[11] Dunia bukan hal besar

3.1K 481 13
                                    

Waktu tidak dapat ditahan. Mengalir dengan cepat ketika orang-orang menangis, tertawa, tidur, dan ketika mereka mengeluh bahwa masa muda itu panjang, mereka tua dalam sekejap mata.

Tiga hari sebelum ujian masuk perguruan tinggi tiba, para siswa secara bertahap menjadi panik. Tampaknya masih banyak pertanyaan yang tidak diingat dan dipahami; beberapa hal yang merugikan diri sendiri, berpikir tentang seberapa banyak mereka dapat mengukur kemampuan mereka. Guo Zhi telah mengemasi barang-barangnya dikelas. Ia memakai ransel di punggungnya dan dua tas besar untuknya dan teman sekamarnya, Cui Chenglong.

Ketika Guo Zhi beranjak keluar kelas, Ia berpapasan dengan Shi Xi. Guo Zhi tersenyum senang seperti anak kecil yang melihat permen. "Shi Xi."

Shi Xi melihat dua tas besar ditangan Guo Zhi. "Kau akan pergi mencari ilmu kebarat?!"

"Jika kau ingin pergi tentu saja harus berkemas. Apa kau butuh bantuanku untuk mengemas bukumu?"

"Tidak, sudah terjual untuk dibuang."

"Apa?! Buku-buku ini seharusnya dikumpulkan dengan baik. Bukankah lebih baik untuk dijadikan sebagai kenangan masa SMA?!"

"Tidak perlu." Shi Xi berjalan menuju tangga, Guo Zhi mengikuti dibelakangnya sambil bersusah payah dengan beban dikedua tangan. "Tidak masalah. Kau tidak usah membantuku. Aku bisa membawanya sendiri." Pria itu tidak ada niat untuk membantumu. Dahi Guo Zhi berkeringat. Shi Xi mengambil alih tas besar itu, Guo Zhi dengan bahagia bersiap melontarkan pujian, "Jangan katakan apapun." Sela Shi Xi.

"Aku ingin memujimu."

"Aku tidak ingin dibanggakan oleh mu."

Shi Xi menyeret tas itu menuruni tangga, buku didalamnya bertabrakan dengan setiap langkah dan membuat suara. Guo Zhi tidak berhenti untuk merutuki bagaimana buku itu harus dihargai sambil memperhatikan langkah kakinya meniti tangga. Mereka berjalan keluar dari gedung sekolah yang membosankan ini, matahari bersinar menerpa wajah Guo Zhi, ia menyipitkan matanya. Mulutnya menyunggingkan senyum bahagia. "Aku akhirnya lulus."

Shi Xi mengindari matahari. Ia tidak memiliki perasaan apapun tentang kelulusan. Ini adalah kehidupan yang berulang-ulang yang akan dialami setiap orang, belajar, lulus, belajar kembali, lulus, bekerja, dan hidup.

Mereka berpisah depan kamar Guo Zhi dilantai bawah. Guo Zhi ingin mengatakan sesuatu namun Shi Xi telah pergi. Cui Chenglong telah mengeluarkan barang-barangnya dikamar tidur, orangtuanya akan menjemput mereka dan mengantar Guo Zhi ke rumah.

Cui Chenglong berdiri disebelah Guo Zhi yang masih menatap gerbang sekolah. "Kau tidak sedang merindukan sekolah yang rusak ini, kan?"

"Aku menyukai sekolah ini, tetapi masih ada hal yang lebih kurindukan."

"Apa?" Cui Chenglong bertanya ringan.

"Siswa lelaki." Jawaban Guo Zhi menakuti Cui Chenglong sampai hampir kencing celana. Dia menatap Guo Zhi syok. "Kau, apa yang kau katakan?"

"Aku bilang aku lebih merindukan siswa lelaki daripada sekolah ini." Guo Zhi mengulang maksudnya.

"Guo Zhi, apa kau tahu apa yang baru saja kau katakan?"

"Tidak." Jawab Guo Zhi jujur.

"Kalau begitu jangan katakan! Untung saja, aku memahami karaktermu. Jika kau mengatakan hal salah paham seperti itu diluar sana, kau akan dilihat orang lain dengan tatapan aneh."

"Kenapa?"

Mobil keluarga Cui Chenglong tiba, ia berkata pelan. "Tidak ada alasan mengapa banyak hal didunia ini tidak bisa dijelaskan. Dengan karaktermu ini, kau akan terluka dikemudian hari, Guo Zhi. Sebagai teman sekamar selama tiga tahun, aku akan memberikanmu satu solusi, temukan seseorang untuk melindungimu."

[END] Oh, My Dear!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang