling bisa diandalkan, meskipun menyebalkan.

"Hyung,"

"Hmm?" Jimin merespon Jungkook sambil memainkan ponselnya.

"Aku ingin bertanya. Apakah orang mabuk bisa bermimpi?"

"Memangnya kamu mimpi apa semalam?" Jimin menaruh ponselnya, dan menatap Jungkook

Jungkook gugup, Jimin mengernyit curiga

"Hmmm.... Tp jangan bilang ke siapa-siapa, ne?"

"Iya"

"Jinja?"

"Iya, aish"

"Aku..... Aku bermimpi, mimpinya agak dewasa" jelas Jungkook ragu.

"Maksudmu?"

"Dimimpi itu, aku melakukan suatu hal bersama seorang wanita, Hyung. Cantik" jelas Jungkook sambil mengingat.

"Yaa! Kamu sudah dewasa. Kamu tahu kalau itu mimpi basah namanya" ucap Jimin.

"Benarkah?"

"Hmm" Jimin mengangguk semangat

"Tapi... Aku menemukan bercak merah diranjang hotel itu Hyung."

Jimin langsung berhenti tersenyum

"Aku menemukannya ketika aku sedang memakai bajuku. Dan juga aku merasa kalau mimpi itu benar-benar nyata, karena rasa yang aku rasakan tadi malam benar-benar masih teringat, Hyung"

"Jangan bilang kalau kamu benar-benar melakukannya bersama seorang wanita?" Curiga Jimin

"Bagaimana bisa? Aku terbangun saja, tidak ada siapapun" jawab Jungkook

"Lalu.. bercak darah itu?" Tanya Jimin

"Itu yang aku ingin tahu." Ucap Jungkook









.




Keesokan harinya...




Jihyo masih merasa nyeri pada bagian bawahnya, tetapi sudah lebih baik dibanding kemarin.

Chanwoo yang memerhatikan Jihyo keheranan melihat cara jalan Jihyo tidak seperti biasanya.

"Kamu kenapa?" Tanya Chanwoo begitu Jihyo duduk di bangkunya.

Jihyo hanya menggeleng, setelah itu ia menaruh kepalanya di meja.. menggigit bibirnya karena nyeri-nya belum hilang, ditambah ia harus menaiki anak tangga sampai ke kelasnya yang ada dilantai tiga.

Chanwoo melihat hal itu malah mengetuk kepala Jihyo agar gadis itu menjawab pertanyaannya dengan benar.

"Yaa!!" Jihyo menaikkan kepalanya duduk tegap, memasang ekspresi sebal pada Chanwoo yang mengganggunya.

"Jawab pertanyaanku dengan benar"

Jihyo hanya merollkan matanya

"Ah iya, bagaimana pestanya?" Tanya Chanwoo tiba-tiba teringat.

"Biasa saja"

"Yasudah, tahun depan kamu ngga perlu ikut acara begituan lagi" ucap Chanwoo.

Tak lama terlihat Jungkook baru datang, Jihyo yang tak sengaja melihat kearah pintu masuk langsung memalingkan wajahnya kearah jendela.

Melihat wajah Jungkook sungguh membuat dirinya malu, malu akan kejadian yang sebelumnya.

Chanwoo diam-diam melihat hal itu, tetapi dia abaikan.




Disisi lain, ketika tatapan Jungkook bertabrakan dengan Jihyo, tatapan Jihyo seperti tidak asing. Jungkook berpikir sendiri, padahal ia dan Jihyo sebelumnya tidak pernah mengenal, apalagi berbicara, tetapi entah kenapa ia seperti sudah mengenal mata itu.. tatapan itu..



Jungkook memikirkan itu tetapi dengan cepat ia buang dan duduk di tempatnya.
Jungkook tiba-tiba melihat kearah Jihyo lagi, yang ia lihat Jihyo sedang menenggelamkan kepalanya di antara tangannya yang ada diatas meja, seperti itu kebiasaannya. Jungkook tiba-tiba tersadar, kenapa ia peduli dengan gadis itu?
Jungkook mengalihkan kembali pandangannya kedepan dan menggeleng-geleng memprihatinkan kalau dirinya sudah gila.


.

The Reason I Hold On [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang