Asrama siswa diselimuti langit malam, diterangi dengan lampu yang menyala tidak rata. Ada beberapa orang yang bersandar di pagar, ada juga orang berlalu lalang pergi kamar tidur, sesekali ada jeritan dan umpatan dari mereka yang sedang bermain game. Shi Xi berdiri di lantai bawah, Guo Zhi ada di sampingnya, berjongkok dan memainkan tali sepatunya sendiri.
Shi Xi memasukkan tangan ke dalam saku celana, langit malam tak bisa menutupi wajah tampannya. Dia menyenggol punggung Guo Zhi dengan lututnya. "Jangan begitu, berdiri!"
Guo Zhi semakin membenamkan kepalanya. "Nilaiku menurun dan tugas rumahku banyak yang salah."
"Kalau tidak ada yang penting, aku akan pergi." Shi Xi tidak peduli, dia sulit memiliki emosi untuk apa pun, dan sulit untuk memikirkan hal baik atau buruk. Baginya, ini adalah sesuatu yang tidak penting sama sekali. Pernyataan ini kejam. Dia tidak bisa berpura-pura khawatir tentang masalah seperti itu dan dia tidak bisa khawatir pada Guo Zhi. Bahkan jika dia seorang kekasih, Shi Xi tetap Shi Xi. Sulit untuk mengubah kepolosan Guo Zhi dan juga sulit untuk mengubah ketidakpedulian Shi Xi.
Guo Zhi hanya tersenyum dan tertawa, menganggap angin lalu tanggapan acuh Shi Xi terhadap masalah prestasinya. Shi Xi juga punya urusan sendiri. Ketika dia tidak bisa menulis novel, dia tidak berdaya. Maka dari itu, nilai Guo Zhi yang semakin buruk itu karena dia memang tidak berusaha keras. Sikap Shi Xi seperti itu diterimanya begitu saja. Kepolosan Guo Zhi adalah perut yang kuat, dan bisa menyerap¹ ketidakpedulian Shi Xi kapan saja.
¹mengabsorbsi - ibaratnya kek kerja usus, lol
"Hua er bilang nilaimu selalu yang terbaik. Bagaimana kau melakukannya, tidak terpengaruh oleh efek negatif dari cinta? Aku sering terganggu sekarang karena selalu memikirkanmu."
"Kau benar-benar bisa berbicara tentang meat²."
²bagian paling vital dari suatu pemikiran
"Jangan mengalihkan topik pembicaraan."
"Lebih baik kembali kekamarmu dan baca buku sekarang."
"Benar juga. Kalau begitu aku naik dulu." Guo Zhi berdiri, meregang kakinya sejenak kemudian kembali kekamarnya.
.
.Tiga hari kemudian setelah kelas berakhir, Hua Guyu muncul di kelas Guo Zhi dan mengatakan ingin meminjam semua buku teks Guo Zhi dan langsung memasukkan ke dalam tasnya.
"Apa yang kau lakukan Hua er? Aku harus menggunakannya di kelas berikutnya." Guo Zhi dengan tidak senang mengulurkan tangannya berusaha meraih tas namun ditepis Hua Guyu.
"Apa hanya ini buku teksmu?"
"Masih ada yang lain dikamar, apa yang akan kau lakukan dengan bukuku?"
"Aku mau ke toilet, berikan kunci kamarmu." Hua Guyu menengadahkan tangan, Guo Zhi mengambil tisu toilet dari laci dan menaruhnya ditangan Hua Guyu. "Ketika kau pergi ke toilet, gunakan tisu ini. Kalau sampai kau gunakan buku teks ku, aku akan menggaruk bokongmu."
"Berikan kuncinya." Hua Guyu meremas tisu toilet itu dan melemparnya ke atas meja. Guo Zhi menatapnya yang terlihat marah, ia lalu menyerahkan kunci kamarnya. "Apa kau terkena wasir?"
"Bocah ini! Jangan main-main denganku sekarang. Aku pinjam semua bukumu." Tanpa menunggu jawaban Guo Zhi, Hua Guyu beranjak pergi keluar kelas.
.
.Sudah beberapa hari ini ia tidak menemukan Shi Xi. Dia tidak membalas pesan juga tidak ada belakang stadion. Guo Zhi meremas ponselnya dan memutuskan untuk pergi ke kelas Shi Xi. Guo Zhi melihatnya dari jendela di luar ruang kelas. Dia bersandar di sandaran kursi, kakinya di atas meja, satu tangan memegang buku dan tangan yang lain memegang pena. Suara berisik di sekitarnya terabaikan olehnya. Dia diam dan acuh tak acuh, fokus menulis sesuatu di buku dengan pena.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Oh, My Dear!
Romance"Kenapa kau menyukai pria?" "Apa kau peduli? Apa kau peduli pada alasannya atau pada perasaanku? Pertanyaanmu itu kau ucapkan dengan penuh rasa jijik dan tuduhan, jadi aku tidak akan menjawabnya." Aku hanya ingin menabrak punggungnya, mengguncangkan...