Part 2

2.9K 204 16
                                    

Bastian

“Will you marry me?” Sial. Kenapa kalimat itu terucap dari mulutku? Bahkan untuk gadis yang sama sekali tak kukenal. Aku bersumpah, sekalipun yang didepanku ini adalah pacarku, dan aku ingin menikahinya, kalimat terkutuk itu tidak akan keluar dari mulutku. Lebih baik aku langsung melamarnya didepan orangtuanya saja.

Ya Tuhaaan… demi apa aku bisa kalah bermain game dengan si kambing itu? sampai aku harus melakukan hal memalukan seperti ini? Mengucapkan kalimat terkutuk itu pada wanita yang muncul pertama kali. Dengan posisi bodoh berlutut didepan gadis ini, membuat beberapa pasang mata menatap kami. Double Sial. Aku tak tahu apa reaksi gadis didepanku ini, mungkin aku akan ditamparnya, atau dia langsung memanggil rumah sakit jiwa, atau dia menerimaku karna ketampananku? hahaha. Gadis mana yang tak klepek klepek disodori kalimat menjijikkan itu, apalagi oleh lelaki tampan sepertiku?

Gadis itu masih memandangku syok. Matanya tak berkedip sekalipun.

“I-I do.” lolosnya begitu saja. EH?!

***

Kiara

“I-I do.” lolos ku begitu saja. Aku hanya terlalu kaget, pria itu muncul tiba-tiba. Seperti mimpi, aku bertemu lagi dengannya… ini pasti mimpi, kan?

Otakku seolah langsung memutar kejadian 6 tahun lalu tanpa kuminta…

Aku benar-benar kesal hari itu. Bagaimana tidak? Kak Seza, anak kelas tiga itu tiba-tiba melabrakku, berteriak-teriak seperti orang gila bahwa aku telah merebut pacarnya. Cih yang benar saja, pacarnya lah yang jelas-jelas mengejarku. Di sebuah gedung tak terpakai di belakang sekolah, sepulang sekolah aku membuatnya bertekuk lutut dengan jurus taekwondoku. Enak saja dia mau menindasku, mentang-mentang aku juniornya kah? Apalagi ia hanya berani main keroyokan, membuatku makin kesal saja. Untung saja ia dan dayang-dayangnya itu tak ada apa-apanya, hanya tipikal gadis manja yang mengandalkan jambakan dan teriak-teriakan dari suara cempreng mereka. Aku ingat tatapan taksuka sekaligus takut mereka, setidaknya mereka tidak akan pernah berani lagi mengangguku.

Aku berjalan menuju taman dekat sekolahku, entah kenapa aku senang sekali memandang danau mungil disana. Rasanya begitu damai dan tenang, lumayan untuk menghilangkan bad moodku hari ini karna seseorang.

Dengan memakai layar ponselku, aku melihat sudut bibirku yang sedikit berdarah, terasa perih karna tamparan Kak Seza. Tiba-tiba ada senandung senandung kecil yang mengalun indah di telingaku. Bukan, itu bukan suara mp3, melainkan suara manusia, tepatnya pria yang sedang bersenandung. Bolehkah aku jujur? Suaranya merduuuu sekali. Aku tertarik untuk mencari sumber suara itu.

Tak jauh. Hanya beberapa meter dari tempatku. Terhalang sebuah pohon besar, disana aku menemukan sosok itu. Seorang laki-laki berseragam SMA tengah duduk disebuah bangku sambil menikmati headset yang menyumpal ditelinganya dan bersenandung kecil.

Ganteng juga! Ups! Batinku reflek saat melihat wajahnya, apalagi dengan suara semerdu itu… dia jadi lebih ganteng, semakin ganteng, dan ah… dia memang triple ganteng! Suaranya juga ganteng! Aku terus menikmati senandung kecilnya tanpa berani mendekat. Hanya beberapa saat, karna menit berikutnya sebuah suara menghentikan senandungnya.

“Bastian…!!!” seru seorang gadis datang menghampirinya. Aku memicingkan mataku. Siapa? Pacarnya? Oh jadi namanya Bastian? Ekor mataku mengikuti langkah gadis itu yang mendekat ke arah Bastian.

“Apa teriak-teriak? Nggak sadar apa udah telat.” Balas Bastian terlihat sebal.

“Ya ampun, aku kan cuma telat satu jam! Situ biasanya kalau telat malah minimal 2 jam!”balas gadis itu tak kalah sebal.

“Terus situ nunggunya sambil nikung,”

“Kayak situ nggak nikung juga.”

Bastian tampak melengos kesal.

Shocking Destiny [END]Where stories live. Discover now